Siswa sekolah ku agak heboh hari ini. Lantaran di bangunan baru di depan sekolah rupa-rupanya di buat minimart. Salah satu gerai minimart yang cukup terkenal. Sudah muncul di mana-mana. Lokasinya yang berada persis di depan sekolah membuat kami banyak melirik ke sana. Penasaran juga dengan pembukaannya. Apalagi masih banyak promo.
"Beli pembersih lantai di minimart depan saja. Lebih dekat, kan?" ucap Hadi suatu hari. Jihan dan Amel yang memang sedang diskusi untuk membeli kebutuhan kelas mengangguk setuju. "Lagi banyak promo." Mereka terkikik.
"Kudengar mereka juga memberi promo buy two get one untuk es krim. Kesana, yuk!" ucap Amel.
Jihan mengangguk. "Pulang sekolah saja. Kalau sekarang pasti ga boleh sama Pak Mugi."
Amel mengangguk di ikuti Hadi dan Seno. Aku hanya menghela nafas. Menepuk lengan Seno. "Hari ini latihan PMR."
Seno mengangkat bahu. "Aku bisa terlambat, dokter Dito ga bakal marah."
"Kamu sih asal ada Jihan, pasti rela mengorbankan segalanya." Amel mencibir. Seno diam. Jihan juga diam.
"Kenapa kalian ga pacaran aja sih? Malah aku yang gemes yang lihat kalian kaya gini." Hadi menambahkan.
Saat itu, Seno tak banyak komentar. Aku langsung tahu ada yang aneh dengan mereka. Ada yang aneh dengan perubahan hubungan keduanya yang sedikit merenggang. Tapi aku tak banyak komentar.
Dugaanku semakin berat saat Seno muncul di UKS pulang sekolah. Sama sekali tidak ikut dengan Jihan dan yang lainnya seperti yang dia katakan sebelumnya. Itu membuatku mengernyit. Semakin yakin ada yang salah dengannya. Dia juga jadi agak diam.
Latihan di mulai segera setelah Kak Juna datang. Hari ini dokter Dito batal datang karena tugas. Jadi kami belajar di bimbing Kak Juna dan Kak Mia. Seno sempat menggerutu. Bilang bahwa hanya dia yang sendirian. Kami tertawa. Beberapa mencibir kalau Seno berlebihan.
"Sen, mampir ke minimart depan, yuk. Katanya lagi promo eskrim?" ucap Rian saat latihan selesai. Kak Juna tidak pulang bersama kami. Dia di jemput temannya untuk mengerjakan tugas. Pergi setelah meminta maaf tak bisa mengantarku.
Seno mengangguk lesu. Aku ikut di motor Seno menuju minimart. Kami membeli es krim. Sebenarnya hanya Seno dan Rian yang membelinya. Mereka sepakat membayarnya satu kali. Jadi kami dapat satu eskrim untukku. Ini ide Rian.
Kami duduk di teras depan minimart sambil makan eskrim. Hari sudah mulai sore. Sekolah tampak sepi dari sini. Hanya ada beberapa siswa yang masih punya kegiatan tambahan dan penjaga sekolah. Kami menatap sekolah kami dalam diam.
"Cewek memang ribet ya?" Seno tiba-tiba bicara. Membuatku dan Rian menoleh. Rian menatapku bertanya. Aku hanya mengangkat bahu.
"Apa aku termasuk ribet juga?"
Seno langsung menggeleng. "Kamu sih sejauh ini engga. Aku malah mikir Kak Juna untung banget dapet cewek kaya kamu."
"Cewek kaya aku?"
"Iya. Kalau ku lihat-lihat, kamu kayanya mengerti Kak Juna sekali. Kamu selalu ngerti kalau Kak Juna sibuk dan ga perhatiin kamu. Sementara kalau perempuan lain pasti sudah kalang kabut merasa ga di perhatikan."
"Bukannya malah terkesan acuh, ya?" ucap Rian tiba-tiba. Aku diam. Seno juga diam.
"Bukan acuh. Cuma mengerti kalau pacarnya sibuk." Dia memakan eskrimnya perlahan. "Kamu sendiri tahu sibuknya Kak Juna seperti apa. Kalau dia dapat cewek manja seperti Jihan atau Amel, pasti ga bisa. Ceweknya pasti merasa diacuhkan karena Kak Juna terlalu sibuk sama kegiatannya."
"Jadi, Jihan menjauhi kamu karena kamu sibuk?" tanyaku.
Dia merengut sambil menggeleng. Kali ini dia makan eskrim dengan penuh amarah. "Dia sudah pacaran sama siswa sekolah lain." Rian tersedak. "Aku baru tau kemarin lusa. Mereka sudah pacaran satu bulan."
"Kamu tau darimana?"
"Cowoknya yang datangi aku. Suruh aku jauhi Jihan. Katanya aku mengganggu mereka."
Aku dan Rian saling lirik. "Kupikir kamu yang pacaran sama Jihan." Itu suara Rian. Aku diam-diam menendang kakinya dan melotot sebal.
"Itu dia kenapa aku bilang cewek itu ribet. Dulu aku sudah bilang kalau aku suka Jihan. Aku juga sudah kasih tau dia. Dia bilang tunggu saja. Tapi dia malah pacaran sama orang lain. Kalau dia balik sama mantannya, aku masih bisa terima. Masih masuk di akalku." Dia menyimpan eskrimnya yang sudah mulai cair. kehilangan selera. Punyaku juga sudah habis. "Tapi dia justru pacaran sama orang lain. Orang yang kalau aku tidak salah baru Jihan kenal tiga bulan lalu. Dan sudah sebulan mereka pacaran. Mana aku dibilang pengganggu pula."
Rian memberinya air minum. Seno minum sebelum melanjutkan cerita. "Dia datang sama teman-temannya. Sudah kelas sebelas, aku lihat atribut di lengannya. Cara dia bicara seolah aku yang datang tiba-tiba jadi pengganggu hubungannya dengan Jihan."
"Jihannya sendiri gimana?"
"Itu yang aku bingungkan. Kalau memang Jihan sudah punya pacar, kenapa ga kasih tau aku? Walaupun dia memang dari awal ga pernah menolakku secara terang-terangan. Tapi dia juga ga pernah menjauh. Itu sebabnya aku ga pernah jawab kalau di tanya." Dia menarik nafas sebentar.
"Tapi Jihan ga pernah menegaskan apapun sama aku. Lalu tiba-tiba aku didatangi pacarnya dan suruh aku jauhi Jihan. Menurutmu aku harus gimana?"
"Itu sebabnya kamu diami Jihan dua hari belakangan?" tembakku telak. Dia mengangguk lesu. Es krim yang sudah mencair dia mainkan dengan malas. Sebenarnya terlihat menjijikan. Aku meringis memperhatikannya.
"Aku bingung harus bersikap. Jihan tahu aku masih suka dia, tapi kenapa dia masih bersikap baik seolah merespon perasaanku? Kalau memang sudah punya pacar kenapa ga menolak? Paling tidak bilang sama aku. Jadi aku tau apa yang harus kulakukan."
Aku meringis. Tidak tau harus merespon apa. Rian sendiri tidak banyak bicara. Hari itu kami hanya mendengarkan Seno bercerita. Seno menceritakan bagaimana kedekatannya dengan Jihan bermula. Caranya meminta maaf karena menjadi alasan putusnya hubungan Jihan dengan pacarnya sebelumnya. Kejadian berbulan-bulan lalu itu membuatnya tersenyum.
"Karena dia aku belajar minta maaf." ucapnya sambil melamun.
"Lalu kamu mau apa?"
"Aku ga tau. Mungkin aku harus temukan obatku. Siapa tahu aku ketemu Shancai, kan?" Seno mengangkat bahu tak banyak peduli.
Senja mulai datang saat kami berpisah. Matahari mulai turun ke tempatnya semula. Seno menceritakan kisah cintanya dengan Jihan yang tak pernah terjadi. Begitu sampai di rumah, yang muncul di pikiranku justru ucapan Rian. Apa aku seacuh itu? Hari itu, mulai ada yang aneh denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Senja
Teen Fiction"Terjebak dalam cinta lama memang menyebalkan. Tapi terjebak dalam persahabatan itu lebih mengerikan bagiku." - Rian Ya. Rian benar. terjebak dalam pertemanan amat sangat menyebalkan. Karena berteman dengannya sangat menyebalkan. Maka biarlah kita t...