Iri

4.6K 282 22
                                    

Semesta terkadang tidak adil. Dia seolah menghukum yang lemah, tanpa memberi kesempatan untuk menguatkan.

~Zahira Ayyuna

******

Hari ini aku tidak ada mata kuliah, jadi aku memutuskan untuk membersihkan kamar kost. Dari menyapu, mengepel sampai mencuci baju kotor yang telah menumpuk di keranjang. Hah, melelahkan.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaan mingguan yang melelahkan itu, aku berbaring di atas tempat tidur. Tapi rasanya aku tidak betah jika tidak melakukan apapun. Kurasakan hanponku bergetar, tertera sebuah pesan dari widi.

Widuy: lagi sibuk nggak ra? Main sini ke rumah gue, kebetulan mama gue masak banyak, dateng yak😁

Zahira: makan gratis nih?

Widuy: iyup, dateng yak

Wah makan gratis di akhir bulan, memang rejeki anak sholehah, hehe. Aku segera bersiap menuju rumah widi. Sebelumnya aku memang pernah mampir kerumah widi, jadi semoga saja tidak nyasar di jalan.

Aku mengeluarkan sepeda motorku dari parkiran kostku, lalu kutarik gas menikmati macetnya jalanan ibukota.

Jarak ke rumah widi lumayan jauh, waktu yang ditempuh sekitar tiga puluh menit.

Aku segera memarkirkan motorku saat sampai di rumah widi. Dia sudah berada di ambang pintu, menyambutku dengan senyum khasnya.

"Lama amat dah Ra" ocehnya.

"jelaslah lama, lo kira jarak kost gue ke rumah lo kaya ke kamar mandi gue?" jawabku ketus.

"Haha, iya iya nggak usah ngegas dong Ra"

"Gimana nggak ngegas, orang mah temennya nyampe ditanyain tadi di jalan gimana, haus nggak, disuruh masuk kasih minum. Lah ya lo, malah diocehin, wuu"

"Iya deh iya, yuk masuk" dia menarik lenganku, membawaku masuk kedalam rumahnya.

Widi adalah anak sulung dari dua bersaudara, adiknya laki-laki kelas 2 SMA. Ayahnya adalah seorang guru, dan ibunya adalah ibu rumah tangga biasa.

Tante sarah dan om ardian adalah orang tua widi. Mereka menyambutku dengan hangat dan mempersilakan aku masuk, ketika aku selesai mengucapkan salam di ambang pintu.

"Sini masuk Ra, tante udah masak banyak banget lho. Ayo," ajak tante sarah padaku.

Aku diarahkan menuju meja makan oleh mereka semua, seakan aku tamu spesial. Aku diperlakukan dengan baik, keluarga ini membuatkan ingin selalu berada di tengah-tengah mereka.

Dan benar saja, di meja makan telah tersaji berbagai macam makanan. Aku duduk di samping widi, di depanku ada tante sarah dan adik widi, septian. Sedangkan om ardian berada di ujung meja makan.

"Mama ambilin ya pa" ucap tante sarah pada om ardian, sambil menyendokkan nasi dan lauk pauknya ke dalam piring milik om ardian.

Di sampingku widi juga tengah menodongkan piring kosongnya pada tante sarah.

"Widi juga mau dong diambilin makanannya sama mama" ucapnya manja, tante sarah pun mengiyakan.

ZAHIRA [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang