BAB 24

9.2K 1.4K 154
                                    

Slide ke atas ya. Ada chapter 23! 😚

***

Mark termenung dikamarnya. Perkataan Yuta dan Taeyong masih terngiang dikepalanya. Suasana hening seperti ini memang enak untuk galau, di luar juga hujan rintik-rintik. Makin mendukung saja suasana yang seperti ini

"Bacot lo! Putus aja deh lo sama Renjun. Nggak pantes Renjun yang segitu sabarnya dapetin cowok kaya lo! Banci!"

"Ya. Lo egois, sangat egois, Mark Lee."

Kata-kata itu masih terngiang terus dan tidak mau pergi. Ia juga tidak banyak mengobrol dengan Taeyong dan Yuta tadi sore, Mark lebih banyak diam sambil merenungi semua sikapnya pada Renjun.

Dia tau dia salah, dia mau merubah semuanya tapi merubah sesuatu itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ini susah dan ia harus menyiapkan mental yang kuat sekuat baja.

"Ya. Lo egois, sangat egois, Mark Lee."

Mark mendongak untuk menatap Taeyong yang ada didepannya. Matanya menatap Taeyong dengan pandangan yang sulit diartika. Tapi tak lama kemudian Mark tersenyum tipis.

"Ya gue emang egois. Gue egois karena gue terlalu sayang dia. Gue nggak mau dia sampe lepas dari gue bahkan sedetik pun," balas Mark.

"Cara lo salah," lirih Yuta. "Harusnya nggak gini, Mark. Ini namanya lo ngekang dia, padahal dia cuma berstatus pacar lo dan bukan istri lo," tambah Yuta.

"Soon to be my future, Yuta," ralat Mark dengan mata memicing ke arah Yuta.

"Nggak akan mau dia sama lo kalau lo sendiri nggak ada niat berubah. Buang jauh-jauh sifat childish lo, egois lo dan gengsi lo," balas Yuta yang juga menatap Mark dengan pandangan tajam.

Taeyong mengangguk, "Benar kata Yuta. Apalagi gue liat lo paling gengsi buat minta maaf duluan. Baru kali ini gue ngeliat ada 'cewek' yang selalu salah dan diambekin terus sama cowoknya. Sebenernya yang submisif siapa? Dominannya siapa sih?" Sahut Taeyong sambil memberi tanda petik pada kata cewek.

Mark masih diam saja.

"Susah buat ngomong maaf," lirih Mark.

Yuta dan Taeyong nyaris saja mengumpat kasar saat mendengar lirihan Mark. Ingin sekali mereka menimpuk kepala Mark dengan cangkir kopi.

"Ya gengsi aja terus sampai akhirnya lo kehilangan dia dan lo sendiri yang nyesal, nyet!" Sewot Yuta saking keselnya.

Taeyong menghela nafas pelan, "Gini deh, sesabar apapun Renjun pasti dia lama-lama capek juga ngadepin tingkah yang modelannya kaya lo. Coba kalau lo bukan pacaran sama Renjun, nggak akan ada orang yang sesabar ini buat ngadepin tingkah absurd lo. Dikit-dikit ngambek, dikit-dikit marah, nggak jelas lo! Coba lo rasain kalau ada diposisinya Renjun, sengsara nggak lo?" Ujar Taeyong.

Mark mengangguk pelan.

"Nah! Yaudah, sekarang lo pikir aja sendiri. Lo harus gimana dan lo sama Renjun bakalan kaya gimana ke depannya," ujar Taeyong lagi.

"Gue bakalan kaya gimana sama Renjun setelah ini?" Lirihnya lagi.

Mark atau pun Renjun belum ada yang menghubungi lebih dulu. Biasanya kalau sedang di kondisi seperti ini, Renjun pasti menghubungi Mark lebih dulu, tapi kali ini tidak. Mark sendiri gengsinya terlalu besar, padahal ia tau ia salah.

Ini Mark yang sebenarnya. Egois, gengsi tinggi dan hanya ingin dimengerti. Bagaimana Renjun tidak lelah?

Ting!

S I N G L E 📌 MarkRen ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang