Mungkin aku yang salah menafsirkan. Kuanggap kau menyimpan rasa, namun ternyata kau biasa saja.
~Zahira Ayyuna
********
Zahira melangkah penuh semangat menuruni satu persatu anak tangga. Dia berjalan menuju ruang dosen populer di kampusnya.
Sebenarnya tadi ia ingin menggunakan lift, namun ketika melihat di dalam lift penuh sesak dia memutuskan menggunakan tangga saja. Lumayan, olahraga.
Hari ini mata kuliahnya tidak terlalu padat, sebab beberapa dosen yang seharusnya mengampu tidak bisa hadir. Di kampusnya sedang ada kunjungan pendidikan ke Universitas di Jawa Timur dan sepertinya dosennya pun mengikuti acara tersebut.
Ingat kan? Minggu lalu Abyan mengamuk dan meminta revisi tugas yang dia berikan. Dan hari ini, semua anak kelas enggan mampir ke ruangan dosen itu walau hanya sekadar mengumpulkan tugas. Berakhirlah Zahira yang dijadikan tumbal.
Sebenarnya si Zahira tidak keberatan, tapi yang nggak enak itu dia dikira ada apa-apa sama Abyan. Duh, aamiinkan saja hehe.
Zahira memasuki ruangan Abyan, sesaat setelah dosen itu berkata pada Zahira untuk masuk.
"Siang, Pak" Zahira berjalan mendekat ke meja kerja Abyan. Ternyata di sana Abyan tidak hanya sendiri. Ada seorang wanita cantik yang tengah berbicara santai dengan Abyan.
Zahira mengenalnya, dia juga salah satu dosen di Fakultasnya itu. Agnetta Ayunindia, iya dia.
"Duduk, Ra." Abyan menunjuk kursi kosong di samping Agnetta.
"Nggak usah, Pak. Saya ke sini cuma mau ngumpulin tugas yang minggu kemarin Pak Abyan suruh revisi." Zahira sepertinya tidak mau menganggu dua insan yang kini tengah bercengkrama itu.
"Oh, taruh saja di loker saya Ra." Abyan menunjuk ke arah lokernya. Zahira sudah hapal betul, loker itu adalah tempat di mana tugas para mahasiswa berakhir.
"Baik, Pak." Zahira melangkah, nenaruh tugas itu di atas tumpukkan tugas para mahasiswa yang lain. Sampul berwarna-warni, tebal kertas yang berbeda-beda, dibumbui coretan-coretan dari seorang Abyan. Apakah tugas mahasiswa selalu berakhir seperti ini di tangan para dosen?
"Pak, nanti jadi pulang sama saya? Kebetulan di dekat sini ada cafe yang baru buka, mampir yuk Pak." ajak Agnetta pada Abyan.
Tak sengaja Zahira mendengar, bukan tak sengaja tapi memang suara Agnetta itu lumayan keras. Entah kenapa, seperti memanas-manasi Zahira saja.
Ra, kamu kan nggak ada apa-apa sama dosen populer itu. Santuy, Ra. Mending sekarang balik deh, jangan kelamaan di sini. Makin panas suasananya. Batin Zahira.
"Wah boleh itu, Bu. Kebetulan saya suka nyobain makanan di tempat baru." Jawab Abyan. Agnetta tersenyum senang karena ajakannya di sambut baik oleh Abyan.
"Maaf, Pak menganggu. Saya permisi ya, itu tugasnya sudah di loker Bapak. Selamat siang Pak terimakasih."
Abyan hanya mengangguk. Tidak biasanya seorang Abyan cuek bebek seperti itu pada Zahira. Ah, mungkin karena dia sedang bersama perempuan cantik yang sepadan dengannya, sama-sama dosenkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHIRA [SELESAI]
Teen FictionKulalui liku hidup, meski berderai air mata. Kadangkala dunia terasa sangat tidak adil, menguji makhluk yang bahkan telah lunglai. Duniaku terasa sangat menyakitkan. Luka demi luka kuseka, tapi duka tak henti memenjara. Entah kapan terakhir kali aku...