TigapuluhLima.

1.6K 175 29
                                    

Gita membuka matanya dengan enggan. Tidur Gadis itu merasa terganggu karena suara bel pintu yang dibunyikan dari lantai bawah. Gita terduduk di kasurnya, berusaha untuk mengumpulkan kesadarannya.

Wanita itu melirik kearah jam yang tergantung di dinding kamar tersebut. Pukul 9 pagi. Setelah kesadarannya terkumpul, Gita segera bangkit. Wanita itu berjalan kearah cermin yang tergantung di dinding kamar itu. Dapat ia lihat matanya yang membengkak akibat terlalu lama menangis. Gadis itu berusaha mengingat, berapa lamanya waktu yang ia habiskan semalam untuk menangis dipelukan Lucas. Namun  yang hanya mampu ia ingat adalah dirinya yang menangis hingga kelelahan lalu tertidur. Setelah itu, sepertinya Lucas menggendongnya ke kamar ini.

Suara bel kembali terdengar, membuat Gita berdecak sebal. Batin nya bertanya - tanya, mengapa Lucad tidak membukakan pintu agar seseorang yang membunyikan bel itu berhenti berbuat bising.

Gita tiba - tiba teringat ucapan sepupunya semalam, yang mengatakan ingin menghubungi kakaknya untuk menjemput dirinya. Gadis itu kembali bercedak sebal. Ia kira, perkataan itu hanyalah ucapan Lucas semata. Gita bahkan belum menyetujui ucapan Pria itu. Karena sejujurnya, Ia belum mau kembali kerumahnya. Gadis itu merasa masih memerlukan waktu untuk menenangkan pikirannya.

Gita menghela nafas sejenak, sebelum akhirnya berjalan dengan gontai menuju lantai bawah. Gadis itu mengedarkan pandangannya, ketika menapaki anak tangga terakhir dilantai bawah. Terlihat suasana rumah yang sangat lah sepi. Ia bertanya - tanya, kemana perginya saudara sepupunya itu?

Bel rumah kembali dibunyikan dengan tidak manusiawi, membuat Gita mempercepat langkahnya. "Sebentar," ujar Wanita itu.

Akhirnya, Gita sampai juga diambang pintu. Dengan segera, ia membukakan pintu untuk Kakaknya itu, "Sabar kenapa, Kak. Nggak tau apa kalo aku- Dery??"

Tanpa berkata apapun, sosok yang Gita panggil Dery itu langsung menubruk tubuh Gita dengan sebuah pelukan.

Gita membeku. Tidak membalas pelukan sosok tersebut. Dirinya sangat terkejut. Ia merasa seperti sedang bermimpi. Namun merasakan dirinya yang di peluk semakin erat membuatnya tersadar, bahwa semua ini bukanlah hanya halusinasi belaka. Gadis itu bertanya - tanya didalam hatinya. Bagaimana bisa Kekasihnya itu mengetahui keberadaannya disini?

Tak lama kemudian, Hendery melepas pelukannya. Ia menangkup wajah Gadis dihadapannya itu.

"You okay?"

Gita menganggukkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaan Hendery. Dapat ia lihat, sebuah sorot kekhawatiran dari mata Kekasihnya. Melihat hal itu, membuat Hendery menghela nafasnya lega. Pria itu lalu mengusap lembut kedua pipi Gita.

"K-kamu.., ngapain kesini?" tanya Gita yang masih terkejut karena kedatangan Kekasihnya itu. Ia memegang pergelangan tangan Hendery, membuat Pria itu menghentikan aksinya yang tengah asik mengelus pipi Gita.

"Jemput kamu," jawab Hendery.

Gita mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencoba kembali meyakinkan dirinya bahwa sosok Hendery dihadapannya kini adalah nyata.

"K-kok, kamu bisa ta-"

kringg... kringg..

Telepon yang ada dirumah Lucas berbunyi. Membuat Gita menghentikan ucapannya. Gadis itu melirik kearah telepon tersebut yang terletak diruang keluarga rumah Lucas.

"Tunggu sebentar," katanya kepada Hendery.

Gita segera berbalik dan berjalan masuk kedalam. Gadis itu hendak mengangkat panggilan telepon tersebut. Meninggalkan Hendery yang masih setia berdiri di depan pintu rumah Lucas.

"Halo..," ucap Gita saat mengangkat panggilan tersebut.

"Udah bangun, lo??" terdengar suara seorang Pria, masuk kedalam indera pendengaran Gita.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang