Sebelas.

2K 272 9
                                    

Hari ini adalah hari yang menegangkan, namun sekaligus sangat dinantikan oleh anak - anak basket. Ya, hari ini adalah hari dimana turnamen akan di laksanakan.

Sejak subuh, anak - anak yang mengikuti turnamen sudah diwajibkan berkumpul di sekolah untuk melakukan latihan terakhir. Pertandingan direncanakan akan dimulai pukul 10 nanti. Tahun ini, sekolah mereka kebetulan memang terpilih sebagai tuan rumah untuk pertandingan turnamen.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Jeno dan kawan - kawannya nampak masih berada di ruang ganti. Mereka masih membicarakan mengenai taktik dan strategi yang akan mereka gunakan untuk melawan sekolah rival. Setelah itu, mereka diberi waktu istirahat selama 45 menit oleh pelatih mereka, coach Johnny.

Setelah diberi izin keluar oleh coach Johnny, mereka segera beranjak keluar dari ruang ganti. Mayoritas mereka semua pergi ke arah kantin untuk makan, hendak mengisi tenaga untuk pertandingan nanti. Maklum saja, mereka sudah datang sebelum matahari terbit dan tidak sempat untuk sarapan.

Jeno juga ikut keluar dari ruang ganti. Namun tujuannya adalah pergi ke kelas. Ia melangkahkan kakinya menuju lantai 3, tempat dimana kelasnya berada. Sepanjang koridor, laki-laki itu banyak di sapa oleh siswa - siswi yang berlalu lalang, tak sedikit juga yang memberikan doa agar tim basketnya kembali membawa piala kemenangan. Memang saat ini koridor sekolah sangat ramai. Kepala Sekolah sengaja meniadakan kegiatan belajar mengajar hari ini, agar siswa dan siswi serta para guru bisa menonton dan memberi dukungan untuk tim basket sekolah.

ππππ

Jeno masuk kedalam kelasnya yang terasa sepi karena hanya ada beberapa orang saja didalam sana. Jeno melangkah menuju salah satu meja yang ada di barisan kedua. Sesampainya di meja yang ia tuju, ia tersenyum mendapati ada sosok Perempuan yang tengah tertidur dengan posisi duduk dengan kedua tangannya sebagai tumpuan.

Jeno mengelus pelan rambut Perempuan yang ada di hadapannya itu. Akhir - akhir ini Jeno memang suka melakukan kegiatan tersebut. Merasa terusik, Perempuan itu mengangkat kepalanya. Melihat siapa yang berani mengganggu tidurnya. Pupil Perempuan itu membesar, melihat sosok Jeno yang ada di hadapannya saat ini. Jeno tertawa kecil, dia suka eskpresi terkejut Perempuan itu.

Menurutnya, wajah Perempuan itu akan berubah menjadi lucu dan menggemaskan saat terkejut. Apalagi jika saat Perempuan dihadapannya kini tengah merona karena malu, rasanya Jeno ingin mencubit dan mendusel pipinya.

Sosok perempuan dihadapannya kini tidak lain adalah Gita, kekasihnya.

"Ngapain sih, Jen?" tanya Gita. Wajahnya terlihat benar - benar lelah dan mengantuk.

Jeno menggeleng sebagai jawabannya. Lalu duduk di bangku yang ada dihadapan kekasihnya. Netranya masih menatap kearah Gita yang sekarang sedang mengucek - ngucek matanya.

"Jangan di kucek gitu Git, cuci muka aja sana." Jeno meraih tangan Gita agar Perempuan itu berhenti mengucek - ngucek matanya.

Gita menurut, berhenti mengucek matanya. Namun Perempuan itu enggan untuk mencuci mukanya di toilet. Ia terlalu malas untuk bergerak. Gita meraba - raba kolong mejanya, mencari sesuatu. Saat sudah menemukan benda yang ia cari, ia mengambil nya dan meletakkan di atas meja.

"Nih, makan dulu. Belum sarapan kan tadi?" Gita menyodorkan benda yang tak lain adalah kotak bekal ke arah Jeno.

Jeno tersenyum, lalu membuka tutup kotak bekal itu. Semalam, Jeno memang meminta Gita untuk membawakannya bekal. Bahkan Laki - Laki itu request ingin dibawakan nasi goreng oleh Gita.

Jeno memasukan suapan pertama ke dalam mulutnya. Sementara Gita memperhatikan ekspresi wajah Jeno, berharap nasi goreng buatannya layak untuk dimakan.

North Stars | Jeno✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang