BAB 28

10K 1.4K 92
                                    

Tidak pernah ada kata balikan semenjak Mark dan Renjun resmi berakhir. Tapi herannya, mereka masih saja terlihat dekat, berduaan di kampus, kepergok jalan berdua, dinner bareng, datang ke kampus bersama padahal mereka bertemu di halte depan kampus pfft.

Yakin kalian benar-benar putus?

Teman-temannya juga ikut heran, ini beneran putus atau sudah balikan lagi? Tapi setiap kali ditanya, mereka selalu menjawab tidak. Semua merasa clueless dan mereka menyimpulkan kalai Mark dan Renjun ini TTM (Teman Terlanjur Mesra) atau FWB (Friends With Benefit).

Perkiraan yang kedua agak menakutkam. Singkirkan saja.

Jisung juga sudah jarang dibawa ke kampus, dia lebih sering dititipkan pada Seungmin, sepupu Mark yang dengan senang hati menjaga Jisung selama Mark pergi kuliah.

Saat ini, Renjun sedang mengobrol bersama dengan Chenle, Haknyeon dan Euiwoong di halaman kampus untuk ngebahas presentasi mereka yang akan dilaksanakan lusa.

"Ren!"

Keempatnya reflek menoleh ke sumber suara.

Wah ada Mark.

Renjun yang melihat Mark ada didepannya hanya menatap laki-laki itu dengan ekspresi datar, sedangkan Chenle, Haknyeon dan Euiwoong udah tersenyum-senyum tidak jelas.

"Ayo makan. Aku lapar!"

Suara Mark jadi mendayu-dayu sambil menarik-narik lengan Renjun.

"PFFTㅡ"

Haknyeon dan Euiwoong sudah berusaha menahan tawa agar tidak meledak saat itu juga. Mereka terlalu geli mihat kakak tingkatnya seperti ini.

"Ya bentar. Gue lagi ngobrol sama mereka," balas Renjun.

"Akunya mana?" Rengek Mark lagi.

"Akunya lagi pulang kampung dibilang!" Balas Renjun lalu menarik lengannya yang sejak tadi dipegang terus oleh Mark.

Chenle tersenyum meledek melihat Renjun yang sedang diganggu oleh Mark. Entah itu dimainkan rambutnya, jarinya sampai nyaris memeluk Renjun. Untung saja Renjun langsung pasang kuda-kuda untuk meninju Mark kalau sampai laki-laki itu memeluknya.

"Jangan galak-galaklah sama Kak Mark, Ren. Gue baru kali ini liat kakak singa kaya dia manja banget ke orang," celetuk Haknyeon santai yang langsung dipelototi Renjun dengan galaknya.

"Balikan lagi gih. Gemes gue liatnya," titah Euiwoong sambil tersenyum meledek.

Mark yang berdiri di sebelah Renjun hanya tersenyum lebar, "Tungguin aja ya, Ung. Undangan udah gue siapin buat lo berdua hehehe," balas Mark.

PLAK!

Renjun memukul lengan Mark, "Undangan apaan hah?! Emang Jisung udah mau disunat?!" Tanya Renjun yang malah melantur kemana-mana.

Chenle, Haknyeon dan Euiwoong menepuk kening mereka. Renjun bodoh kalau soal seperti ini

"Undangan nikahan lo sama Mark," celetuk Chenle datar.

"DIH! Siapa juga yang mau nikah sama dia?!" Balas Renjun syok sambil menunjuk Mark.

Mark menggedikkan kedua bahunya, "Ya tunggu aja. Kalau dilamar juga nggak bakalan nolak," celetuk Mark.

Renjun menggelengkan kepalanya. Obrolan mereka tentang tugas hari itu gagal karena kedatangan Mark yang mengganggu Renjun.

"Yaudah deh, omongin ntar malem aja lewat chat. Kasian tuh kakak singanya Renjun ngerengek mulu minta jatah, eh! Makan maksudnya," ujar Euiwoong yang sengaja dipelesetin.

Ucapan Euiwoong barusan membuat Renjun jadi sebal sendiri. Ingin memukul Euiwoong sampai mental ke Afrika.

Akhirnya tinggal tersisa Mark dan Renjun. Si Manis menghadap ke arah Mark, "Mau apa, kak?" Tanya Renjun.

Mark menunduk untuk menatap adik tingkatnya yang sempat mengisi hatinya selama setahun dan sampao sekarang juga belum tergeser posisinya.

"Maaf," lirihnya.

Renjun mengerutkan keningnya heran. Kenapa Mark tiba-tiba bilang maaf? Memangnya lebaran?

"Maaf kenapa ya?" Tanya Renjun bingung.

"Buat semua kesalahan, keposesifan, sifat kekanakanku selama setahun kemaren," ujar Mark lirih.

Renjun menganggukan kepalanya dengan bibir yang membentuk huruf O, "Yaudah, santai aja kali, Kak," balas Renjun lalu tertawa pelan.

Mark menggeleng, "Aku nggak bisa santai," ujar Mark lagi.

"Kenapa?"

"Kamu masih mau nggak jadi bagian dari cerita hidupku?"

Renjun menatap Mark dengan pandangan sendu, "Kak, dengerin gue. Nggak selamanya dengan kata maaf itu bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Kalau diibaratkan piring kaca yang udah kakak lempar terus kakak coba perbaiki piring itu. Apa piring itu akan kembali lagi menjadi utuh tanpa ada goresan seperti semula? Nggak akan pernah, kak."

Mark sadar dia benar-benar bersalah atas kandasnya hubungannya dengan Renjun enam bulan yang lalu.

***

Setelah 6 bulan putus dari Renjun, ini pertama kalinya lagi Mark galau. Ia mengurung diri lagi dikamarnya tapi kali ini ada Jisung dikamarnya. Bocah empat tahun itu hanya bisa memperhatikan Mark dengan wajah polosnya.

"Dad, kenapa?" Tanya anak itu.

Mark mendongak lalu tersenyum miris, "Bundamu nggak mau kembali," balas Mark lirih.

"Memangnya nda kemana, dad?" Tanya Jisung polos seraya memiringkan kepalanya bingung.

"Dia ada tapi semakin susah untuk diajak untuk kembali," balas Mark.

Hadeh! Anak empat tahun mana ngerti! Apa yang ditarik? Layangan?!

Jisung hanya diam, dia tidak mengerti apa yang terjadi dengan daddynya tetapi ia tau kalau daddynya sedang bersedih. Ia menghampiri daddynya lalu memeluk tubuh Mark dengan tangan kecilnya.

Enam bulan lalu Mark menangis sendirian, kali ini dia menangis di depan anaknya. Tidak meraung, berteriak bahkan melemparkan barang apapun. Hanya mengeluarkan air matanya di bahu kecil milik Jisung.

"Daddy jangan nangis, nanti jelek," ujar Jisung.

Bukannya berenti nangis, ia malah menangis semakin keras.

Mark berjanji, ia hanya akan menangis sekarang tapi untuk besok, nanti dan kapan pun dia tidak akan pernah menangis lagi. Diabmerasa seperti perempuan, galau sedikit, nangis. Dia kan laki-laki, tubuhnya bagus, bahunya lebar, masa sih dia cengeng?!

Tapi satu yang ia tau, perasaannya akan sulit berubah walaupun waktu terus berlalu. Jatuh cinta saja sulit, bagaimana move onnya?




























"Kalau kamu merasa saya tidak cukup mengerti kamu, maka tunjukanlah saya caranya."

ㅡunknownㅡ

***

A/N:

Sampai sini aja ya semua :)

Sisanya besok lagi :)

S I N G L E 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang