Rencana?

2.5K 122 6
                                    

Aku ingin menyandarkan lelahku, di pundakmu. Aku ingin mengalirkan tangisku, di pelukanmu.

~Zahira Ayyuna

**********

Abyan mendudukkan Zahira di ruangannya. Gadis itu masih sesenggukan. Jejak air mata masih basah di pipinya. Abyan merutuki dirinya, merasa gagal menjaga Zahira.

"Maafin saya, Ra. Saya gagal menjaga kamu, saya nggak nepatin janji saya untuk melindungi kamu." Guratan penyesalan, tercetak jelas di wajah Abyan.

Zahira menggeleng, "Ng-nggak kok, ha-harusnya saya yang min-minta maaf. Karena saya, Pak Abyan kesusahan." Abyan meraih jemari Zahira, menggenggamnya erat.

"Saya nggak pernah merasa kesusahan kalau itu untuk kamu, Ra. Lain kali, kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi saya. Kalau kamu diperlakukan seperti tadi, pergi dari tempat itu. Jangan bertahan di sana, dan bikin hati kamu sakit karena perkataan orang-orang yang nggak suka sama kamu, oke?" Zahira mengangguk.

"Mau pulang?" tanya Abyan lembut. Tidak mungkin Zahira tetap mengikuti mata kuliah hari ini, jika penampilannya sudah tak karuan. Rambut dan baju yang basah, mata yang bengkak, kentara sekali dirinya habis menangis.

"Mau pulang, tapi saya masih ada mata kuliah sampai sore." Zahira memang tidak terbiasa membolos mata kuliah, bahkan sedari dia duduk di bangku sekolah.

"Saya akan ijinin kamu ke dosen yang mengampu mata kuliah kamu hari ini. Jadi, ayo pulang. Saya takut kamu sakit, baju kamu masih basah. Jas saya kamu pakai lagi ya."

Sekali lagi, Zahira hanya mengangguk. Abyan kembali menyampirkan jasnya di tubuh Zahira, setelah tadi saat memasuki ruangan Zahira melepasnya.

Abyan merangkul Zahira menuju di mana mobilnya terparkir. Banyak mata yang menatap mereka. Tapi kali ini, bukan tatapan tidak suka yang mereka tujukan pada Zahira.

Mobil Abyan melaju, meninggalkan kampus. Zahira masih diam, tak ingin bersuara. Abyan pun yakin, gadisnya memang masih merasa syok atas apa yang terjadi padanya hari ini.

Jalanan nampak lengang, seolah memberi akses agar Zahira cepat pulang. Cuaca mendung namun tak turun hujan, seakan duka turut dirasakan.

Zahira memandang ke luar jendela. Menatap jalanan dan para pengendara lainnya. Ia berusaha untuk menguatkan hatinya, berkata bahwa semuanya telah baik-baik saja.

Abyan melirik Zahira sekilas. Ia memaklumi jika gadisnya masih ingin berdiam diri. Ia pun paham, apa yang Zahira dapati hari ini sepenuhnya mengembalikkan memori luka tempo dulu.

Rumah kost berpagar hitam, tempat di mana Zahira berpulang setelah lelah menimba ilmu seharian. Namun kali ini, ia pulang bukan membawa lelah sebab belajar, namun lelah sebab dijadikan bahan ejekkan.

"Sudah sampai, Ra. Masuk gih, bersihin badan kamu. Terus istirahat, jangan lupa makan ya." Zahira mengangguk, tersenyum tipis pada Abyan.

"Makasih, Kak. Maaf, ngerepotin Kak Abyan." "Sekali lagi saya bilang, kamu nggak pernah membuat saya repot. Ya sudah, sekarang kamu masuk. Istirahat." Abyan mengusap kepala Zahira lembut, membuat Zahira tersenyum atas apa yang Abyan lakukan.

Setelah berpamitan pada Abyan, Zahira masuk ke dalam kostnya. Membersihkan diri, lalu menggelung tubuhnya di balik selimut. Sembari berharap, semoga setelah ini tidak akan ada masalah yang menimpanya lagi.

Ia, menangis lagi. Memang, dia sudah terbiasa merasakan itu semua. Tapi kenapa rasa sakitnya masih sama? Ia, terluka lagi. Dengan cara terluka yang sama, namun dengan hinaan yang berbeda. Apakah, dia masih bisa merasakan bahagia?.

Zahira terlelap. Membawa dirinya ke alam mimpi. Menenggelamkan pikiran kacaunya, meninggalkan sejenak rasa sakit di hati. Sekali lagi, ia tak pernah siap untuk terluka kembali.

Dilain tempat, seorang wanita cantik menggeram marah. Emosinya sedang berada di ujung tanduk. Berkali-kali umpatan keluar dari mulutnya. Amarahnya meluap, air mukanya merah padam.

Ia menekan beberapa angka di ponselnya, menghubungi seseorang yang ia anggap mampu membantunya.

"Hallo, gue butuh bantuan lo. Cari tau seluk beluk gadis bernama Zahira Ayyuna. Kasih informasi itu ke gue." Titah wanita cantik itu seolah tak bisa dibantah.

"Bayaran berapa? Kayanya informasi kali ini berharga banget buat lo" ucap seseorang di seberang sana.

"Berapapun yang lo minta, gue akan kasih. Asal informasi yang lo kasih ke gue, memuaskan gue."

Senyum jahat terpatri di wajah wanita itu. Entah rencana seperti apa yang akan dia siapkan.

"Lo udah berani rebut apa yang harusnya jadi milik gue. Dan gue bisa pastiin, lo nggak akan hidup tenang. Zahira Ayyuna."

Tatapan tajam, senyum iblis yang terpancar. Sungguh, seperti bukan dia yang orang lain kenal.

Dia adalah gadis lembut, penyayang dan panutan bagi siapapun yang mengenalnya. Siapa sangka? Cinta bisa merubahnya menjadi orang yang begitu kejam.

Ada sebuah nasihat, untuk mereka yang dirundung cinta dalam hatinya. Jika cintamu bersifat positif, dia akan menjadi penyemangatmu dalam melakukan hal baik, dia akan menjadi pengingatmu ketika kamu hendak melakukan hal yang buruk.

Namun jika cintamu negatif, dia bisa berbuat kejam kepada siapapun tanpa peduli apapun. Dia akan mengarahkan hatimu kepada hal yang seharusnya tidak kamu lakukan. Menguasai hatimu dan pikiranmu dengan emosi yang menggebu.

"Gimana? Dapet informasinya? Tentang keluarganya, kehidupannya atau bahkan masa lalunya yang bisa menghancurkan nama baiknya." Lagi, gadis itu tersenyum licik.

"Udah dong, lo percaya sama orang yang tepat. Ada banyak kisah buruk di hidup dia. Yang gue yakin, akan bikin nama baiknya hancur dalam sekejap mata."

"Kirim ke email gue. Sekarang."

Dia membuka emailnya, membaca kalimat demi kalimat yang ada di sana. Dia tersenyum penuh kemenangan, seolah ia akan menjadi malaikat maut untuk orang yang ia benci.

"Ternyata, hidup lo sangat menyedihkan, Zahira. Dan orang dengan hidup seburuk dan sehancur itu, nggak pantes untuk mendapatkan hal terbaik di dunia ini."

Wanita itu tertawa. Merasa dirinya sedang dalam puncak kemenangan. Menganggap dirinya kini yang paling unggul. Dan menjadikan dirinya adalah penghancur hidup orang lain.

"Kirim informasi itu ke alamat yang gue kasih."

Gadis itu menyeringai, menampakkan senyum iblisnya. Dia yakin, kali ini rencananya akan berhasil. Dia akan menghancurkan kebahagiaan yang dimiliki seseorang yang ia anggap musuh itu.

"Kita lihat, sampai di mana kamu bertahan?"

*********

Jangan lupa berdoa, belajar dan berusaha. Terimakasih...

ZAHIRA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang