Komitmen

3.7K 195 4
                                    

Aku tak berjanji akan selalu memberi bahagia, tapi aku akan selalu menjaga. Menjaga hatiku, agar hanya tertuju padamu.

~Abyan Nandana

*********

Abyan benar-benar menepati ucapannya. Jam sembilan pagi di hari minggu, dia sudah bertengger manis di depan kost Zahira. Dengan setelan kemeja lengan pendek berwarna navy, kontras dengan kulit putih bersihnya. Menambah kadar ketampanannya.

Rambutnya ia sisir rapi, wangi maskulin menguar dari tubuhnya. Sebenarnya apa yang akan Abyan tunjukkan pada Zahira?.

"Sudah siap, Ra?" tanya Abyan. Dia tersenyum pada gadis di depannya. Senyum yang begitu menghangatkan.

"Pak, saya sebenarnya nggak enak lho. Bapak kan dosen saya, rasanya nggak etis banget jalan berdua kaya gini, Pak."

"Saya sudah bilang berapa kali sama kamu, Ra. Jangan terlalu peduli sama penilaian orang. Hidup kamu nggak akan tenang kalau setiap ada omongan yang nggak enak kamu telan mentah-mentah." nasihat Abyan.

Memang terkadang baik mendengarkan kritikan dari berbagai orang, hanya saja ketika kritikan itu sudah bersifat menjatuhkan, lebih baik tinggalkan. Jangan dengarkan, apalagi hati kita sampai menyimpan. Jangan deh pokoknya.

"Bukan gitu, Pak. Bapak kan banyak fansnya, saya nggak mau kena serang fans Bapak. Nggak mau dibully lagi saya, Pak."

"Jangan-jangan kamu juga bagian dari fans saya?" candaan Abyan, garing.

"Maaf ya, Pak. Fans Bapak itu cewek-cewek yang ngehits di kampus. Cantik-cantik pula tuh. Apalah saya yang hanya remahan kerupuk warteg dibanding mereka." ucap Zahira dengan nada melas.

Abyan hanya tersenyum sembari menggeleng. Zahira ini, kelakuannya aneh.

"Bapak nggak risih emang? , setiap hari ke kampus bukan hanya ke kampus malah, dapat tatapan memuja dari perempuan, bahkan kadang ibu-ibu pun ikut muji-muji Bapak."

"Nggaklah, Ra. Kan memang saya ganteng, keren pula tuh. Jadi saya maklum kalau banyak yang terpesona sama saya," Abyan tergelak sendiri dengan ucapannya.

"Ternyata Bapak itu narsis ya, percaya dirinya terlalu berlebihan. Nggak semua orang kali yang terpesona sama Bapak."

"Saya nggak narsis lho, Ra. Memang kenyataannya seperti itu. Memangnya kamu nggak terpesona sama saya?" Abyan menaik-naikkan sebelah alisnya. Zahira bergidik, Abyan yang di kampus dengan Abyan yang sekarang bersamanya sangatlah berbeda.

"Nggak deh, Pak. Bapak itu punya kepribadian ganda ya, Pak?"

"Maksud kamu?" Abyan bingung, pertanyaan gadis ini memang selalu tidak bisa ia tangkap dengan baik.

"Pak Abyan itu kalau di kampus berwibawa deh, lah Pak Abyan yang sekarang, narsis juga over pede. Saya ngeri ih."

"Kan tadi saya sudah bilang ra, memang kenyataannya saya ganteng kok. Nggak heran banyak fansnya saya."

"Iya deh, Pak. Iyain aja udahlah, daripada nanti ilmu saya nggak berkah. Iya Bapak dosen." jawab Zahira pasrah.

Satu jam perjalanan mereka lewati. Zahira menyapu pandangannya. Sedetik kemudian, matanya berbinar dan tersenyum kepada Abyan.

"Pantai, Pak? Wah, Bapak tau dari mana saya suka yang berbau laut dan air?"

"Jangan turun dulu, Ra. Saya harus parkirin mobil saya dulu. Saya tau kamu suka banget liat laut, tapi tolong, sabar. Jangan langsung loncat." Ledek Abyan pada Zahira ketika mendapati Zahira hendak membuka pintu mobilnya.

ZAHIRA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang