Salah Paham

3.7K 222 8
                                    

Biarlah mengalir apa adanya. Mari melangitkan harap, agar kau dan aku menjadi kita.

~Abyan Nandana

********

"Yuk, Ra." ajak Daffin pada Zahira. Tepat pukul tujuh pagi Daffin dan sepeda motornya sudah bertengger di depan kost Zahira.

Beberapa hari belakangan Zahira memang terpaksa pulang dan pergi kampus bersama Daffin. Motornya sedang ada di bengkel, butuh perawatan sedikit. Sudah seperti manusia saja.

Lalu kenapa Zahira berakhir pulang dan pergi bersama Daffin?. Ingat bukan, hari di mana Zahira melihat Abyan melenggang pergi dari kawasan kampus bersama Agnetta?.

Sebenarnya hari itu motornya sudah dalam masa perawatan, jadilah dia berangkat naik angkot. Dan sore harinya ketika dia menunggu angkot di halte kampus, Daffin mengajaknya pulang bersama.

Sejak hari itu, entah karena alasan apa Daffin selalu setia mengantar dan menjemput Zahira.

"Gue nggak enak lho Fin, lo tiap hari anter gue balik, jemput gue ke kampus. Gue beliin bensin deh ya?" ujar Zahira.

Sebenarnya sudah berulang kali Zahira menolak ajakan Daffin, dia berkata lebih baik naik angkot saja. Tapi Daffin selalu saja sudah bertengger di depan kostnya setiap hari. Dan ketika jam pulang kampus, Daffin akan memaksa Zahira ikut bersamanya. Ditambah Widi yang juga ikut memaksa Zahira.

"Santai aja kali, Ra. Gue nggak masalah kok, toh kita sekelas. Motor lo belum selesai juga di bengkel?"

"Tadi sih dapet kabar dari Mas bengkelnya, katanya nanti siang dianter ke kost. Jadi mulai besok gue berangkat naik motor sendiri."

"Oke deh, tapi kalau butuh apa-apa nggak usah sungkan, Ra. Gue bantu kok." Daffin tersenyum di balik kaca helmnya.

"Sorry ya gue bikin lo repot. Tapi makasih lho, udah mau kasih tumpangan setiap hari" ucap Zahira tulus.

"Santai, Ra." balas Daffin.

Kurang dari lima belas menit mereka berdua telah sampai di kampus. Jalanan pagi ini tidak macet, tidak seperti biasanya.

Mereka berjalan beriringan menuju ke kelas. Namun ketika di koridor Zahira menjumpai sosok yang sebenarnya sedang tidak ingin dia lihat. Mau pura-pura nggak lihat, tapi sudah terlanjur melihat.

"Zahira." Suara tegas itu berasal dari lelaki yang berhasil menawan hati banyak kaum hawa.

"Iya, Pak. Pagi Pak Abyan" Sapa Zahira. Diikuti Daffin yang juga turut menyapa Abyan.

"Kamu boleh duluan, saya mau bicara sama Zahira." titah Abyan pada Daffin. Daffin mengangguk, berlalu meninggalkan dua anak adam di koridor kampus itu.

"Ada apa ya Pak?" tanya Zahira. Dia menimang, sepertinya dia tidak memiliki kesalahan apapun dan sedang tidak memiliki utang tugas apapun pada Abyan.

"Nanti pulang sama saya. Kalau sudah selesai mata kuliahnya, langsung keruangan saya." Ada nada perintah yang tak bisa ditolak dalam pengucapan Abyan kali ini.

"Tapi, Pak. Saya udah janji pulang sama Daffin, Pak."

"Saya tidak menerima penolakan, Ra. Temui saya setelah mata kuliah kamu selesai. Dan pulang saya yang antar."

ZAHIRA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang