52.
Satu hari setelah hari penuh duka itu masuk, gadis yang tengah meratapi sebuah foto besar diruang tamu membuat kekosongan hatinya bertambah besar. Tidak tahu kenapa, gadis ini membenci hari kemarin. Makan jadi tidak berselera lantaran ia ingat dengan selembar kertas, yang ditulis oleh papahnya.
Iya tahu, memang sudah pantasnya untuk diikhlaskan. Namun ini begitu mendadak dan membuat hatinya benar-benar belum menerima dengan ikhlas, bahwa ia sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya saat ini.
Waktu lalu, mamahnya datang, tidur bersama dan membuat hatinya bangga—bahwa keinginannya terwujud ketika mamahnya bisa merestui hubungan ini. Lalu dengan papahnya? Ahhh, walaupun ditulis di bagian kalimat surat itu, rasanya tetap saja ia sangat membutuhkan suara yang membuat hatinya lebih bangga.
"Pahhh..." suaranya sendu ketika memanggil papahnya dengan mengusap sebuah foto. "Papah kenapa nggak pernah mau cerita sama Caca, sih pah? Caca sayang sama papah."
Dulu, rumah ini ramai karena teriakan dari mamah dan papahnya ketika mengejar putri semata wayang yang menginginkan main kejar-kejaran. Siapa yang akan mendapatkan gadis ini terlebih dahulu, maka pemenangnya akan diberikan satu kecupan hangat dengan stiker berbentuk love darinya.
Selalu ada saja tingkah sebelum kejadian Marsel yang harus dilarikan kerumah sakit, lalu semuanya berantakan. Banyak sekali hari-hari yang ia sendiri inginkan kepada kedua orang tuanya, ketika ia mengatakan kepada anak sepantaran bahwa papah dan mamahnya itu adalah pahlawan super. Sekarang, pahlawannya sudah berada disisi Kuasa.
Walaupun samar-samar ia masih teringat kasarnya sang papah, tetapi disatu sisi ia juga menginginkan papahnya selalu menjadi pahlawan tanpa kurangnya kasih sayang. Lalu mamahnya, seperti wonder woman yang selalu membela kebenaran. Mereka berdua memang pantas disebut pahlawan, walaupun ia sering tersakiti oleh sikapnya.
"Permisi, neng Caca. Neng mau mang Urip antarkan ke pemakanan ibu sama bapak?" pak Urip selaku supir pribadi Luna dan Rizal datang menghampiri gadis yang begitu sendu menatap foto besar. Menoleh dan menghembuskan napas gusar, ia melebarkan senyuman. "Nggak usah, mang. Nanti Caca pergi sendiri aja kesana. Takut mang Urip cape. Mang Urip istirahat aja."
"Oh, nggak neng. Mamang mah sehat-sehat aja. Ini sudah tugas mamang untuk nganterin eneng sesuai perintah bapak sama ibu. Hayu, mamang anterin?"
"Dari kemarin, mang Urip belum istirahat. Sekarang mang Urip istirahat aja, nanti Caca beneran bisa sendiri kesananya. Udah ya mang, jangan dipaksa untuk anter Caca. Mamang harus istirahat."
"Tapi neng—"
Tangannya memegang pundak pak Urip. Melebarkan senyuman lagi dan menggelengkan kepala. "Inget pesen bapak sama ibu, bagaimana pun mang Urip bekerja sebagai supir, mang Urip tetep harus istirahat juga. Yaaa mang?"
Pak Urip sedikit terkekeh. Menggaruk tengkuk lalu menundukkan kepalanya sedikit. "Yasudah yasudah. Nanti kalau neng Caca ada perlu apa-apa atau mau kemana, panggil mamang aja ya neng."
"Iya mang Urip. Dibelakang ada mbok Minah tuh, mang Urip jangan lupa makan. Kalau gitu Caca mau ke kamar dulu ya mang."
"Baik neng, silahkan."
Meninggalkan pak Urip yang masih berada diruang tamu, gadis ini beranjak menuju dapur untuk membuat sesuatu. Mengusap perut yang mengeluarkan bunyi "kruk kruk kruk", ia pun mengambil satu buah telur ayam dari dalam kulkas. Menyalakan kompor dan meletakan wajah diatas tungku.
"Caca! Mamah buatin telur mata sapi mau?"
"Iya! Jangan lupa pake bakso sama sosis ya mah! Nanti pake kecap manis juga! Nasinya jangan banyak-banyak!"
![](https://img.wattpad.com/cover/202333394-288-k325358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
FanfictionSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...