BAB 14

13.1K 2.1K 415
                                    

Rabu siang pukul 2, Renjun sampai di Bandung. Rumahnya hari itu benar-benar ramai, banyak saudara-saudaranya yang datang.

Renjun melangkahkan kakinya ke dalam kediamannya sendiri, "Assalamu'alaikum," salamnya yang langsung membuat seluruh orang yang ada di sana mengalihkan perhatian padanya

"Wa'alaikumsalam."

"AA INJUN!!!" Seru seorang laki-laki jangkung yang langsung memeluknya dengan erat.

"Ya Allah, Hoho! Kenapa kamu makin tinggi aja sih?!" Sewot Renjun yang kini berada dalam pelukan laki-laki bernama Hoho itu. Bukan sih, namanya Seonho. Adik sepupunya Renjun.

Seonho melepaskan pelukannya lalu tersenyum lebar ke arah Renjun, "Iya dong, 'A. Hoho kan makannya banyak, sehari lima kali," balas Seonho dengan wajah sumringahnya.

Renjun hanya melongo, "Ya ampun, itu jadwal makan apa jadwal sholat?" Gumam Renjun terkejut.

Seonho tertawa malu, "Habis sholat, Hoho makan, 'A," ujar Seonho lagi.

"Astagfirullahal'adzim."

Renjun menepuk pelan dahinya. Tak lama kemudian seorang wanita paruh baya datang lalu memeluk Renjun dengan erat.

"Apa kabar, kak?" Tanyanya.

"Alhamdulillah baik, Ma," balas Renjun seraya membalas pelukan wanita itu. Mamanya, Anna.

"Gimana kuliah kamu?" Tanya Anna lembut.

"Ya gitu-gitu aja, Ma. Tugas makin banyak, makin sibuk juga," balas Renjun cuek.

Anna tersenyum melihat anak semata wayangnya yang sudah tumbuh besar. Ia mengusap pelan surai Renjun.

"Nggak kerasa ya kamu sudah besar, Ren," ujar Anna.

Renjun mengangguk lalu tersenyum tipis.

"Mama tinggal lihat kamu wisuda terus menikah, kak. Selesai tugas Mama," lanjutnya lagi.

"Mama tenang aja, Renjun pasti lulus tepat waktu kok, kalau bisa lebih cepat dari waktu normal lebih baik," balas Renjun yang berusaha meyakinkan Anna.

Anna hanya mengangguk, "Yaudah, ke kamar dulu sana. Ganti baju terus turun lagi, kamu harus makan," ujar Anna.

Renjun pamit dan kakinya melangkah menuju lantai 2, tapi belum sempat kakinya menapak pada tangga, ia sudah dihadang oleh omnya. Jun yang akan menikah lusa.

"Lah om ngapain di situ?" Tanya Renjun heran.

"Ngeliatin lo," balas Jun datar.

Renjun menghela napas pelan, "Ngapain ngeliatin gue?" Tanya Renjun heran.

"Selama di Jakarta udah dapet pacar belum?" Tanya Jun seraya menaik turunkan alisnya dan jangan lupa seringaian menyebalkan dari seorang Jun Hui.

"Kenapa harus pertanyaan soal pacar sih, om? Gue baru aja balik, udah disuguhin pertanyaan yang bikin gue jengkel setengah mati," balas Renjun jengkel.

Jun tertawa lalu menarik tangan Renjun untuk naik ke lantai 2, "Ngobrolnya di atas aja. Udah lama nggak ngobrol sama lo, dek," ujar Jun.

Renjun pasrah saat tangannya ditarik oleh Jun. Lagi pula percuma kalau ia membantah, karena akhirnya akan kalah juga.

Jun meminta Renjun untuk meletakkan koper kecil dan tasnya di kamar lalu menyusulnya ke balkon, Renjun menurut saja. Setelah meletakkan barang-barang di kamarnya, Renjun segera menyusul Jun ke balkon.

"Kenapa sih, om?" Tanya Renjun yang sudah duduk di kursi sebelah Jun.

"Jangan panggil om dong. Gue cuma beda 5 tahun sama lo," balas Jun sewot. Dia paling tidak mau dipanggil Om.

S I N G L E 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang