Penegak Disiplin

14 3 0
                                    


"Besok pulang jam berapa? Biar kakak jemput."

Aku mencibir. "Besok kan hari sabtu. Kakak tidur sampai siang. Ku telepon pun ga bakal kakak angkat."

Kak Akbar meringis. Ucapanku benar adanya. Kakakku ini mahasiswa yang doyan tidur. Dan akan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk tidur. Terutama dihari libur. Padahal dia adalah ketua BEM di kampusnya.

"Kalau gitu jangan telepon ke kakak. Telepon ke ibu, jadi nanti ibu bangunin kakak." Kak Akbar mengambil tasku dari motornya. Membantuku membawakan tasku yang berat menuju kelas. Sebagai penutup Masa Orientasi Siswa, sekolah mengadakan kemping. Tidak seperti yang kalian pikirkan, kemping ini diadakan di sekolah.

"Iya. Besok aku telepon kalau mau pulang." aku menunjuk ruang kelasku. "Aku ga bodoh bawa tas berat itu sendirian."

Kak Akbar mencibir. "Lagian kamu bawa apa sih?" dia menyimpan tasku di meja. Tepat disamping Puti yang sedang bermain ponsel. "Kamu masuk sini juga, Put?"

"Iya. Kak Akbar, kan? Apa kabar?"

Kak Akbar selanjutnya mengobrol dengan Puti. Aku tak ambil peduli. Karena kemping, kelas kami tentu saja di rubah lagi. Ini adalah ruang kelas X-2, ruang tidur perempuan. Kulihat ada beberapa yang juga diantar keluarganya. Puti datang sendirian dengan sepeda motornya sendiri. Jadi tidak ada yang mendampinginya.

Kelasku agak senyap ketika beberapa orang memakai jas hijau di depan pintu. Aku agak mendongak penasaran. Jas hijau adalah Penegak Disiplin. Mereka terlihat berjajar di koridor kelas ruang perempuan. Kali ini jumlah mereka hanya tiga orang dari yang biasanya tujuh orang. Mungkin dibagi dua dengan ruang laki-laki.

"Perhatian siswa baru!" suara menggelegar Kak Juna sepertinya mengejutkan semua orang. Termasuk kakak ku yang sedang mengobrol dengan Puti. Kami serentak diam.

"Wali murid hanya diizinkan mengantar dan mendampingi sampai jam empat sore! Kami meminta kerja sama dari orang tua dan wali murid untuk tidak mengganggu kelancaran acara dan membiarkan kami menjaga adik-adik dengan tenang. Jika ada yang perlu disampaikan pada adik-adik siswa baru, silahkan hubungi sekretariat panitia di lobi sekolah. Terima kasih."

Hening. Aku melihat jam tanganku dan hanya lima belas menit sebelum jam empat sore. Juna dan dua temannya sudah pergi dan kembali ke meja sekretariat. Kak Akbar agak bergidik melihatnya.

"Siapa dia? Suaranya hampir menyaingi suaraku saat demo kemarin. Padahal tidak pakai pengeras suara apapun."

Aku hanya mengangkat bahu tak ingin tahu. "Penegak Disiplin." jawabku.

Kak Akbar memang sempat berdemo dengan tim mahasiswanya beberapa hari yang lalu. dia menyampaikan satu dua kalimat lagi sebelum pergi. Beberapa orang melihat kakak ku saat dia pergi dengan pandangan penasaran yang kentara.

"Ami, temani aku ke UKS. Perutku sakit"

Malam hari Yuyu mulai pucat. Dia memang punya riwayat asam lambung.

"Kamu ga bawa obatnya?"

Yuyu menggeleng. "Aku lupa. Semoga ga diomeli PD ya...."

"Kamu kan sakit, masa diomeli PD"

Begitu kami sampai di ruang UKS, seorang cewek langsung menghampiri kami dan bertanya ada apa. Yuyu menjawab jujur bahwa dia lupa membawa obat maagnya. Cewek itu mengangguk lalu menggiring kami ke dalam ruang UKS.

"KaK Dito, ada pasien. Dia lupa bawa obatnya katanya. Coba diperiksa dulu..."

Aku agak terkejut melihat seorang dokter muda keluar dari ruangan lain. Terlihat mengobrol dan bicara dengan orang lain. Stetoskop menggantung ditelinganya.

Ice Cream SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang