Gita mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru perpustakaan. Gadis itu tengah mencari tempat kosong yang dapat ia tempati.
Perpustakaan hari ini terlihat lebih ramai daripada biasanya. Seharusnya Gita sudah tidak terkejut. Karena memang sudah menjadi kebiasaan yang turun temurun dikalangan siswa dan siswi dikelas akhir, apabila sudah mendekati waktu ujian, tempat seperti Perpustakaan ini akan ramai oleh mereka yang baru mau memulai untuk benar - benar belajar. Terlebih lagi beberapa hari yang lalu mereka baru saja melaksanakan Ujian Sekolah. Sehingga Ujian Nasional benar - benar sudah didepan mata.
Beruntungnya Gita sudah mulai mencicil untuk belajar dari awal semester 1 kemarin. Sehingga, ia tidak perlu seperti teman - temannya yang pusing sendiri, bingung ingin mulai belajar dari materi yang mana, karena saking banyaknya materi yang mereka dapatkan sampai saat ini.
Namun, bukan berarti karena Gita sudah mencicil belajarnya, ia jadi hanya santai saja. Gita juga sama ambisiusnya seperti teman - temannya yang lain, bahkan bisa dikatakan lebih ambisius dari mereka. Selain ingin tetap mempertahankan nilainya, Belajar merupakan cara yang paling efektif bagi dirinya untuk mengalihkan pikirannya yang terkadang masih dibayang - bayangi oleh sosok Jeno.
Jika ditanya mengenai hubungannya dengan Jeno saat ini, Gita sendiri bingung ingin menggambarkan seperti apa. Pacaran? Laki - laki itu saat ini benar - benar sudah bukan kekasihnya lagi. Berteman? Gita tidak merasa berteman dengan Jeno, karena bicara dengannya saja sudah tidak pernah, jangan 'kan berbicara, bertegur sapa saja tidak. Hubungan mereka benar - benar terasa asing, layaknya seperti orang yang tidak saling mengenal.
Jeno menguasai hampir seluruh isi pikirannya. Gita tidak menyangka, putus dari Laki - laki itu membawa efek yang sangat besar bagi dirinya. Minggu awal saat Gita masuk sekolah, setelah kandasnya hubungan mereka berdua merupakan minggu terberat baginya.
Disekolah, Gita menahan mati - matian emosinya yang terkadang ingin meledak melihat Jeno yang terlihat biasa saja. Kondisi Laki - laki itu terlihat baik - baik saja. Terkadang, Gita melihat Jeno yang kerap tertawa bersama dengan teman - temannya. Tingkah Laki - laki itu tidak menunjukkan gelagat yang aneh. Ia bersikap seakan - akan tidak pernah terjadi apa - apa. Berbanding terbalik dengan Gita yang wajahnya kerap masih suka terlihat murung dan galau. Beruntungnya, sahabat - sahabatnya selalu ada untuk menghiburnya.
Selain itu, posisi yang tidak mengenakan bagi Gita, dimana ia dan Jeno adalah teman sekelas yang kadang membuat Perempuan itu terkadang masih suka mencuri pandang kearah Jenom Hal itu semakin mempersulitnya untuk segera move on dari Laki - laki itu. Maka dari itu, untuk mengalihkan perhatiannya dikelas, Gita lebih suka bergaul dengan buku - bukunya. Saat waktu istirahat pun, Gita lebih memilih untuk nongkrong di perpustakaan, tidak ingin nongkrong dikantin karena tidak mau bertemu dengan Jeno. Sebisa mungkin, Gita mengurangi intensitasnya untuk bertemu dengan Laki - laki itu.
Seperti sekarang ini, Gita masih asik mengedarkan pandangannya, sampai akhirnya ia menemukan tempat kosong di pojok ruangan. Gita mendudukkan dirinya ditempat kosong itu. Ia meletakkan 3 buku yang ia bawa diatas meja. Perempuan itu mengambil pulpen yang ada di saku bajunya, kemudian mengambil salah satu buku yang ia bawa dan mulai membacanya.
Suasana Perpustakaan yang ramai tidak mengusik Gita sedikit pun. Perempuan itu benar - benar fokus membaca bukunya. Terkadang tangannya juga bermain, menggaris bawahi hal - hal yang menurut ia penting sehingga perlu untuk ditandai. Gadis itu bahkan tak sadar bahwa sejak tadi, ada seseorang yang duduk dihadapannya, tengah memperhatikan dirinya.
Setelah membaca selama 15 menit, Gita menutup bukunya. Baru saja ingin mengambil buku kedua, netranya tak sengaja melihat sosok seseorang yang duduk dihadapannya. Sontak saja Gita terkejut. Ia bahkan sampai menjatuhkan pulpennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
North Stars | Jeno✓
Fiksi PenggemarKisah ini menceritakan tentang Jeno, sang laki-laki yang tidak pernah jujur tentang masalah hidupnya. Serta Gita, sang perempuan yang tidak pernah jujur dengan perasaannya sendiri. Ketidakjujuran tersebut pun membawa petaka bagi hubungan mereka. Sa...