TigapuluhEmpat.

1.3K 166 28
                                    

Gita mengaduk - aduk minuman dihadapannya tanpa semangat. Ia mengalihkan pandangannya kearah depan. Netra Gadis itu tak sengaja bertemu dengan mata milik Hendery yang duduk tepat disebrangnya. Pria itu nampaknya juga tengah melihat kearahnya. Mengetahui Gita yang tengah menatapnya, membuat Hendery segera menyunggingkan senyumnya untuk Kekasihnya itu.

Gita tersenyum tipis sebagai balasan. Ia kemudian menoleh kearah samping, tepatnya melihat kearah kedua orang tuanya yang nampak tengah asik berbincang dengan kedua orang tua Hendery.

Saat ini, kedua keluarga inti itu sedang mengadakan pertemuan makan malam untuk membahas mengenai pernikahan Gita dan Hendery.

Mungkin diantara kalian ada yang bertanya - tanya apa peristiwa apa yang terjadi setelah malam itu? Setelah malam itu, tepatnya malam dimana Hendery melamar kekasihnya. Gita tidak serta merta langsung memberikan jawabannya pada hari itu. Ia memerlukan waktu selama beberapa hari untuk berpikir, hingga akhirnya mengiyakan permintaan kekasihnya itu. Banyak sekali yang Gita pertimbangkan sebelum menerima lamaran tersebut. Apakah ia sudah siap melangkah ke jenjang yang lebih serius? Apakah ia yakin Hendery memang orang yang tepat untuknya? Keraguan - keraguan itu muncul didalam benaknya. Namun, sebisa mungkin Gita meyakinkan dirinya dan menepis keraguan itu. Hendery adalah Pria yang baik. Laki – laki itu sangat mengerti Gita. Ia tidak pernah melarang ataupun membatasi pertemanan Gita. Hendery juga tidak pernah bersikap memaksa dan berbuat kasar padanya. Pria itu juga selalu ada untuknya, ia juga sudah membantu Gita melewati masa - masa sulit nya dulu. Jadi, tidak ada alasan bagi Wanita itu untuk menolak, bukan?

"Jadi gimana, Git?" Sang Ibu bertanya kepadanya.

Gita hanya diam, tak menanggapi pertanyaan sang Ibu  Wanita itu masih asik dengan lamunannya sendiri.

"Git? Hey, kok malah ngelamun?!" Kun yang duduk disamping Gita menyenggol pundak adiknya itu.

Gita seketika tersadar, ia menoleh kearah kedua orangtuanya. "Kenapa, Ma?"

"Ya, ampun! Ini anak, dari tadi nggak dengerin ternyata," ujar sang Ibu.

"Maklum, aja. Namanya juga mau nikah, pasti banyak yang dipikirin. Udah nggak sabar tuh, kayaknya." Ibu dari kekasihnya itu menambahi. Wanita itu juga terkekeh kecil.

"Tadi kita lagi ngomongin soal acara nikahan kamu sama Dery. Mama, Papa sama Om, Tante setuju kalo acaranya dilaksanain awal tahun depan. Kebetulan waktunya juga pas sama kedatangan kakak - kakaknya Dery yang bakal pulang ke Indonesia," Kun memberitahu Gita.

Gita mengernyitkan alisnya mendengar jawaban dari Kun,
"Apa nggak kecepetan kalo awal tahun depan?" tanyanya

Gita melirik kearah Hendery, memberi kode pada kekasihnya itu bahwa ia kurang setuju dengan keinginan kedua orangtua mereka. Namun, nampaknya Hendery tidak menangkap maksud kode tersebut, karena Pria itu hanya diam saja sambil menyimak pembicaraan kedua orangtuanya dan orangtua Gita.

"Kecepetan gimana? Niat baik 'kan emang harus cepet – cepet dilaksanain," Ibu dari Gita memberikan tanggapan.

"Iya. Lagian 'kan, kalian udah kenal lama, udah sama – sama dewasa juga, penghasilan kalian juga udah mencukupi. Udah mapan, lah. Jadi nggak ada alasan 'kan buat nunda – nunda?" Ibu dari Hendery menambahi.

"Maksud aku bukannya gitu, Ma, Tan."

"Terus kamu mau nya gimana?" sang Ibu merasa gemas dengan anak perempuannya itu.

"Ya, bisa kan kita jalanin semuanya pelan – pelan, aja? Nggak usah terlalu buru – buru, gitu."

Sang Ibu nampaknya tidak mengerti dengan jalan pikiran anak Gadisnya itu. Ia menggelengkan kepalanya, lalu kembali membuka mulutnya. "Git, kamu sama Hendery kan-"

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang