BAB 10

15.3K 2.3K 740
                                    

"Mark, lo dekat sama Renjun?" Tanya Yuta heran.

Saat itu Mark, Jisung, Yuta, Haechan, Taeyong, Jeno, dan Jaehyun sedang berkumpul di café tempat Yuta bekerja. Seperti biasa, minum kopi sambil nongkrong.

Mark melirik Jisung sekilas, "Awalnya sih gue biasa aja, eh tapi kayanya dia wife materials banget. Jisung juga suka sama dia, jadi nggak ada alasan buat gue untuk nolak atau ngejauhin dia," balas Mark santai.

"Jadi cuma karena Jisung?" Ujar Jaehyun tak percaya sambil menunjuk Jisung yang sedang asyik makan kue.

Mark menggeleng, "Awalnya iya, semua demi Jisung. Demi dia dapat Bunda, tapi makin kesini ya semuanya ngalir aja. Renjun lucu kok, ya walaupun kayanya dia males banget sama gue," balas Mark lagi.

Taeyong berdecak pelan lalu melipat tangannya di depan dada, "Lagian sih lo ngapain coba pakai acara ngadopsi bocah piyik kaya gini?" Cibirnya.

Mark tersenyum lebar.

"Lucu."

Ingin rasanya Taeyong melempar cangkir keramik yang ada di depannya ke wajah Mark. Alasan macam apa ini?!! TIDAK BISA DITERIMA!!!

"Nggak heran sih beberapa nilai UTS lo kemarin 50," celetuk Yuta

"Bacot!" Sewot Mark

"Terus rencana lo selanjutnya apa, kak?" Tanya Jeno yang sejak tadi sibuk menyimak.

"Ya usaha supaya Renjun mau jadi jodoh gue. Kalau dia nggak mau ya gue paksa soalnya gue nggak punya kandidat lain dan nggak mau yang lain," balas Mark sambil tersenyum miring.

Jeno berdecih, "Maksa lo, kak," sinisnya.

Mark mengangguk lalu mengusap rambut anaknya, "Demi kesejahteraan gue sama anak gue dan juga yang paling penting itu kesejahteraan burung gue," ujar Mark lagi.

PLAK!

"JOROK BANGET WOY, MARKONAH!!!" Sewot Haechan.

Haechan memang seperti itu, ia sudah terlalu sering memukul kakak tingkatnya sendiri. Kalau menurutnya kelakuannya tidak beres pasti langsung dipukul.

Haechan tiba-tiba menepuk pundak Marm, "Kak Renjun baru 20 tahun dan dia baru semester 4, sedangkan lo 23 tahun semester 6. Serius lo mau ngajak dia nikah?" Tanya Haechan agak ragu.

Mark mengangguk mantap tapi tidak lama kemudian ia ditoyor oleh Jaehyun yang sejak tadi diam saja, "Woy nikah bukan kaya jajan cimol, bodoh! Nikah butuh persiapan matang. Mental lo, duit, harus yakin lahir batin, restu. Bukannya asal jabat tangan penghulu terus sah abis itu berhubungan badan. Bukan!" Seru Jaehyun geleng-geleng kepala.

"Kapan lo mau ngomongin soal ini ke dia?" Tanya Taeyong.

"Bentar lagi kayanya," balas Mark sambil mengerutkan keningnya.

Seketika hening...

Mereka semua ikut pusing karena niat Mark yang ingin menikah muda. Padahal ia masih muda, perjalanannya juga masih panjang.

"Perjalanan lo masih panjang, Mark. Tahun depan lo skripsi terus lulus, harus cari kerja dulu, mapanin diri lo sebelum ngeboyong anak orang, Mark. Kan nggak mungkin lo ngasih anak orang makan cinta tiap hari. Kenyang nggak, mati iya," celetuk Yuta.

"Jadi menurut lo semua, gue harus sukses dulu baru balik lagi ke Renjun?" Tanya Mark.

"Iya!"

TRING!

Mata bulatnya refleks melirik ke arah pintu masuk café. Di sana ada Chenle dan Renjun yang baru saja masuk sambil tertawa-tawa, sepertinya mereka mengobrolkan hal seru. Mata Mark terus mengawasi setiap pergerakan Si Mungil.

Terlihat Renjun dan Chenle duduk di kursi dekat dinding. Mereka masih asyik bercerita dan tidak sadar kalau sedang diperhatikan oleh Mark. Bibir tipisnya membentuk lengkungan senyum.

Renjun itu mempesona dengan caranya sendiri.

Manis wajahnya tidak membosankan apalagi bikin badmood.

Kalau tersenyun semakin manis, kalau tertawa manisnya naik jadi 100 kali lipat.

"Jatuh cinta gue sama dia," gumam Mark.

Haechan, Jeno, Jaehyun, Taeyong dan Yuta segera menoleh kesana-kemari mencari orang yang dimaksud oleh Mark. Akhirnya mereka menemukan Renjun yang sedang duduk di ujung bersama dengan Chenle.

"Itu depannya kak Renjun, kak Chenle kan?" Tanya Jeno setengah berbisik.

Yuta mengangguk, "Kenapa?"

Jeno tersenyum lebar, "Ada ID Line kak Chenle nggak, kak? Mau gue gebet dari dulu, nggak sempet mulu," jujur Jeno dengan pipi merona.

Yuta mengangguk lalu menyerahkan ponselnya yang sudah terpampang jelas ID Line Chenle. Dengan semangat Jeno menambahkan Chenle sebagai temannya.

"Thanks ya, kak. Bolehlah sekalian deketin gue sama dia," ujar Jeno lagi.

Kali ini Yuta menggeleng, "Kalau soal itu gue nggak bisa, bro," balas Yuta santai.

"Kenapa?" Tanya Jeno heran.

"Gue juga suka sama dia. Jadi sekarang kita saingan buat dapetin dia," balas Yuta lalu tersenyum miring.

Jeno terdiam sebentar lalu mengangguk, "Oke. Nggak masalah gue harus saingan sama temen gue sendiri. Kalau di luar soal kak Chenle kita temen, tapi kalau udah menyangkut kak Chenle, lo lawan gue," balas Jeno.

Yuta mengangguk paham.

"Yeh! Lo berdua malah ngomongin saingan-saingan! Apaan yang saingan?!" Seru Haechan ribut.

"Gue sama kak Yuta saingan buat dapetin kak Chenle," balas Jeno santai.

Haechan melongo, "Lah? Yang satu lagi mikirin nikah mudah apa nggak, yang satu lagi malah rebutan jodoh. Oy! Kak Taeyong, kak Jaehyun! Nggak niat nyari jodoh juga?" Tanya Haechan.

"Cewek gue di Kanada, jauh," balas Taeyong cuek.

"Jodoh gue belom lahir," balas Jaehyun asal.

"Oh gue paham kenapa lo jadi mahasiswa abadi di sini, kak Jae. Jawaban lo tiap ujian ngarang semua," ledek Haechan.

"Sialan lo, bulet!"

Hening...

"Btw, lusa gue izin ya. Mau aja acara keluarga," ujar Mark lagi.

"Lah ngapain bilang kita? Isi surat izin lu," balas Yuta.

"Oh iya, bener juga. Sorry gue lupa."

Yuta mencibir pelan, "Gitu aja lupa, gimana sama doi, Mark?"

"Kepikiran terus," balas Mark semangat.

"NAJIS!"

"NAJIS!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A/N:

Jangan lupa vote dan komennya yaaa! See you!

S I N G L E 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang