+1

10.4K 1.1K 47
                                    

I love when you say my name
I love when you call my name

"Ay!" Panggil Mark dari arah pintu belakang sambil cengar-cengir.

"Apa?" Tanya Renjun balik. Dia sedang sibuk bersih-bersih rumah.

Hamdalah sudah resmi sekarang. Jadi bisa tinggal bersama dengan Jisung yang berada di antara mereka. Jisung juga sudah besar dan semakin dewasa, usianya saja sudah 19 tahun. Cepet kan?

Sudah 2 tahun sejak Renjun dilamar oleh Mark. Usia mereka berdua tidak lagi muda, Mark yang tahun depan akan berusia 36 tahun sedangkan Renjun sudah berusia 34 tahun.

Mark umur saja tua, tapi wajahnya saingan denfan anak. Sama-sama awet muda, mana selalu dikira duda kalau lagi jalan bareng dengan Jisung dan Renjun. Renjun sering kali dikira anaknya juga, padahal istrinya.

Mark berjalan menghampiri Renjun sambil tersenyum-senyum tidak jelas.

"Kamu kenapa sih? Kok senyum-senyum gitu abis dari halaman belakang? Pohon pisangnya ada penunggunya ya? Harus nggak kita tebang?" Tanya Renjun yang mulai takut. Daripada takut hantu, ia lebih takut kalau Mark betul-betul kesurupan.

Mark menggeleng, "Nggak. Siapa yang kesurupan? Jangan ditebanglah, sayang pohon pisangnya," balas Mark sambil memperhatikan pohon pisang dari arah dapur.

"Terus?" Tanya Renjun lagi yang kini sudah menghadap ke arah laki-laki dengan rambut hitamnya.

Mark tidak pernah menyemir rambutnya, kalah sama anaknya yang hampir sering menyemir rambut walaupun hanya berwarna cokelat gelap.

"Kita nari yuk," ajak Mark sumringah.

"Ngapain?" Tanya Renjun bingung.

Ini bapak-bapak sudah kepala mau kepala 4 tidak bisa diam sama sekali. Encok baru tau rasa!

"Ya nari aja. Jarang-jarang tau kita romantis-romantisan gara-gara aku keluar kota terus. Nah! Mumpung aku lagi ambil cuti, nggak ada salahnya kan kita melakukan sesuatu kaya anak muda sekarang," jawab Mark.

Renjun mengangguk, "Boleh aja tapi sayangnya aku nggak bisa nari. Maaf ya lain kali aja," tolak Renjun lalu mengeloyor pergi.

Bukan Mark namanya kalau dia menyerah begitu saja. Laki-laki itu cemberut karena istrinya meninggalkannya sendirian di dapur. Ia berbalik untuk mengikuti Renjun dari belakang sambil menggoyang-goyangkan lengan Si Mungil.

"Ayo bun, kaya kemarin Jisung tampil sama kakak tingkatnya di festsival musik kampusnya," rengek Mark dengan wajah memelas.

Renjun berhenti berjalan lalu berbalik, "Kamu mau kita kaya gitu?" Tanya Renjun memastikan.

"Iya!" Mark mengangguk dengan semangat. Renjun bisa melihat mata Mark benar-benar berbinar.

Jadi tidak tega untuk bilang 'tidak'.

"Hmm yaudah terserah, tapi aku kasih tau lagi ya kalau aku nggak bisa nari," balas Renjun.

"Nggak apa-apa. Nanti aku yang ajarin, kita ubah koreonya Jisung jadi lebih intim," celetuk Mark.

PLAK!

"Mesum banget pikiran pak tua ini! Pak, inget umur! Bentar lagi udah 40 tahun, udah bau tanah!"

Renjun menampar pipi Mark pelan, dia tak habis pikir dengan isi otak Mark yang sudah tercemar karena sering bergaul dengan Jeno.

Diam-diam begitu sebetulnya Jeno itu mesum.

"Ya ampun, bun, sampai ditabok aku. Ya kurang gregetlah kalo koreonya jauh-jauhan kaya gitu, lagunya romantis masa yang nari jauh-jauhan," balas Mark.

"Yaudah iya!"

Tuh kan? Setuju juga. Siapa yang nolak Mark sih? Nggak ada.

Jadi semalam Mark habis lihat-lihat folder di laptop Jisung, kebetulan ia menemukan satu folder yang isinya video dance Jisung. Ditonton satu per satu sampai ia menemukan Jisung menari dengan kakak tingkatnya, Doyeon. Lagunya juga bagus dan romantis. Nah! Maka dari itu Mark berinisiatif untuk mengajak Rejun couple dance, kali aja jago.

Misi Mark untuk mengubah koreografi dan mengajarkan Renjun mulai besok. Berhasil nggak ya?

***

A/N:

Dikit kan? Iya dong jelas, cuma 700 kata ^___^ nanti ada lanjutannya kok tenang aja ^___^

S I N G L E 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang