Denganmu, aku bahagia. Denganmu, aku menemukan arti cinta.
~Abyan Nandana
*********
"Maafin Mama, Byan." Qori sesenggukan di ruang tamu rumahnya.
Sepulang dari kediaman keluarga Agnetta, rupanya ibunda dari Abyan itu sangat terpukul. Dia hampir saja menjodohkan putranya dengan perempuan seperti Agnetta.
Dan lagi, keluarga gadis itu tidak sesuai dengan harapan Qori. Dia pikir, keluarga Agnetta benar-benar keluarga terpandang, ternyata Ayah dari Agnetta melakukan penggelapan uang.
"Mama percaya ya sama Abyan. Abyan nggak mungkin ngecewain Mama, Abyan sayang sama Mama. Abyan minta sama Mama, restuin hubungan Abyan sama Zahira ya, Ma."
Abyan memohon, benar-benar memohon. Selama perjalanan pulang, lelaki itu merenung. Mungkin, ini cara Tuhan menunjukkan bawah dirinya dengan Zahira itu berjodoh.
Kali ini, dia tidak akan membiarkan Zahira lepas lagi. Saat ini, dia akan memperjuangkan Zahira kembali. Zahira, gadis yang membuat seorang Abyan menangis enggan kehilangan.
"Maafin Mama, Byan. Mama kira, pilihan Mama yang terbaik, pilihan Mama akan buat Abyan bahagia. Tapi ternyata, semua hancur, Byan."
Papa Abyan masih duduk dengan tenang, sambil mengusap punggung istrinya yang tengah terisak. Lelaki itu tahu, keputusan istrinya tidak baik untuk putranya. Jadi, untuk sekarang dia hanya membiarkan Qori menyesali keputusannya.
"Mama, ikhlas kalau kamu mau sama Zahira. Sekarang, Mama percaya kalau pilihan kamu, baik buat kamu."
Senyum bahagia terpancar di wajah dosen tampan itu. Ia segera mencium tangan Qori sambil berucap terimakasih berulang kali.
Dia, bahagia.
"Ajak Zahira ke sini ya, Byan. Mama mau ketemu sama dia. Mama, mau minta maaf sama dia." Abyan mengangguk.
**********
Abyan melangkah dengan terburu-buru di lorong kampus tempat dia mengajar. Sesekali matanya menyorot tajam ke arah kelas setiap kali dia melewati.
Dia mencari-cari keberadaan gadis yang ia cintai. Salahnya, dia tidak mencari informasi terlebih dahulu, semester genap ini Zahira berada di kelas mana.
Matanya terpaku di sebuah ruang bertuliskan '2C4'. Di sana, gadis yang dia rindukan tengah tertawa bahagia bersama sahabatnya.
"Lo tau nggak, Ra? Adik gue kepeleset dong di kamar mandi, katanya licin, padahal emang abis buat mandi sama dia. Ya jelas licin dong, kan sisa sabun. Terus dia marah-marah nggak tau sama siapa, sumpah gue ngakak. Mana jatuhnya nggak elit banget lagi, hahaha, " ucap Della.
"Gila lo, bukannya ditolongin malah diketawain, hahaha" ujar Widi.
"Harusnya lo videoin, pasti tambah ngakak deh kalau liat aslinya, haha," ledek Ayu.
Abyan tersenyum. Melihat gadisnya tertawa, ternyata mampu membuatnya ikut merasa bahagia. Ah, cinta terkadang sesederhana itu.
"Maaf saya mengganggu waktunya sebentar," ucap Abyan. Seketika kegaduhan di kelas itu berubah menjadi tenang.
Semua mata terpaku pada sosok Abyan yang tengah berdiri di ambang pintu. Ada raut keterkejutan di muka para mahasiswa itu, tak terkecuali Zahira.
Gadis itu menegang, ketika mengetahui siapa orang yang menginterupsi kegaduhan di kelasnya. Pria yang berusaha dia lupakan, berada di depan matanya.
"Zahira, boleh saya minta waktu untuk bicara sama kamu?"
Dan, keterkejutan Zahira bertambah. Dia melirik ke arah Widi, meminta pendapat apa yang harus dia lakukan. Tak disangka, Widi mengangguk.
"Selesain baik-baik, Ra. Inget apa yang gue bilang, kalau jodoh lo bakal balik kok ke lo, oke, semangat!" Widi berbisik pada Zahira.
Setelah berusaha menguatkan hatinya, dan meredam degup jantungnya, gadis itu mengangguk. Abyan bernapas lega, sejujurnya sedari tadi dia khawatir. Takut Zahira enggan menemuinya lagi.
Zahira mendekat, menatap Abyan yang sedari tadi tak melepaskan tatapannya pada gadis itu. Ada rindu di balik matanya, ada rasa takut yang juga terpancar di sana.
Abyan menggenggam tangan Zahira, tak memedulikan para mahasiswa yang menatapnya iri. Bahkan ada beberapa yang terang-terangan menginginkan di posisi Zahira.
Abyan menarik lembut gadis itu menuju tempat di mana dia memarkirkan mobilnya.
"Pak, kenapa? Ada apa?" tanya Zahira.
Grepp.
Aksi spontan dari Abyan membuat Zahira menegang. Lelaki itu, memeluknya. Menyalurkan kerinduan yang seolah hampir meledak itu.
Zahira berusaha melepaskan dekapan Abyan. Bukan dia tak rindu, hanya saja rasanya canggung, bukankah Abyan kini sudah menjadi milik orang lain?
"Pak, Bapak nggak boleh gini. Nanti Bu Agnetta marah," ujar Zahira yang justru membuat Abyan semakin mengeratkan pelukannya.
"Saya kangen sama kamu, rasanya kangen saya ke kamu kaya mau bunuh saya, Ra. Saya nggak mau mati karena kangen kamu, saya pengen hidup sama kamu sampai saya menua dan menutup mata." Ucapan Abyan benar-benar membuat Zahira pun enggan kehilangan pria itu.
Ah, usahanya untuk move on sepertinya gagal.
Abyan melepas pelukannya, menatap gadis yang berada di depannya.
"Mama saya mau ketemu sama kamu, mau minta maaf katanya. Kamu mau?" tanya Abyan halus.
"Tunggu, saya nggak ngerti. Pak Abyan sama Bu Agnetta gimana?" Sekali lagi, Zahira menanyakan hal yang sama.
"Batal, Ra. Ada beberapa masalah. Sekarang saya percaya, kalau kamu jodoh saya. Nggak peduli seberapa banyak masalah yang telah dan akan kita hadapi, saya percaya kamu tetap untuk saya, selamanya." Lelaki itu tersenyum, senyum hangat yang Zahira rindukan.
Zahira masih diam, setengah tidak percaya dengan apa yang Abyan katakan.
"Ra, kamu mau kan berjuang kembali bersama saya? Menghadapi dunia bersama saya? Dan berada dalam dekapan saya?"
"Pak, saya..." Entah apa yang harus gadis itu katakan. Rasanya, semua yang ada sekarang seperti mimpi.
Dia sudah mempersiapkan diri dan hatinya untuk kehilangan Abyan selamanya. Namun dengan tiba-tiba, Tuhan memberinya jalan untuk kembali membangun hubungan bersama Abyan.
Rencana Tuhan, begitu mengesankan.
"Saya sayang sama kamu, Ra. Cinta malahan, kamu masih maukan hidup sama saya?" tanya Abyan sekali lagi.
Zahira masih bergeming. Ada rasa bahagia di hatinya, namun rasa sakit itu pun masih terasa nyerinya.
"Ra?"
"Saya, saya.. Sakit itu masih ada, Pak."
"Saya minta maaf, Ra. Kalau kamu masih belum ingin berkomitmen kembali dengan saya, saya terima kok. Tapi jangan melarang saya untuk tetap memperjuangkan kamu ya?"
"Bantu saya hilangin rasa sakit yang ada di hati saya ya, Pak?" pinta Zahira, lelaki itu mengangguk.
"Saya akan buat kamu bahagia, sampai kamu lupa sama luka kamu. Saya akan buat hidup kamu jauh dari rasa sakit, saya akan berusaha, Ra."
Gadis itu mengangguk, sedetik kemudian dia berhampur ke pelukan lelaki yang amat dia rindukan itu.
Kali ini, dunia berada di pihak gadis malang itu.
*********
Jangan lupa berdoa, belajar dan berusaha. Terimakasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHIRA [SELESAI]
Teen FictionKulalui liku hidup, meski berderai air mata. Kadangkala dunia terasa sangat tidak adil, menguji makhluk yang bahkan telah lunglai. Duniaku terasa sangat menyakitkan. Luka demi luka kuseka, tapi duka tak henti memenjara. Entah kapan terakhir kali aku...