Demand

28 3 0
                                    

Seminggu setelah hari itu,keluarganya kembali berkumpul di ruang keluarga. Mereka tampak berbincang-bincang dengan raut wajah yang nampak bahagia.

Rendy berusaha mengalihkan pandangannya dari ruangan itu dan terus menatap ke arah tangga menuju kamarnya. Baru dua anak tangga yang ia naiki langkahnya terhenti karena suara seseorang.

"Rendy kemarilah, ada yang ingin Papa bicarakan dengan seluruh anggota keluarga"

Rendy memutar badannya dan melangkah menuju tempat dimana seluruh keluarganya tengah berkumpul. Ia pun duduk di samping kakak sulungnya,Alvian sedangkan saudara kembarnya duduk di sebelah kiri nya.

Kini kedua saudara kembar itu duduk bersebelahan tepat di hadapan kepala keluarga Baskara.

"Ada hal penting yang ingin Papa bicarakan. Dan ini terkait dengan kalian berdua"  ucapnya tegas dengan melihat kedua putra kembarnya. Sementara semua diam mendengarkan apa yang akan dibicarakan.

"Kakek kalian memiliki permintaan terakhir sebelum beliau meninggal. Dan permintaan kakek kalian adalah menjodohkan salah satu diantara kalian dengan cucu temannya. Perjodohan akan dilakukan saat kalian berusia 19 tahun dan ini waktu yang sangat tepat untuk menentukan siapa diantara kalian yang mau melakukan permintaan kakek ini"

"Apa maksudnya ini? Putraku Randy akan dijodohkan,permintaan macam apa ini"

"Tidak Siska, ayah pasti sudah memikirkan hal ini matang-matang. Dulu ayah berhutang budi pada sahabatnya dan berjanji untuk menjodohkan cucunya"

"Pa apa ini harus dilakukan sekarang? Mereka masih terlalu muda untuk melakukan pernikahan"

"Hanya salah satu dari mereka yang bisa memenuhi permintaan kakek ini. Al sudah menikah dan kamu Dion juga sudah bertunangan. Papa rasa hanya ini jalan keluar agar kakek kalian bahagian disana". 

"Al rasa Dion benar Pa,apa perjodohan ini bisa ditunda setidaknya sampai mereka lulus kuliah atau memiliki pekerjaan. Pernikahan itu memiliki tanggungjawab yang besar Pa"

"Papa tau itu, tapi papa yakin semua akan berjalan sesuai keinginan kakek kalian. Papa berharap kalian mau melakukan permintaan kakek ini. Papa akan memberikan kalian apapun jika diantara kalian ada yang bersedia melalukan ini".

Anggota keluarga yang lain masih berdiskusi mengenai perjodohan ini sedangkan kedua putra kembar itu saling diam dengan pikirannya masing-masing.

"Permintaan ini konyol, gak mungkin gue mau ngabisin hidup gue dengan memiliki istri yang pasti sangat merepotkan dan gue gak akan bisa bermain-main dengan perempuan manapun karena orang bodoh itu. Hidup gue pasti akan terkekang"  ujar Randy dalam hati.

"Apa yang harus gue lakukan sekarang. Gue ingin bisa mengabulkan permintaan kakek tapi ada hal yang membuar gue takut untuk menerima semua ini. Hidup gue berbeda dari orang lainnya,gue gak mau ada orang lain lagi yang tersakiti hanya karna gue"

Randy menoleh ke saudara kembarnya yang tengah berpikir sama seperti dirinya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang hingga ia tersenyum miring seperti itu.

"Bagaimana dengan kalian berdua,apakah kalian mau melakukan permintaan kakek kalian?" tanya tuan Baskara setelah melihat kedua putranya hanya diam.

Keduanya masih sama-sama terdiam. Rendy masih dengan pertimbangan-pertimbangan di kepalanya. Sedangkan Randy tengah menunggu reaksi saudaranya itu.

Lamunan Rendy terpecah karena ponselnya berbunyi dan menampilkan nama seseorang.

"Maaf ada telfon penting"  ucapnya lalu berjalan menjauh untuk menerima telpon.

"Lihat betapa tidak sopannya anak itu! Dalam pembicaraan serius seperti ini saja dia bisa-bisanya mengangkat telfon." 

Seluruh anggota keluarga menampilkan ekspresi berbeda-beda saat mendengar pernyataan itu. Sedangkan Randy justru mengangkat satu sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman miring.

Rendy kembali dengan ekspresi yang tegas,rahangnya sedikit mengeras dengan pandangan mata yang tajam. Ia mengatakan maaf dan ada urusan penting lalu pergi dengan tergesa-gesa menuju kamarnya meninggalkan tatapan-tatapan berbeda dari anggota keluarganya.

"Maaf Rendy harus pergi. Apapun keputusan untuk ini Rendy akan terima dan Rendy akan menyetujui hal ini jika Randy menolak"

"Itu sudah membuktikan kalau anak itu memang tidak menghargai permintaan kakeknya. Ia berpura-pura ada urusan penting padahal hanya ingin menghindari masalah ini. Dasar anak tidak tau diri"

"Maaf ma,Rendy pasti ada alasan dibalik ini semua. Ekspresi wajahnya terlihat tegang dan pasti memang ada hal-hal penting yang harus Rendy selesaikan" ucap Dion yakin,ia percaya pada adiknya itu dan saat ia melihat adiknya turun dari tangga dengan tas digendongannya dan telfon yang menempel di telinganya ia semakin yakin dengan apa yang ia pikirkan.

"Jangan bela anak itu Dion! Apa permintaan kakeknya tidak penting dari pada urusannya itu. Mama yakin anak itu hanya pergi ke tempat yang tidak penting dan hanya mencari alasan untuk permintaan kakekmu ini. Mama malu memiliki anak seperti dia"

Rendy mendengar apa yang sedari tadi di ucapkan oleh ibu kandungnya sendiri. Sesaat ia tertegun hingga tidak mendengarkan apa yang dibicarakan lawan bicaranya di telfon hingga ia tersadar dan melanjutkan langkahnya menuju pintu.

"Randy apakah kamu mau melakukan permintaan kakekmu ini? Apakah kamu mau lebih dewasa daripada adikmu Rendy?"

"Ya tidak ada pilihan lain. Randy terima,tapi Papa harus menepati janji untuk memberikan apa yang Randy mau. Randy mau saham perusahaan kita di Surabaya untuk perjodohan ini"  ucap Randy sambil tersenyum miring dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Baik,Papa akan membuat saham perusahaan Surabaya atas namamu. Hari Sabtu ini Papa akan ke rumah anak sahabat kakekmu untuk membicarakan tanggal pernikahan. Papa harap kamu tidak membuat Papa kecewa nantinya"

"Papa tenang saja,Randy gak sebodoh Rendy yang mengabaikan permintaan kakek ....."
"dan kesempatan menyenangkan ini tentunya. Kita lihat apa yang akan terjadi Ren. Lo harus siap untuk menyelesaikan masalah yang akan gue buat kali ini. Dan jangan harap gue mau menerima perjodohan sialan ini karena kakek,lo tunggu aja permainan gue saudara kembarku yang bodoh. Kita lihat setelah rencana gue berhasil apa yang akan terjadi dengan keluarga ini dan lo tentunya " ucapnya di dalam hati.

Hampir semua anggota keluarga merasa lega dengan jawaban yang dilontarkan Randy. Tapi entah mengapa Dion yang melihat ekspresi wajah Randy ketika mengatakan kalimat itu membuatnya gelisah.

Setelah anggota keluarga pergi dari ruang keluarga,Dion menghampiri kakaknya yang tengah berkutat dengan laptop dan beberapa berkas.

"Al apa lo ngerasa aneh dengan ekspresi Randy tadi? Gue rasa ada yang disembuyikan Randy dibalik semyum miringnya tadi"

"Udahlah,kita harus coba untuk percaya sama adek kita sendiri. Semoga gak ada hal buruk yang akan terjadi dan soal Rendy gue gak tau apa alasan dia tiba-tiba pergi"

"Oke kali ini gue akan berusaha percaya. Semoga semua berjalan dengan baik nantinya"

Seseorang mendengar apa yang mereka bicarakan dibalik pintu. Seseorang itu tersenyum miring lalu melangkah menemui seseorang.

"Randy kamu yakin dengan keputusan kamu? Kenapa tidak biarkan saja anak tidak tau diri itu yang melakukan ini"

"Tenang,Randy punya rencana sendiri untuk ini. Mari biarkan si bodoh itu tenang untuk sementara waktu lalu lihat apa yang akan terjadi nanti. Randy gak akan buang-buang waktu dengan ikatan semacam itu. Tunggu apa yang akan Randy lakukan nanti"







Thanks udah baca
Ditunggu ya sarannya :)

Stairways to RevertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang