Biarlah hati yang menentukan, kepada siapa dia akan berpulang. Aku tak mampu mengarahkan, pun tak layak menentukan.
~Zahira Ayyuna
*******
"Teman-teman ada pengumuman nih," seru Daffin.
Siang ini zahira dan semua teman kelasnya terpaksa masih berada di dalam kelas. Salah satu mahasiswa di kelas mereka mengatakan bahwa akan ada sedikit pengumuman. Namun nyatanya, sudah tiga puluh menit berlalu belum ada hal yang disampaikan.
"Ah lama lo fin, keburu laper ini gue" seru widi.
Suasana kelas sangat ricuh, banyak dari mereka yang mengeluhkan betapa lambannya daffin dalam memberikan informasi, ada juga yang mengeluhkan kenapa tidak disampaikan dalam grup sosial media mereka saja.
"Santuy dong, ini gue baru dapet info yang jelasnya. Sekarang gue sampein ya," daffin memberikan alasan yang menambah sungutan dari anak kelasnya.
"Wey, itu nasi di kantin udah nungguin, cacing di perut gue udah minta jatah. Lama lo" celoteh jay.
"Iya iya, ini dengerin. Jadi nanti malam fakultas kita bikin acara, satu malam bersama satu angkatan. Nah, semua mahasiswa baru diwajibkan buat ikut." ungkap daffin.
Satu kelas ber'oh' ria. Sejenak kemudian mereka berpikir, hanya informasi seperti itu sampai membuat mereka menunda waktu makan selama setengah jam?. Kejam sekali.
"Gitu doang?" tanya zahira. Dia yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara.
"Lo tau fin, gue belain nunda ngerjain tugas, nunda makan siang, cuma buat dengerin pengumuman yang ngga ada semenit diomongin?" protesnya.
"Hehe" dan daffin hanya nyengir kuda.
"Ada lagi, makanya dengerin dulu dong" bela daffin, ia pun melanjutkan informasi yang harus dia berikan pada teman kelasnya.
"Bayar ya guys, tiga puluh ribu. Bayarnya ke gue, nanti gue sampein ke kakak tingkat yang jadi panitia acara nanti malem."
"Di sana kita juga akan dapet ilmu, karena acara nanti dihadiri bukan hanya oleh dekan fakultas kita, tapi juga Rektor universitas. Jadi, gue harap lo semua bayar sekarang juga, dan nanti malam wajib datang, pukul setengah delapan malam."
Seluruh anak kelas C4 bersorak. Lagi-lagi uang. Taukan ya, betapa miskinnya mahasiswa. Hampir setiap hari dipalak uang buat bikin makalah. Belum lagi anak rantau seperti zahira, akhir bulan benar-benar membuatnya harus makan mi instant, padahal lambungnya bermasalah.
"Ujung-ujungnya duit, to the point kek dari tadi" sungut zahira. Teman-temannya mengangguki perkataan zahira.
"ini akhir bulan lho, tega banget mintain uang," ujar Della. Gadis berponi itu juga mengajukan protes, sesama anak rantau Zahira mengerti maksud perkataan Della barusan.
Mau tidak mau mereka membayar uang untuk acara fakultas. Ya bagaimana lagi, acaranya wajib untuk mahasiswa baru.
Zahira membuka dompetnya, hanya tersisa satu lembar berwarna biru di dalamnya. Hah, setelah ini mungkin dia akan menelfon ayahnya untuk meminta tambahan uang saku.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHIRA [SELESAI]
Teen FictionKulalui liku hidup, meski berderai air mata. Kadangkala dunia terasa sangat tidak adil, menguji makhluk yang bahkan telah lunglai. Duniaku terasa sangat menyakitkan. Luka demi luka kuseka, tapi duka tak henti memenjara. Entah kapan terakhir kali aku...