Biarkan kubawa cintaku, hingga maut menyapaku. Biarkan kusimpan namamu, hingga tutup usiaku.
Aku, mencintaimu.~Abyan Nandana
*********
Sebuah komitmen antara laki-laki dan perempuan, bukan hanya menyatukan mereka berdua, tapi juga akan menyatukan dua buah keluarga besar.
Banyak yang memimpikan hal ini, berkomitmen, saling bertukar cincin, kemudian mulai membicarakan hari pernikahan, saling tersenyum bahagia.
Namun, itu tidak terjadi pada seorang Abyan. Baginya, penyatuan dua keluarga yang akan dia jalani saat ini adalah, neraka untuknya.
Dia tidak pernah mencintai perempuan yang hendak bertunangan dengannya. Jangankan cinta, suka pun tak ada.
Malam ini kedua keluarga itu tengah berkumpul, membicarakan acara pertunangan yang akan diadakan dua hari lagi.
Iya, Abyan dan Agnetta. Wanita itu memancarkan senyum manisnya. Dia amat sangat bahagia. Dia tidak merasa ini sebuah perjodohan, karena memang dia mencintai pria yang sebentar lagi akan resmi terikat dengannya.
Lain halnya dengan dosen tampan idaman kaum hawa. Dia amat sangat tidak peduli dengan acara itu. Pikirannya masih melayang, kepada seorang gadis yang setelah ini tidak bisa dia gapai.
"Jadi bagaimana Nak Abyan? Setuju kan kalau acara tunangan kalian diadakan dua hari lagi?" tanya sang Ayah dari Agnetta, Handoko. Abyan hanya mengangguk, memasang muka sedatar mungkin.
Semua yang ada di sana tersenyum bahagia, tidak menghiraukan raut penolakan dari seorang Abyan.
Abyan melangkah, menjauh dari para orang tua yang sibuk membahas konsep acara pertunangannya. Rasanya, memuakkan.
Dia duduk di gazebo samping rumahnya. Tangannya mengutak-atik ponsel yang sedari tadi dia genggam. Matanya tak henti menatap foto seseorang yang ia simpan di galeri ponselnya.
Rindu. Dia ingin mengungkapkan betapa rindunya pada sosok itu. Sosok gadis yang selalu membuat harinya bahagia. Sosok gadis yang tiada hentinya membuat dia tertawa.
Sebuah tepukkan di pundak membuat Abyan mendongak. Dia segera memalingkan muka, kembali menatap foto Zahira.
"Aku tau kamu masih ada rasa sama Zahira. Tapi apa nggak bisa kamu buka hati buat aku Byan?" tanya Agnetta.
"Nggak akan." Jelas, singkat, dan sangat menyakitkan.
"Aku jauh lebih baik dari dia, Byan. Aku berasal dari keluarga yang baik-baik. Aku bukan wanita yang bermasalah dengan masa lalu. Apa kurangnya aku, Byan?"
Abyan menatap wanita di depannya sengit. Wanita yang berpura-pura polos dan lugu. Wanita yang berpura-pura bak seorang malaikat.
"Kurangnya kamu? Kamu terlalu mudah untuk merendahkan orang lain, tapi kamu nggak mau berpikir serendah apa kamu di mata orang lain."
Abyan menarik napasnya dalam, sungguh menyakiti hati wanita bukanlah sifatnya. Tapi, mau bagaimana lagi?
"Dan satu hal lagi, setidaknya Zahira tidak pernah melakukan hal licik dan hal kotor untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."
Abyan pergi meninggalkan Agnetta yang masih mematung. Perkataan Abyan membuat seorang Agnetta berhasil meluruhkan air mata.
Hari berganti dengan begitu cepatnya. Dan malam ini, adalah malam yang membuat seorang Abyan ingin lenyap dari muka bumi.
Hari di mana dia harus bertukar cincin dengan wanita yang bahkan sama sekali tak ingin dia ijinkan masuk ke dalam hatinya.
Di tengah acara yang hanya dihadiri oleh keluarga besar dari Abyan dan Agnetta. Sengaja, mereka tidak mengundang orang di luar keluarga. Itu permintaan Abyan.
Semua sudah berkumpul, termasuk Abyan dan Agnetta. Acara tunangan itu diadakan di rumah Agnetta. Dengan dekorasi yang dibuat semewah mungkin.
Abyan sungguh meminta pada Tuhan, mengagungkan doa di dalam hatinya. Semoga, hari ini tidak akan menjadi akhir dari kisah cintanya dengan Zahira.
Abyan mengenakan setelan jas berwarna Navy, senada dengan Agnetta yang mengenakan gaun panjang tanpa lengan berwarna Navy pula.
Sang MC meminta untuk Abyan dan Agnetta berada di tengah ruangan. Saling berhadapan, seolah mereka adalah pasangan saling mencinta.
"Serasi sekali ya, saya jadi iri lihatnya. Baik, kita langsung saja pada inti acara, yaitu tukar cincin." ucap pemandu acara pertunangan itu.
Belum sempat mereka bertukar cincin, tiba-tiba beberapa orang yang memakai setelan berwarna hitam memasuki rumah keluarga Agnetta. Menginterupsi jalannya acara.
"Maaf mengganggu waktunya. Kami dari satuan kepolisian, ingin bertemu dengan Bapak Handoko," ucap salah seorang polisi.
"Iya saya sendiri." Raut muka semua orang nampak terkejut, di tengah acara sesakral ini, pemilik acara malah dihadapkan dengan pihak kepolisian.
"Kami membawa surat perintah untuk menangkap anda. Atas tuduhan penggelapan dana perusahaan, untuk lebih jelasnya silakan ikut kami ke kantor polisi."
Bagai disambar petir. Kabar yang membuat semua orang tidak bisa berkata-kata. Tetapi, seorang lelaki di tengah-tengah mereka tersenyum bahagia.
"Saya tidak pernah melakukan penggelapan uang, Pak!" protes Handoko.
"Kami sudah mengumpulkan sejumlah barang bukti. Jadi mari ikut kami ke kantor polisi." Dua orang polisi lainnya menggiring Handoko menuju mobil polisi.
Ibu dari Agnetta hanya bisa menangis, tidak percaya kalau selama ini suaminya menghidupi keluarga dengan uang haram.
"Acara ini saya batalkan! Saya tidak mau keluarga saya memiliki besan seorang koruptor!" ucap Qori.
Keluarga besar dari pihak Abyan beranjak pergi dari rumah mewah itu. Merasa dibohongi, mereka mengira bahwa keluarga itu baik-baik saja.
Abyan melangkah keluar, namun seseorang menahan pergelangan tangannya.
"Aku mohon, Byan. Aku nggak mau kehilangan kamu, aku mohon Byan."
"Tolong, jangan membuat saya bertindak kasar pada anda. Atau anda ingin berakhir seperti ayah anda? Masuk ke jeruji besi." Agnetta kebingungan atas apa yang Abyan ucapkan.
"Saya tidak mengira wanita yang terlihat seperti malaikat, mampu melakukan hal kejam di luar nalar seorang dosen terhormat. Saya tau kamu yang membuat gosip saya memiliki hubungan dengan kamu. Kedua, kamu yang membuat gosip bahwa Zahira merebut saya dari kamu, hanya demi nilai mata kuliahnya. Kamu yang membuat Zahira dipandang seperti seorang penggoda. Dan terakhir, kamu yang mengirimkan data-data kehidupan Zahira pada Ibu saya. Di mana data-data itu hanya berisi hal buruk tentang gadis yang saya cinta!"
Abyan berusaha sekuat mungkin menahan amarahnya. Dia mengetahui semuanya, bodoh kalau sampai seorang Abyan tidak mampu mencari tahu siapa biang keladi dari semua kehancuran hubungannya.
"Itu semua karena aku nggak rela liat kamu sama siapapun selain aku!"
"Gila, kamu wanita gila! Sekali lagi, kalau kamu masih berusaha mengganggu kehidupan saya dan Zahira, saya tidak segan-segan menjebloskan kamu ke penjara, seperti Ayah kamu!"
Abyan melangkah menjauh, meninggalkan wanita itu yang meraung-raung agar Abyan tidak meninggalkannya.
Sudah. Sekarang, waktunya dia berjuang kembali. Memulai hal baru lagi. Bersama cintanya yang seharusnya tidak pernah pergi.
*********
Jangan lupa berdoa, belajar dan berusaha. Terimakasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHIRA [SELESAI]
Teen FictionKulalui liku hidup, meski berderai air mata. Kadangkala dunia terasa sangat tidak adil, menguji makhluk yang bahkan telah lunglai. Duniaku terasa sangat menyakitkan. Luka demi luka kuseka, tapi duka tak henti memenjara. Entah kapan terakhir kali aku...