TigaPuluh.

1.4K 210 17
                                    

Gita mengetuk pintu rumah yang ada dihadapannya dengan perasaan gugup. Setelah beberapa kali ketukan, akhirnya pintu itu terbuka, menampak 'kan sosok Perempuan cantik yang membukakan pintu untuknya. Perempuan itu tersenyum manis saat mengetahui bahwa Gita lah yang datang dan mengetuk pintunya.

"H-hai.." sapa Gita canggung pada Perempuan itu. Tak lupa, ia juga mengukirkan senyuman manis dari bibirnya.

"Hai.., apa kabar? Yuk masuk." Perempuan itu membalas sapaan Gita. Ia membuka 'kan pintu rumahnya agar semakin lebar. Wanita tersebut bergeser kearah samping, memberi jalan untuk Gita agar bisa masuk ke dalam rumah.

Gita menganggukkan kepalanya. Ia segera melangkah masuk ke dalam rumah, kemudian berjalan mengekori Perempuan itu.

"Baik. Kamu gimana, Lam? Udah sampe mana persiapan pernikahannya?"

Ya, Perempuan yang tengah bersama dengan Gita itu adalah Lami.

Lami memperlambat langkahnya, agar dapat berjalan beriringan dengan Gita. Mereka berdua bersama - sama melangkah menuju kearah dapur.

Gita mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru rumah. Ia tak menemukan sosok lain yang berada didalam rumah ini selain sosok Lami.

"Buat persiapannya sih, udah 60% rampung. Cuma, aku sama Yangyang sepakat mau nunda pernikahannya dulu," jawaban yang diberikan oleh Lami membuat kegiatan yang tengah dilakukan oleh Gita berhenti. Perempuan itu segera menoleh ke arah Lami, mendengarkan ia yang tengah berbicara.

Gita juga melihat Lami yang tengah membuang nafasnya kasar. Setelah itu, Wanita tersebut melirik kearah anak tangga teratas. Lebih tepatnya Wanita itu melirik kearah salah satu pintu kamar yang letaknya paling dekat dengan ujung tangga rumah tersebut.

Gita ikut melihat kearah pintu kamar itu. Dapat ia lihat pintu tersebut tertutup sangat rapat. Jika dilihat dari luar, sepertinya tidak ada tanda - tanda kehidupan di dalam kamar itu.

Gita kembali mengalihkan pandangannya kearah Lami, saat Wanita itu kembali mengajaknya berbicara.

"Udah seminggu ini dia nggak keluar kamar. Kalo ngelakuin apa - apa, maunya dari dalem kamar. Itu juga harus dipaksa dulu. Terakhir keluar, ya pas pemakaman itu. Mama sama Papa aku udah nyerah buat ngebujuk dia keluar. Aku juga nggak pernah berhasil buat bujuk dia. Aku udah coba berbagai cara. Udah minta tolong ke semua temen - temen deketnya juga buat nyoba bujukin dia. Tapi nggak berhasil juga. Makanya aku minta kamu kesini. Mungkin aja kalo sama kamu, dia mau keluar kamar," jelas Lami.

Mereka akhirnya sampai diarea dapur rumah itu. Lami berjalan kearah meja makan, lalu mengambil nampan yang berisikan sepiring nasi goreng dan segelas air putih. Kemudian, ia kembali menghampiri Gita lalu menyerahkan nampan itu kepadanya.

"Terakhir kali dia makan itu kemarin siang. Abis itu  dia nggak mau sentuh makanannya. Alesannya sih, nggak laper. Mungkin aja kalo sama kamu, dia mau makan makanannya. Aku sama keluargaku bener - bener udah kehabisan cara buat bujuk dia. Udah disuruh buat tinggal dirumahku aja, biar dia nggak sendirian disini, dia nggak mau. Aku sama keluargaku nggak mungkin ngebiarin dia buat tinggal sendirian. Kita khawatir banget. Sifat dia persis kayak almarhum Papanya. Aku jadi takut. Takut dia mikir buat ngelakuin hal yang aneh-aneh. Jadi aku mohon, kamu bantu bujuk dia ya, Git. Seenggaknya dia mau keluar dari kamarnya aja dulu," Lami memohon kepada Gita

Dapat Gita lihat raut kekhawatiran dari wajah Gadis dihadapannya itu. Wajar saja, mereka sudah saling mengenal sejak masih kecil. Kedekatan yang mereka miliki juga bukan hanya sekedar kedekatan sebagai tetangga atau teman biasa saja. Mereka benar - benar sudah seperti keluarga. Terlebih lagi, saat ini memang hanya Lami dan keluarganya saja yang Jeno miliki. Melihat Perempuan dihadapannya itu, membuat rasa bersalah Gita muncul. Lami adalah Wanita baik. Ia adalah Wanita yang sangat tulus. Gita benar - benar menyesal karena dulu sempat menuduh dan berpikir yang tidak - tidak mengenai Gadis itu.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang