Delapan.

2K 316 21
                                    

"Woy, itu yang lagi bikin makalah diem-diem aja. Ngobrol kenapa? Lagi sariawan ya?" tanya Yangyang yang tengah asik duduk diatas sofa sambil memakan camilan. Laki-laki itu terkekeh, baginya seru sekali menggoda Gita dan Jeno.

Gita yang sedang asik mengerjakan makalahnya mendelik ke arah Yangyang.

"Ck. Gak usah bawel deh, mending bantuin Jaemin aja tuh bikin power point. Kasian dia ngerjain sendiri," ujar Gita sebal.

"Orang gue sama Jaemin udah beres. Ya gak, Na?" Yangyang menyikut Jaemin yang tengah asik memainkan game di laptopnya.

"Yoi dong. Soalnya kita saling kerja sama, bagi-bagi tugas jadi cepet beres. Emangnya situ, ngerjain masing-masing kayak orang lagi musuhan," sindir Jaemin kepada Gita.

Mendengar itu, Gita yang tengah duduk di karpet yang ada tepat dibawah Jaemin memukul kaki Laki-laki itu.

"Emang dasar ya lo, Na. Rese bang-"

"Udah gak usah diladenin, si Jaemin kan emang gitu. Mending bantuin nih, kerjain bab lima nya." Jeno yang ada disebelah Gita akhirnya bersua.

Ia Menarik tangan Gita agar berhenti memukuli Jaemin.

"Aciee.. asikk dah," goda Lucas yang sejak tadi memperhatikan mereka.

Gita membeku, memilih kembali fokus mengerjakan makalahnya dan mengabaikan Lucas. Jujur saja, saat ini hatinya sedang berdetak tak karuan akibat ulah Jeno.

"Cupu banget sih gue, masa baru di pegang tangannya doang udah hampir jantungan," ujarnya dalam hati.

πππππ

Pagi ini Gita kembali datang ke sekolah lebih awal. Hal ini dikarenakan Kakaknya, Kun yang harus kembali menemui dosen pembimbingnya.

Sekolah masih sangat sepi. Gita memutuskan untuk pergi ke sekre jurnalistik karena disana ada sofa besar yang bisa ia pakai untuk tidur sebentar, sembari menunggu bel masuk berbunyi nanti.

Sesampainya di depan pintu Sekre, Gita sayup-sayup mendengar suara orang yang sedang berbicara. Ia segera membuka pintu sekre, dan mendapati tiga orang laki-laki sedang duduk di sofa sedang asik tertawa.

Menyadari ada yang membuka pintu, tiga laki-laki itu sontak melihat kearah pintu. Melihat siapa yang datang.

"Pagi Kak Gita, kok jam segini udah dateng aja?" sapa Chenle, salah satu laki-laki diantara mereka.

"Kok kalian pagi-pagi udah disini?" tanya Gita. Ia mengabaikan sapaan Chenle. Perempuan itu masuk kedalam ruang sekre, berjalan menghampiri mereka.

"Ini Kak, si Jisung tadi mau nyontek PR Sejarah makanya dateng pagi biar nggak ngantri. Eh, taunya yang mau ngasih contekan belum dateng. Makanya kita disini dulu. Enak, bisa ngadem," Jawab Guanlin.

"Apaan sih?! Kok cuma gue?? Kan yang mau nyotek kita bertiga." Jisung tidak terima karena hanya ia yang disebut ingin mencontek oleh Guanlin.

"Tapi kan, itu ide lo yang nyuruh kita dateng pagi," ujar Guanlin polos.

"Udah, kalian jangan ribut. Kasian tuh kak Gita nya pusing dengerin kalian." Chenle menengahi. "Btw, kakak belum jawab pertanyaan aku loh, ngapain pagi-pagi udah disini?" lanjutnya.

"Tadi aku nebeng sama Kak Kun, dia mau ketemu dospem nya. Terus niatnya tadi sambil nunggu bel, aku mau numpang tidur dulu di sekre, tau nya ada kalian disini," jawab Gita.

"Kak Gita pengen tidur? Ayo guys bangun kalian semua, biar Kak Gita bisa tidur." komando Chenle, menyuruh Guanlin dan Jisung untuk bangun.

"E-ehh, nggak usah. Duduk lagi aja. Nggak jadi tidur kok," cegah Gita. Tangannya membuat gestur menyuruh mereka untuk kembali duduk.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang