Segalanya berjalan seperti biasa setelah mereka memutuskan untuk memulai semuanya dari awal. Naura kini mulai mengubah gaya bahasanya agar tidak terlalu formal. Walau keduanya masih bersikap biasa,Rendy yang masih bersikap dingin karna itu kepribadian yang menggambarkan dirinya.
Rendy kali ini telah siap dengan setelan kemeja pendek bercorak hitam putih, ia mengajak Naura untuk segera berangkat ke Universitas tempat mereka menuntut ilmu.
"Iya kak". Naura menjawab setelah memasukkan bukunya kedalam tas. Gadis itu kini tampil manis dengan gamis berwarna biru pastel dan hijab senada.
Keduanya masuk ke dalam mobil dan melajukannya di jalan raya. Obrolan kecil mengiringi perjalanan mereka, walau obrolan itu hanya mengalir dari bibir tipis Naura. Rendy hanya menjawab dengan singkat untuk pertanyaan yang kadang dilontarkan Naura mengenai kampus mereka. Sisanya Naura yang bercerita tentang keluarganya.
"Lo mau bertemu Ayah?". Tanya Rendy saat mobil mereka berhenti karena terjebak macet.
Naura menoleh, bibirnya tertarik membuat senyuman yang indah, "Iya, Naura sangat merindukan Ayah. Apa aku bisa bertemu dengan Ayah jika ada waktu kak?"
"Tentu"
Mendengar itu Naura kembali tersenyum, senyuman itu sampai ke mata nya membuat Rendy bisa melihat binar bahagia yang terpancar dari netra cokelat indah itu.
Tak terasa keduanya sampai di halte bus yang tak terlalu jauh dari kampus. Cukup berjalan lima menit untuk menuju gerbang depan kampus. Rendy menghentikan mobilnya disana.
"Maaf kalau lo harus turun disini"
Naura menatap lembut, "Tidak papa kak. Ini juga yang terbaik untuk kita"
"Kabari gue nanti"
Naura mengangguk, tersenyum kecil lalu melangkah turun dari mobil setelah memastikan suasana di sekitar halte sepi. Tidak terlihat kendaraan mahasiswa yang melewati halte membuat Naura bergegas turun yang berjalan menuju gerbang kampus dan mobil Rendy pun melaju memasuki kampus.
Rendy menyorot datar pada koridor kampus di depannya. Netra nya menangkap sosok yang dulu sering mendekatinya, mungkin sampai nanti.
"Rendy!". Gadis itu berucap ceria saat melihat pemuda yang di tunggunya kini berjalan santai menuju ke arahnya, tidak tepatnya ke koridor tempatnya berdiri.
Rendy terus melangkah mengabaikan gadis yang terus menatapnya sejak tadi. Langkahnya terhenti saat lengan kanannya terasa berat karna sebuah tangan melingkar di lengannya.
"Lepas!". Rendy berucap dingin, masih enggan menatap gadis itu.
"Ihh kenapa si aku juga mau jalan bareng kamu. Aku udah nunggu kamu dari tadi tau". Rengek gadis itu masih tetap melingkarkan tangannya.
Rendy menyentak tangan itu, banyak orang di koridor tengah melihat ke arah mereka dengan tatapan bertanya-tanya.
"Berapa kali gue harus bilang hal yang sama, jangan ganggu gue"
"Gak akan, aku akan terus berusaha buat kamu anggap aku ada. Kenapa si kamu selalu bersikap cuek ke aku. Pokoknya aku akan terus deket kamu, karna aku suka sama kamu Rendy". Gadis itu berucap tanpa peduli banyak orang yang menyaksikan nya, juga Rendy yang terlihat sangat risih.
Rendy menatap gadis di depannya dengan tatapan tajam, "Gue gak peduli, lebih baik lo pergi"
Gadis itu tidak menyerah begitu saja, ucapan pemuda itu hanya ia anggap angin lalu. Dia hendak menjangkau kembali lengan Rendy sebelum sebuah tangan menghentikannya dan menyentaknya keras.
Melihat orang yang berani menyentak tangannya membuatnya geram, "Apa apaan lo?"
"Olive, Olive kapan si kamu berhenti cari perhatian Rendy. Rendy itu selalu risih saat lihat kamu, jadi mending kamu menyerah sebelum kamu malu di hadapan banyak orang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairways to Revert
Teen FictionStairways to Revert Singularity : Have I Lost Myself? Can I Return Myself? Memiliki saudara kembar identik akan terasa menyenangkan dan pasti akan saling mendukung satu sama lain. Namun hal itu tidak berlaku pada Rendy Naufal Baskara Putra,pemuda ya...