Enam.

2.1K 315 14
                                    

Hari Senin adalah hari yang dibenci oleh banyak para pelajar karena mereka kembali memulai aktivitas nya disekolah. Begitu pun dengan Gita, gadis itu juga membenci hari Senin.

Senin pagi kali ini ia terpaksa datang lebih awal kesekolah, di karenakan Kakaknya, Kun yang harus menemui dosen pembimbingnya guna untuk menyelesaikan skripsi yang sudah setengah jalan dikerjakannya. Jadi mau tak mau, Gita yang memang selalu berangkat bersama Kun harus datang lebih awal.

Sekolah masih sangat sepi. Hanya ada petugas kebersihan saja yang tengah menyapu koridor kelas. Tak heran memang, bel masuk masih 1 jam lagi.

Gita berjalan menuju kelasnya. Ia ingin segera sampai agar dapat tidur sebentar di kelas. Semalam ia tidur cukup larut karena mengerjakan PR yang diberikan oleh Pak Kai.

Tetapi saat melewati lapangan basket indoor, ekor matanya tak sengaja melihat sosok Laki-laki yang tengah mendribble bola basket. Gita mengintip, melihat siapa yang sudah datang sepagi ini. Terlihat sosok tersebut yang tengah asik bermain sendiri di tengah lapangan. Tak ingin mengganggu kegiatan Laki-laki itu, Gita memutuskan untuk pergi dari sana.

Namun baru saja ingin melangkah pergi, suara Laki-laki tersebut menginterupsi nya.

"Ngapain lo didepan pintu?" tanya Laki-laki itu. Sepertinya ia menyadari kehadiran Gita yang mengintipnya tadi.

Gita terkejut. Ia menoleh ke arah Laki-laki tersebut.

"Malah diem. Sini masuk!" perintah Laki-laki itu. Ia menghentikan permainannya dan membuat gerakan tangan menyuruh Gita untuk masuk dan menghampirinya.

Gita masuk menghampiri Laki-laki tersebut.

"Ngapain tadi ngintip-ngintip didepan pintu?"

"Mm.. itu, tadi gue mau jalan ke kelas. Pas lewat depan pintu tadi gak sengaja ngeliat ada orang main basket. Gue kira siapa, taunya lo Ten." jawab Gita.

Laki-laki yang dipanggil Ten itu mengangguk mengerti.

"Ohh, gue kira lo mau cari Jeno."

Gita sedikit terkejut mendengar ucapan Ten karena Laki-laki itu menyebut nama kekasihnya, "Ah? E-enggak kok."

Ten tersenyum, "Yaudah santai aja Git. Gak usah gugup gitu."

"Siapa yang gugup? Gue biasa aja."

"Iya deh iya, terserah lo. Btw, ngapain lo dateng pagi-pagi gini? Mau bantuin Pak Mamat nyapu koridor?"

"Lah, lo juga dateng pagi gini! Lo kali yang mau bantuin Pak Mamat."

"Enak aja! Gue mau ngumpul basket nanti," beritahu Ten.

"Ngumpul basket sepagi ini?"

"Iya, males banget kan? Cowok lu tuh yang mau. Katanya sebelum jam pertama kita harus ngumpul. Ada-ada aja kan," jawab Ten sambil menggelengkan kepala. "Btw, lo belum jawab pertanyaan gue. Ngapain lo pagi-pagi udah dateng? Biasanya juga kan lo dateng 5 menit sebelum masuk," lanjutnya.

Mendengar itu, Gita memukul lengan Ten.

"Enak aja, lo! gue gak se siang itu ya datengnya. Itu mah, lo kali."

Ten mengelus lengannya yang dipukul oleh Gita.

"Ck. Iya deh iya. Anak ambis IPA mah beda ya. Anak bahasa can't related."

"Bukannya gitu Ten. Tapi--"

"Iya Git, udah. Dari tadi pertanyaan gue kayaknya kaga lo jawab deh," Potong Ten sewot.

Gita memberi lirikan sinis kepada Ten karena telah memotong ucapannya, "Gue dianter Kakak gue tadi. Dia mau ketemu sama dospem nya. Makanya gue dateng pagi."

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang