Aku terlalu sering di rendahkan. Namun tetap saja rasanya sangat menyakitkan. Coba sekali saja, berada di posisiku. Apakah kamu mampu?
~Zahira Ayyuna
********
Satu minggu telah berlalu sejak kejadian itu. Semuanya semakin terasa asing, ayahku tak pernah mengeluarkan sepatah katapun pada ibuku sejak hari itu. Mungkin beliau merasa marah sekaligus gagal, gagal membesarkan bang ivan dengan baik.
Sedangkan ibuku, dia seolah membenarkan perbuatan bang ivan. Membela bang ivan kala para tetangga membicarakan tentang keburukam bang ivan. Ibuku tidak memarahi bang ivan karena kelakuannya yang sudah teramat bebal itu. Ia tetap mengasihi bang ivan seolah bang ivan adalah anak kebanggaan.
Hari ini aku berangkat, karena senin aku sudah harus kembali bersekolah. Aku diantar ayah ke rumah kostku dengan menggunakan sepeda motor. Saat di perjalanan, ayah berkata
"Jadi anak ayah yang baik, jaga pergaulan, jaga diri. Ayah sayang sama yuna, yuna jangan pikiran masalah di rumah. Fokus belajar, biar nanti bisa kuliah" ujar ayah.Aku menitihkan air mata mendengarnya. Ayah, satu-satunya orang yang mendukungku kala aku hampir putus asa. Satu-satunya orang yang selalu merasa bangga atas apa yang aku peroleh. Satu-satunya orang yang menjagaku dengan segenap jiwa dan raga. Satu-satunya orang yang mendahulukan kebahagiaanku di atas segalanya.
"Yuna janji, yuna akan jadi anak baiknya ayah. Yuna janji, yuna ngga akan pernah ngecewain ayah. Maafin yuna, kalau selama ini yuna nyusahin ayah dan belum bisa bikin ayah senyum karena yuna" aku menangis dibalik punggung kokoh ayah.
"Ayah pegang janji yuna. Ayah sayang sama yuna"
"Iya ayah, yuna juga sayang sama ayah" ucapku.
2 jam perjalanan telah aku lewati, kini aku telah sampai di kostku. Setelah berpamitan dengan ayah, dan bertemu dengan ibu kost, aku memasuki kamarku.
Hari berganti, pagi ini aku telah siap dengan seragam putih abu-abuku. Menyiapkan beberapa buku yang masih kosong untuk aku bawa ke sekolah. Maklum, hari pertama masuk sekolah jadi catatan pun masih baru.
Aku berjalan kaki menuju sekolah, karena jarak dari kost menuju sekolah hanya 500meter.
Aku memasuki area sekolah, namun anehnya murid-murid yang aku lewati menatapku sinis. Bahkan beberapa dari mereka melontarkan kata-kata yang begitu menohok.
"ciee yang abangnya nikah karena ceweknya hamil duluan" ucap salah satu anak lelaki yang baru saja aku lewati.
"bentar lagi punya ponakan dong" teman di sebelahnya menimpali.
Kemudian dari arah belakang ada yang merangkulku, sontak aku membulatkan mata ketika mengetahui bahwa dia adalah Devan, ketua geng kumpulan anak bebal di sekolahku.
"Woy, kumpul deh. Ternyata di sekolah kita tuh keren ya, seorang adik yang punya abang tukang hamilin anak orang ada di sini loh" selorohnya. Setelah perkataannya, seluruh anak sekolah berkumpul mengerubungiku dan devan.
"Mau lo apa si van? Gue nggak pernah punya masalah sama lo." kataku pada devan.
"Mau gue? Gue mau lo nemenin gue satu malam, malam ini" ucapnya, kurang ajar dia pikir aku apa?
"Lo pikir gue apaan? Hah? Kurang ajar lo ya" teriakku padanya.
"Abang lo aja bisa dengan mudah bikin anak orang hamil, berarti lo bisa dengan murah melakukan hal yang sama kaya abang lo" hinanya padaku. Anak-anak yang mengerubungiku tertawa, menertawakan ucapan devan padaku sekaligus menertawakan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHIRA [SELESAI]
Teen FictionKulalui liku hidup, meski berderai air mata. Kadangkala dunia terasa sangat tidak adil, menguji makhluk yang bahkan telah lunglai. Duniaku terasa sangat menyakitkan. Luka demi luka kuseka, tapi duka tak henti memenjara. Entah kapan terakhir kali aku...