46. Tentang Perasaan

26 3 0
                                    

46.

Hari ini mulai bertemu kembali. Sudah sangat lama dan tidak berkumpul untuk membahas tentang apa. Rindu yang terjadi pada mereka pun, rasanya sudah sepantasnya untuk berkumpul lagi seperti kebiasaan dulu yang selalu bersama-sama.

Dirumah sohibnya, Denira bertamu seperti layaknya seorang teman yang merindukan ketiga temannya. Terbiasa dengan masa-masa duduk dibangku sekolah, mereka akan membahas ini-itu dan banyak rupa lagi yang begitu senangnya untuk dibahas mengenai sesuatu.

Denira sangat tahu bagaimana karakteristik ketiga teman-temannya ketika sudah berkumpul seperti ini. Rindu dengan ketiga teman ketika berceloteh panjang lebar, menghabiskan drama korea secara marathon, apalagi dengan berandai pangeran impian di siang bolong.

Siapa lagi kalau bukan Puma, Nindi dan juga Leni. Ketiga sohib masa SMA-nya yang terbilang paling terbaik, kini bisa reuni kembali walaupun bukan terbilang ini reuni masa sekolahnya.

"Coba ajaaa, Fauzan beneran jadi pacar gue. Mungkin kisah Putri Salju dengan Pangeran tampan itu, akan berakhir dikisah gue sama Fauzan nantinya," benar kan. Sekarang Nindi masih saja membayangkan kisah cintanya dengan Fauzan—Ketua Osis jaman SMA yang selalu diidam-idamkan ketika bertemunya disetiap tempat. Seperti kantin contohnya.

Puma yang jatuh cinta pada orang yang sama dengan Nindi, gadis ini memutar bola matanya malas dan menarik kuncir kuda Nindi begitu gemas. "Fauzan terus! Nggak inget lo, yang ngejar dia tuh, banyak? Emang cowok ganteng, cuma dia aja apa? Ihhh."

"Yeee, bilang aja sirik kan nggak pernah jalan sama Fauzan. Wuuuuu!" balas Nindi yang tidak mau kalah dari temannya sendiri.

Puma memutar bola matanya lagi. Tidak akan ada habisnya ketika berbicara ngalor ngidul, ketika sudah membahas persolan cowok yang ia sukai juga dengan Nindi sukai. Berkumpul membahas sesuatu memang adalah hal yang wajar. Tetapi kalau sudah menyangkut soal Fauzan, ia sudah bosan ketika Nindi tidak ada hentinya membahas laki-laki tersebut.

"Kalian berdua, masih suka sama Fauzan juga? Yaampun, ini jaman udah semakin maju kali. Masa nggak ada perubahannya sama sekali. Moveon donggg!"

"Aduh, sori ya Ra. Gue nggak akan gampang moveon gitu aja. Gue mau belajar dari pengalaman lo, yang suka sama Marsel dari 13 tahun lamanya. Gue harus berjuang dong, kan siapa tau, gue bisa jadi lucky girl juga sama kayak lo. Kan?" tukas Nindi yang tidak gampang untuk menyerah.

Berkumpul di kediaman Leni. Mereka berempat asik membahas persoalan kisah romansa yang terjadi disetiap harinya. Dengan ingin mengikuti perjalan kisah Denira dengan Marsel selama 13 tahun, Nindi berandai akan mencoba untuk tidak menyerah—seperti apa yang dilakukan oleh temannya itu.

Denira yang mendengarkan kalimat itu, hanya menggelengkan kepala. Terkekeh geli karena ucapan Nindi membuatnya tidak habis pikir. Temannya masih mempunyai alibi yang begitu besar. Hingga tawanan hatinya, mampu ingin menyamai dengan apa yang telah ia lakukan untuk cinta selama 13 tahun.

Ada-ada saja bukan, gadis penyuka Ketua Osis itu? Ampun dehhh.

"Daripada ngejar yang nggak pasti, mendingan lihat keadaan orang disekeliling dulu. Kan, katanya, cinta itu nggak bisa dipaksakan. Bener nggak, Ra?"

Leni datang dari arah timur, dengan membawa empat gelas dan satu buah wadah kaca yang menampilkan air berwarna merah didalamnya. Menyiapkan hidangan untuk teman-temannya, yang sedang berkumpul asik di ruang tamunya ini.

Denira yang mendengarkan perkataan Leni, ia sukses menganggukkan kepalanya lagi. "Iya dong. Kata Reno, cinta itu nggak tumbuh untuk satu kali. Jadiii, ayo dong, masa mau bertahan sama satu keyakinan. Kan, Fauzan juga nggak pernah mau gabung sama kita kita. Iya kan, Len?"

THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang