Delapanbelas.

1.8K 265 13
                                    

Hari ini adalah hari yang menegangkan bagi Gita. Karena pada hari ini, Ia akan melaksanakan tes seleksi program beasiswanya. Gita bangun pada pukul 3 dini hari agar dapat belajar terlebih dahulu, memantapkan materi yang sudah dihafalkannya tadi malam. Ia berangkat pukul 7 pagi diantarkan oleh Kakaknya, Kun. Beruntung sekali Kakaknya itu sedang ada dirumah saat ini, sehingga bisa mengantarkannya ke tempat tes beasiswa itu dilaksanakan.

Gita sampai di lokasi pukul 08.30, disana sudah ada Hendery, Han dan Hyunjin yang tiba terlebih dahulu, sedang membaca materi yang mereka bawa. Gita menghampiri dan menyapa mereka. Ia duduk di kursi kosong yang ada disebelah Han, kemudian mengeluarkan buku catatannya dan ikut membaca materi bersama mereka. Tak lama setelah Gita datang, Mina dan Yeji pun datang dan ikut bergabung bersama mereka.

Setelah menunggu selama 30 menit, akhirnya mereka di perbolehkan masuk ke dalam ruangan. Sebentar lagi ujian tertulis akan dilaksanakan. Tes beasiswa pada hari ini akan dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama adalah ujian tertulis, tahap kedua adalah tes psikotes, dan tahap ketiga adalah tes wawancara.

Gita masuk kedalam ruang 9. Beruntung kali ini ia satu ruangan dengan Mina dan Han, sehingga ia tidak terlalu takut. Setelah duduk di tempat yang sudah ditetapkan oleh Panitia, Gita kembali membaca materi miliknya. 10 menit kemudian, pengawas pun masuk kedalam ruangan. Gita segera merapikan bukunya, memasukkannya kedalam tas, dan ujian tertulis pun dimulai.

ππππ


Gita keluar dari ruangan tes psikotes dengan perasaan lega. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 15.00. Ada jeda 1 jam sebelum melanjutkan tes terakhir, yaitu tes wawancara. Gita menghampiri Hendery, Han, dan Yeji yang sudah selesai terlebih dahulu.

"Gimana Git? Aman?" tanya Yeji saat Gita sampai dihadapan mereka.

"Psikotes mah aman. Nggak kayak tes tulis tadi," jawab Gita.

"Iya. Gila sih, gue udah pasrah sama tes tulis tadi. Kebanyakan itung kancing," kata Han.

"Pede aja, Han. yakin kalo lo bisa," ujar Hendery.

"Lo mah enak Der, pinter dari lahir. Belajar bentar juga langsung masuk otak. Lah gue? Nilai gue bisa lolos seleksi beasiswa ini aja keajaiban. Tau sendiri kan, segimana begajulannya gue?!" kata Han.

"Lo pinter kok Han sebenernya, Cuma kadang males aja," ujar Gita.

"Tuh, dengerin Han. Bu Dokter udah bersabda." Yeji menepuk – nepuk pundak Han.

"Iya, Bu. Siap." Han memberikan hormat kepada Gita.

Gita hanya tertawa melihat tingkah Han. Tak lama kemudian, Hyunjin dan Mina datang menghampiri mereka.

"Lama amat sih, lo," ujar Han kepada Hyunjin.

"Lo kira gampang ngerjain gituan?" Hyunjin melirik Han dengan tatapan sebal.

"Gampanglah, rendah sih IQ lo."

"Mending gue, IQ rendah tapi rajin masuk. Daripada lo, bolos mulu."

"Bolos terus tapi gue pinter, ya. Buktinya nih nilai gue bisa lolos seleksi tes," Han membanggakan dirinya.

"Ini mah lo lagi hoki aja, makanya bisa lolos seleksi," ujar Hyunjin.

"Udah, udah. Kenapa jadi ribut? Makan aja, yuk. laper nih gue," Hendery melerai.

"Ayo deh. Gue juga udah laper nih dari pas ngerjain tadi." Hyunjin memegang perutnya.

"Giliran urusan makan aja lo, cepet banget," ujar Mina sambil menoyor kepala Hyunjin.

Sementara yang lain hanya tertawa melihat tingkah Mina dan Hyunjin.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang