Diminta menunggu, tentu saja Seno benar-benar menunggu. Dia menunggu sampai Jihan menyampaikan jawaban yang pasti. Paling tidak memberinya tanda. Tapi Jihan tidak menunjukan apa-apa. Dia masih tetap Jihan yang dulu. Bahkan bersikap seolah Seno tidak pernah mengatakan apapun. Padahal Seno pribadi sudah uring-uringan merasa canggung dengan Jihan.
Seno pikir ketika Jihan menyuruhnya menunggu, dia hanya butuh waktu sebentar. Seno agak bingung saat sudah lebih dari sebulan setelah pernyataan cintanya, Jihan tidak mengatakan apa-apa. Juga tidak memberi tanda apapun. Jihan tidak menjauh, juga tidak mendekat. Dia diam di tempat. Dan Seno bingung harus bersikap bagaimana. Pernyataan cintanya masih menggantung begitu saja. Tanpa ada tanda apapun yang mengarah pada jawaban dari Jihan.
"Kamu yang namanya Seno?"
Seno sangat terkejut saat motornya dicegat oleh tiga motor. Penampilan mereka agak liar meski dengan seragam. Tiga motor dengan dua penumpang. Ada 6 orang yang mencegatnya. Seno sedang sendirian. Dia hanya mengangguk ringan. Merasa tak punya masalah dengan salah satu orang itu.
"Kenal Jihan, kan?"
Seno mengangguk lagi. Tapi mulai penasaran alasan mereka menanyakan Jihan. Jika mereka ingin mendekati Jihan, tentu saja Seno tak akan membiarkannya.
"Kalau suka sama Jihan, mundur sana. Jihan pacarku."
Seno tediam. Tubuhnya kaku. "Maksudmu apa? Tiba-tiba bilang dia pacarmu?"
Cowok terdepan yang turun dari motornya itu tertawa meremehkan. "Iya. Dia pacarku. Kita sudah pacaran satu bulan. Jihan sudah terima aku jadi pacarnya. Kamu lebih baik mundur kalau suka Jihan. Jangan jadi pengganggu."
Sebulan. Sudah tiga bulan sejak Seno menyatakan cintanya. Dan selama itu, Jihan tidak menunjukan apa-apa. Lalu dia sudah pacaran dengan cowok ini sejak sebulan yang lalu?
"Kamu dengar aku ga?!"
Dia mulai berteriak marah-marah. Teman-temannya juga mulai turun dari motornya. "Aku dengar. Tapi apa yang bisa kamu buktikan kalau kamu pacarnya Jihan? Lagipun sekarang kita Cuma teman."
Cowok itu sepertinya sudah menduga pertanyaan Seno. Dia menunjukan sebuah foto dari ponselnya. Dan Seno amat terkejut saat melihat gambar dalam foto itu. Hatinya merasa terbakar. Foto itu bahkan lebih intim dari yang pernah Seno lihat dengan mantan pacar Jihan dulu. Dia refleks melempar ponselnya hingga hancur. Cowok itu tak terima dan memukul Seno.
"Sialan! Berani banget kamu?"
Seno tak membalas. Tahu diri tak akan menang melawan 6 orang sekaligus. Dia mengangkat tangan meminta ampun. "Maaf. Aku Cuma ga biasa lihat gambar begitu. Itu refleks. Ponselmu kuganti kalau rusak."
"Tidak perlu." Dia menendang punggung Seno.
Sikap brutalnya khas anak sekolah teknik. Seno tak berani membalas. Teman-teman cowok itupun sepertinya tak begitu tertarik untuk ikut campur. Meski mereka tampak setia kawan menemani temannya, mereka tak ingin turut campur dalam masalah pribadi.
"Jangan dekati pacarku lagi. Tahu diri kalau kamu itu cuma pengaganggu."
Mereka pergi setelah memberikan satu tendangan lagi di kaki Seno. Seno hanya meringis. Hari itu, dia pulang babak belur. Mamanya khawatir dan hampir menelepon polisi. Tapi Seno berhasil menenangkannya. Dengan alasan membela wanita tercinta, sang mama akhirnya malah mencibirnya.
Seno patah hati lagi. Orang yang disukainya tidak membalas pernyataan cintanya. Dan tentu saja tidak membalas cintanya. Malam itu, dia menangis memeluk lutut di kamarnya. Merasa terkhianati oleh kenyataan yang menamparnya.
Esok harinya Seno tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Selain itu, dia juga belum punya muka untuk bertemu Jihan. Rasanya seolah dia ingin marah pada Jihan. Seno merasa dipermainkan. Dia merasa dikhianati tanpa alasan. Tapi mengingat kalau Jihan sendiri tidak pernah menunjukan ketertarikannya, Seno hanya bisa merasa kasihan pada dirinya sendiri.
Jihan tak pernah bilang menerima atau menolaknya. Dia hanya diam. Tidak mendekat, juga tidak menjauh. Hanya Seno yang masih berusaha untuk mendekat. Menutup mata pada kenyataan kalau Jihan tak tertarik padanya. Seno yang masih menunggu tentu tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya berharap semoga nantinya Jihan ingat untuk menjawab pernyataan cintanya lalu menjawabnya. Tapi dengan adanya masalah ini, Seno tahu diri.
Pernyataan cintanya datang lebih dulu, tapi cowok itu menjadi pacar Jihan kemudian. Seno cukup tahu diri dengan kenyataan itu. Jihan tak tertarik padanya. Jihan menolaknya. Dia mungkin terlalu segan untuk mengatakannya sehingga Jihan hanya diam. Lalu bertingkah seperti sebagaimana seorang teman. Mungkin memang begitu cara Jihan berteman. Seno tak ingin tahu. Tak ingin lebih terluka lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Senja
أدب المراهقين"Terjebak dalam cinta lama memang menyebalkan. Tapi terjebak dalam persahabatan itu lebih mengerikan bagiku." - Rian Ya. Rian benar. terjebak dalam pertemanan amat sangat menyebalkan. Karena berteman dengannya sangat menyebalkan. Maka biarlah kita t...