57.
"Kamu nggak mau denger penjelasan aku dulu, Len?"
"Apa!? Apa yang mau kamu jelasin, setelah apa yang aku lihat dan aku denger tadi. Hm!?!"
"Aku berusaha untuk meyakinkan diri untuk tidak gegabah. Dan aku juga udah mempertimbangkan, kalau hubungan kita pasti akan lancar dan—"
"Danu. Udah ya stop. Aku nggak mau denger apa-apa lagi soal pembicaraan kamu yang suka bohongin perasaan aku!"
Hujan menginterupsi kilat dipertengahan hubungan yang semula berjalan dengan baik-baik saja. Tanpa sepengetahuan Danu yang berusaha untuk berpikiran positif terhadap gadisnya, Leni. Ternyata semuanya selalu saja diluar dugaan, dan tidak berjalan dengan semestinya.
Seperti bendungan air yang selalu menampung dengan sebaik-baiknya. Lalu ketika bendungan itu tidak bisa menampung untuk bertahan lebih lama lagi, maka yang akan terjadi selanjutnya adalah hanya tersisa pecahan air yang tumpah begitu derasnya.
Semesta juga tidak selalu menjanjikan bahwa hari yang akan datang, akan seperti lukisan tiga demensi Van Gogh yang begitu indah dan mahal sekali harganya.
Andai kata ingin di jabarkan dalam pelangi yang muncul setelah hujan, Danu akan mengajak Leni untuk menengoknya sebentar—lalu berandai bahwa hidupnya sebentar lagi akan indah bersama dengan kekasih pilihannya, selama masa SMA masih terus berjalan dengan terlaksana.
Jujur, Danu belum siap melihat Leni seperti ini sikapnya dan menentang semua perkataannya untuk menjelaskan apa-apa yang seharusnya ia jelaskan agar terhindar dari sesuatu yang tidak ia inginkan sama sekali.
Tangannya terulur memegang tangan gadisnya. Namun dalam hitungan satu detik, Leni menepisnya begitu saja dan membuang wajah ke sembarang arah. "Aku nggak akan marah balik sama kamu, Len..."
"Sumpah ya, Nu. Kalau aku selalu ngebiarin kamu dalam kebebasan yang aku kasih, kamu akan semakin ngelunjak keenakan!" ucap Leni yang selalu tidak mau mengalah.
Danu mengusap wajahnya. Membayangkan bagaimana ia berada di Bali kemarin, tanpa berpikir ia akan jet lag untuk menengok temannya yang sedang kritis, rasanya Danu benar-benar ditimpa batu besar secara tiba-tiba.
"Kamu, nggak mau denger penjelasan dari aku dulu? Dengerin ya, sebentar aja..." kata Danu yang berusaha untuk menangkan emosi Leni untuk lebih stabil lagi. "Kalau aku harus dengerin penjelasan dari kamu... untungnya apa!?!"
"Sayang... aku—"
"Aku, bakal percaya kalau kamu mau jujur sama aku. Ngerti?!? Kamu kayak begini terus, aku dapet untung apa dari hubungan ini. Hmmm!?!"
Belum menyelesaikan penjelasan, Leni selalu memotong pembicaraan Danu yang ingin sekali menjelaskan apa yang seharusnya ia jelaskan sedetail detailnya. Namun kalau terus seperti ini... Danu bisa apa? Kalah telak yang seterusnya dihadiahkan oleh Leni untuknya, Danu benar-benar tidak bisa menjelaskan kepada kekasihnya itu.
Tangan Danu memegang bahu Leni. Walaupun berusaha keras untuk menepis tangan Danu darinya, Danu tetap berusaha untuk merilekskan Leni dengan berusaha mungkin. "Leni Ardila Safira."
"... aku minta pengertiannya dari kamu, sebentar aja. Nggak akan lama-lama," ucap Danu yang menatap Leni begitu serius. "Aku nggak mau!" sahut Leni yang menolak begitu sinis.
"Kalau aku nggak berusaha untuk jelasin ini semua ke kamu, kamu bakal beranggapan—"
"DANU! ADA YANG CARIIN LO NIH!" selalu saja kalah bicara. Danu menoleh, melihat Rama yang berteriak kepadanya setelah apa yang ia dengar bahwa saat ini ada yang mencari dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/202333394-288-k325358.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THEORY OF LOVE [END] #Wattys2021
FanficSemisal begini, "Jangan berlebihan, kita ini cuma sekedar teman," lantas, apa yang harus dikatakan pada hati? Tetapi, tunggu, lebih baik mengucapkan selamat datang atau selamat tinggal? pilih yang mana? atau, lebih baik sekedar berteman atau dia...