TigapuluhSatu.

1.5K 200 13
                                    

Gita menepuk pundak Pria yang kini tengah terduduk sambil mengelus batu nisan yang ada dihadapannya. Pria tersebut menoleh, memberikan sebuah senyuman tipis kepada Gita. Ia menganggukkan kepalanya, guna memberitahu Wanita yang ada disebelahnya bahwa ia baik - baik saja.

"Yuk, udah makin sore." Gita mengajak Jeno untuk segera pergi dari tempat itu.

Jeno yang tengah menaburkan bunga diatas gundukan tanah yang ada dihadapannya itu segera menyelesaikan kegiatannya. Ia kembali mengusap sejenak batu nisan tersebut kemudian segera bangkit dan berbalik menghadap Gita.

"Yuk."

Jeno berjalan terlebih dulu, di susul oleh Gita dibelakangnya. Mereka berjalan kearah parkiran mobil, lalu masuk kedalam mobil milik Pria itu.

Sudah hampir tiga bulan belakangan ini Gita kembali dekat dengan Jeno. Namun, konteks kedekatan mereka murni hanya sebatas teman saja. Setidaknya seperti itu menurut pandangan Gita. Semenjak ia mengunjungi Jeno tiga bulan lalu, Wanita sudah tidak berusaha lagi untuk menjaga jaraknya dengan Pria itu.

Sedangkan Jeno, keadaan Laki - laki itu sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ia sudah mulai belajar untuk mengikhlas 'kan dan kembali mulai membuka dirinya. Ia juga sudah mau keluar dari kamarnya, bahkan sudah mulai kembali bekerja dikantornya. Semua itu dapat ia lalui berkat dukungan yang diberikan oleh Gita dan sahabat-sahabatnya.

Memang belakangan ini, selain kembali akrab, Gita dan Jeno memang kerap sering bertemu. Entah Gita yang mengunjungi rumah Pria itu, atau sesekali mereka membuat janji untuk makan siang bersama. Gita benar - benar selalu ada untuk Jeno belakangan ini. Ia selalu ada untuk menghibur Jeno, menjadi tempat Pria itu untuk berkeluh kesah.

Wanita itu banyak sekali membantu nya untuk kembali memiliki semangat guna menjalankan kehidupan. Beruntung juga, Hendery sang kekasih Wanita itu tidak keberatan dan protes dengan kedekatan Gita dengan Jeno. Laki - laki itu mencoba mengerti posisi Jeno yang saat ini memang membutuhkan bantuan untuk dapat bangkit dari keterpurukannya. Ia malah merasa bangga karena Wanitanya dapat membantu Jeno, dan menjadi sumber semangat Pria itu.

"Sekarang mau langsung pulang?" tanya Jeno sesaat mereka masuk kedalam mobilnya.

Gita yang tengah memakai sealtbeat nya menoleh ke arah Jeno.

"Iya. Besok aku ada meeting pagi soalnya. Takut kesiangan," jawab Gita.

Jeno menganggukkan kepala. Pria itu segera menyalakan mesin mobil lalu mulai melajukan mobilnya menuju rumah Gita. Tidak memerlukan waktu  yang lama, mobil Laki - laki itu akhirnya sampai didepan rumah Gita.

"Makasih, Jen.." ucap Gita sesaat setelah Gadis itu melepaskan seltbeatnya.

Jeno tersenyum, lalu mengangguk 'kan kepalanya, "Sama-sama."

Gita membalas senyuman Pria itu. Ia segera berbalik, hendak membuka pintu mobil. Namun aksinya terhenti karena mendengar Jeno yang memanggil namanya.

"Git.."

Gita kembali menoleh kearah Pria itu.

"Hmm?" Wanita itu menunggu Jeno berbicara.

"Besok mau makan siang bareng nggak?" tanya Jeno. Laki - laki itu menatap manik mata Gita dengan penuh harap.

Sebenarnya tanpa perlu berpikir, Gita ingin sekali menerima ajakan Jeno itu. Namun, ia teringat janjinya dengan Hendery semalam. Pria itu sudah terlebih dulu mengajaknya untuk makan siang besok.

Gita bimbang. Ia bingung bagaimana caranya menolak ajakan Jeno itu. Karena tidak mungkin jika ia membatalkan janjinya dengan Hendery. Bagaimana pun juga, Laki-laki itu adalah kekasihnya sehingga harus ia prioritaskan. Pria itu juga yang membuat janji terlebih dulu dengan Gita. Lagipula, sudah hampir dua minggu belakangan ini Gita tak bertemu dengan kekasihnya itu, akibat kesibukan Pria tersebut dirumah sakit.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang