Seorang pemuda terbaring di lantai yang penuh debu di sebuah gedung yang tak terawat. Nafasnya tersengal-sengal dengan peluh yang membasahi setiap inci wajahnya. Ia meringis merasakan bahwa lengan kirinya mengeluarkan darah. Getaran handphone di saku celannya membuatnya duduk dan mengatur nafas agar terlihat normal setelah membaca siapa yang menelfonnya."Woy dimana lo Ren kita telfon dari tadi gak lo angkat?"
"Hm"
"Aelah cuma hm doang. Ini anak-anak udah pada ribut izin di grup buat rapat nanti,pada gak bisa kalau jam 1. Mau dibatalin apa gimana gue sibuk soalnya"
"Lo sibuk nyari rumah yang lagi hajatan buat makan gratis aja sombong Yan" sahut seseorang lainnya.
"Apaan sih lo Nald lo juga sering ikut gue patroli. Eh udah ah ini si Rendy diem aja dari tadi. Jadi gimana Ren?"
"Jam 3 mulai"
"Oke ini udah gue bilang di grup katanya pada bisa. Ya udah Ren gue mau patroli dulu...."
Sambungan telfon sengaja ia matikan,ia berdiri memakai jaketnya kembali hingga luka di lengannya tertutupi. Rendy melangkah menuju motor hitam miliknya yang terparkir di depan gedung tua itu lalu meninggalkan tempat di mana lagi-lagi ia berperan menjadi orang lain.
Kini ia berdiri di depan gedung serba putih dan melangkahkan kakinya memasuki loby. Langkahnya menyusuri lorong-lorong tempat dengan bau obat-obat an itu.
"Ada yang bisa dibantu mas?" tanya petugas di bagian obat-obatan itu.
"Obat untuk luka"
"Baik sebentar. Ini mas,apa ada yang terluka? Jika iya lebih baik di obati disini" ucap petugas itu sembari menyerahkan plastik berisi kapas, perban,alkohol,obat merah dan alat untuk mengobati luka lainnya.
Rendy tidak menjawab dan menyerahkan uang kepada petugas itu lalu melangkah meninggalkan tempat itu. Hingga panggilan seseorang membuatnya berhenti melangkah.
"Ngapain Ren apa drop lagi?" tanya seseorang yang menggunakan jubah berwarna putih itu.
"Gak bang"
Orang itu melirik plastik yang dibawa Rendy dan menghela nafas pelan, "Ikut ke ruangan Ren" lalu melangkah terlebih dahulu dengan Rendy yang mengikutinya di belakang.
Setelah sampai di ruangan kerjanya,dokter muda itu langsung mengajukan pertanyaan.
"Sekarang kenapa lagi? Masalahnya apa lagi? Berantem? Tunjukkin lukanya Ren"
Rendy masih diam tidak menjawab namun melepas jaketnya yang membuat luka sayat itu terlihat dan masih mengeluarkan darah.
Dokter muda itu berdecak,lalu menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk mengobati luka sayatan itu.
"Sampai kapan gini terus Ren? Udah sering abang liat kamu luka kayak gini,luka sayat ini juga cukup dalam. Tolong kamu juga inget kondisi kamu yang gak boleh banyak kehilangan darah" ucapnya sembari mengobati luka sayat itu.
Rendy hanya diam dan sesekali meringis kecil saat kapas dengan alkohol itu menyentuh lukanya, "Mungkin akan terus gini bang. Rendy sebisa mungkin akan hindari buat berdarah. Makasih sekali lagi bang".
Dokter muda itu berjalan menuju kursinya lalu mendudukkan diri disana. Rendy ikut mendudukkan diri di depan dokter dengan papan nama dr. Adrian Pratama.
"Ren abang tau ada alasan besar yang buat kamu lakuin hal ini,tapi kamu harus tetap ingat dengan apa yang harus kamu jaga. Ini obat agar lukanya cepat kering dan jangan lupa untuk selalu minum obat yang dulu abang kasih"
"Iya bang,Rendy permisi ada rapat di kampus" ujarnya lalu melangkah keluar dari ruangan itu.
Setelah punggung adiknya itu tidak lagi terlihat,Adrian memejamkan matanya dan menghela nafas, "Abang harap semua masalah kamu cepet selesai Ren".
Sementara Rendy berjalan dengan pandangan lurus kedepan. Tidak memperdulikan orang-orang yang menatapnya,ekspresinya memang datar dan seolah tanpa beban namun siapa yang tau jika kini ia tengah memikirkan banyak hal.
"Ck gue buat masalah lagi. Bang Rian udah terlalu baik dan gue malah ngebebanin dia dengan masalah gue lagi. Semoga semua ini cepat selesai atau saat gue ngerasa benar-benar lelah dan siap untuk pergi"
Hai semuanya gimana untuk prolognya?
Semoga kalian masih mau baca cerita pertama ku ini ya :)
Sorry kalau ada typo bisa dikoreksi di kolom komen ya .<Thanks
Mau baca cerita pertamaku ini ya :) Hope you always enjoy
💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairways to Revert
Teen FictionStairways to Revert Singularity : Have I Lost Myself? Can I Return Myself? Memiliki saudara kembar identik akan terasa menyenangkan dan pasti akan saling mendukung satu sama lain. Namun hal itu tidak berlaku pada Rendy Naufal Baskara Putra,pemuda ya...