Tigabelas.

1.8K 284 4
                                    

Gita duduk di halte yang letaknya tak jauh dari sekolahnya. Sejak tadi ia mencoba menghubungi Lucas, namun ponsel Laki - laki itu tidak aktif.

Tadi saat Jeno meninggalkan nya di parkiran, Gita melihat motor Lucas masih terparkir di sana. Awalnya ia mencoba menunggu Lucas di parkiran. Berharap Laki - laki itu segera muncul. Namun setelah 15 menit menunggu, tidak ada tanda - tanda kedatangannya. Setelah itu, Gita memutuskan kembali masuk ke dalam sekolah. Hendak mencari Lucas di lapangan indoor. Tetapi sesampainya disana, lapangan tersebut sudah kosong. Gita juga mencoba mencari ke ruang ganti dan ruang kelasnya, namun ia tidak menemukan keberadaan Lucas.

Akhirnya Gita memutuskan untuk menaiki angkutan umum saja. Sayangnya, sudah 20 menit ia menunggu, tidak ada satu pun angkutan umum yang lewat di depan sekolahnya. Gita sempat berpikir untuk menaiki ojek online, namun uangnya tidak cukup dan dirumah sedang tidak ada orang sehingga ia tidak bisa meminta tambahan uang.

Langit menggelap, pertanda sebentar lagi hujan akan turun. Gita menghela nafas nya kasar sambil menatap langit. Perempuan itu memilih bangkit lalu berjalan meninggalkan halte. Ia memutuskan berjalan kaki saja untuk pulang kerumah, takut hujan akan segera turun jika ia tetap menunggu. Mungkin nanti di tengah jalan jika Perempuan itu melihat angkutan umum, ia baru akan menaikinya.

Tin.. Tin..

Baru saja sekitar 500 meter Gita berjalan, seseorang membunyikan klakson dari arah belakang. Gita menoleh, melihat siapa yang membunyikan klakson itu.

Dilihatnya sosok Hendery yang ada di atas motornya sambil tersenyum lebar ke arah Gita.

"Hai, Git. Ngapain? Kok jalan kaki?" tanya Laki - laki itu.

"Iya, nih. Mau pulang. Dari tadi nunggu angkot gak ada yang lewat," jawab Gita.

"Bareng gue aja kalo kayak gitu."

"E-eh? Gak usah. Udah mendung juga," tolak Gita.

"Justru itu, udah mendung. Kalo lo jalan kaki, emang mau ujan - ujanan? Mending sama gue, cepet sampenya."

"Gak ngerepotin lo emangnya?"

"Kalo ngerepotin ngapain juga gue tawarin lo?" Hendery terkekeh.

Gita ikut tertawa kecil mendengar jawaban Hendery.

"Ayo," ajak Hendery.

Gita segera naik ke atas motor Hendery.

"Pegangan ya," ujar Hendery. Ia mulai melajukan motornya membelah jalanan yang sedang lengah.

Di tengah perjalan, tetesan hujan mulai turun membahasi kota.

"Neduh dulu ya, deres nih," kata Hendery. Ia melihat ke arah spion, meminta persetujuan Gita. Perempuan itu hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Hendery segera menepikan motornya di pinggir jalan. Ia dan Gita segera turun dari motor dan berteduh di deretan ruko - ruko yang sudah tutup.

"Dingin ya?" tanya Hendery saat melihat Gita tengah menggosok - gosokan kedua telapak tangannya.

"Hmm.. lumayan."

Mendengar jawaban Gita, Hendery segera melepas jaket jeans nya. Ia memberikan jaket itu kepada Gita.

"Nih, pake."

"E-eh?" Gita terkejut saat Hendery menyerahkan jaketnya.

"Udah pake aja," ujar Hendery.

Gita meraih jaket tersebut dengan perasaan tidak enak, lalu menggunakan nya.

"Makasih. Sorry, gue ngerepotin banget ya," ujarnya.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang