Biarkan aku pergi. Nikmati hidupmu kembali, tanpa aku di sisi. Kau, akan selalu di hati.
~Zahira Ayyuna
*********
Dengan langkah gontai, Zahira menyusuri setiap jalan untuk pulang. Perkataan Ibu dari pria yang dia cinta, masih terngiang di kepala.
Mengapa melepaskan terasa sangat menyakitkan? Mengapa dia dibuat seolah tak pantas mendapatkan cinta? Mengapa dirinya dianggap tak layak bersama orang-orang baik?
Dia membuka pintu kamarnya, duduk di tepian ranjang. Air matanya tumpah, tak mampu lagi dia membendung. Isakkan lolos dari bibirnya.
Hatinya nyeri. Ia meratap, mengapa kisah cintanya hanya sekejap? Mengapa kebahagiaannya kian lenyap? Mungkin mereka benar, dia hanya seonggok sampah yang tak layak.
Malam hari ia lewati, dengan tatapan kosong menerawang. Sesekali dia menyesal, hidup di tengah keluarga yang berantakkan. Namun seringkali dia bersyukur, banyak hikmah kehidupan yang mampu dia jadikan pegangan.
Pagi menyapa. Zahira tengah bersiap untuk pergi kuliah, semalaman tidak tidur membuat lingkaran bawah matanya menghitam. Ditambah keadaan matanya yang bengkak, dan memerah.
Dia hanya menggunakan celana jeans panjang, dengan kemeja biru dongker kebesaran. Rambutnya dia cepol asal, sudah tak peduli lagi akan penampilan fisiknya. Karena nyatanya, hatinya tengah remuk redam.
Tanpa dia duga, lelaki yang membuatnya menangis semalaman berada tepat di depan kostnya. Rasanya, dia ingin berpura-pura tak melihat saja.
"Kenapa ponsel kamu mati? Kenapa nggak ada kabar? Kamu habis darimana? Ngapain? Sama siapa?" Abyan memberondong dia dengan serentetan pertanyaan.
Dia baru ingat, ponselnya dia biarkan mati semalaman. Pantas saja lelaki di depannya itu terlihat panik, khawatir sekaligus marah.
"Ponsel saya mati, semalam saya nggak charger. Saya nggak kemana-mana kok, di kost aja. Tidur dari sehabis isya." Bohong, jelas sekali Zahira berbohong.
"Kamu bohong sama saya, ada apa? Mata kamu bengkak, ada lingkaran hitam di bawah mata kamu. Kalau kamu semalam tidur cepat, nggak mungkin sekarang kamu punya mata panda." Telak, Zahira tak bisa mengelak.
"Saya ingin sudahi hubungan ini, Pak. Saya sudah tidak mau memiliki hubungan apapun dengan Pak Abyan." Zahira berusaha kuat kala mengucapkan kalimat menyakitkan itu, namun nyatanya air mata itu lolos juga.
"Maksud kamu apa, Ra? Kita bahkan nggak punya masalah apa-apa. Kemarin kita baik-baik aja. Kenapa?" Tentu saja Abyan syok dibuatnya. Tidak ada angin pun tidak ada hujan, tiba-tiba gadisnya berkata demikian.
"Saya rasa sudah cukup, Pak. Sudah cukup Bapak membuang waktu bersama perempuan seperti saya. Mau bagaimanapun, Bapak dengan saya berbeda." Zahira menunduk, tak mampu menatap lelaki yang mampu meluluhkan hatinya itu.
"Masuk ke mobil saya, kita bicarakan di tempat lain!" titah Abyan. Dia menarik lengan Zahira, membawanya masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan gadis itu, hanya diam dan pasrah. Dia sudah terlalu lelah untuk sekadar menolak.
Abyan membawanya kesebuah cafe. Rahangnya mengeras. Matanya menajam. Zahira tau betul, lelaki itu tengah menahan amarahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHIRA [SELESAI]
Teen FictionKulalui liku hidup, meski berderai air mata. Kadangkala dunia terasa sangat tidak adil, menguji makhluk yang bahkan telah lunglai. Duniaku terasa sangat menyakitkan. Luka demi luka kuseka, tapi duka tak henti memenjara. Entah kapan terakhir kali aku...