Langkah kaki pemuda yang tengah menuruni tangga dengan tas tersampir di satu bahu itu membuat gadis dengan kepala tertutup khimar berwarna hitam itu menoleh.
Dengan cekatan ia memindahkan nasi goreng yang baru saja matang ke atas piring dan menyajikannya kepada pemuda yang kini sudah duduk di meja makan, "Silahkan dimakan kak"
Rendy menatap piring berisi nasi goreng dengan tambahan ayam suwir yang asapnya masih mengepul di depannya itu. Ia menyuapkan sesendok nasi goreng itu ke mulutnya, kemudian tersenyum kecil saat rasanya membangkitkan kenangan masa lalunya.
"Makan"
Naura mengerjapkan matanya perlahan,barulah duduk di salah satu kursi yang kosong setelah mengetahui maksud ucapan pemuda yang kini tengah fokus pada makanannya.
Setelah menandaskan sepiring nasi goreng, Rendy merogoh sesuatu dari tas yang sedari tadi ia letakkan di sandaran kursi.
Naura mendongakkan kepalanya saat melihat tangan yang terulur menyodorkan kotak dengan tulisan merek sebuah handphone ternama kepadanya.
Rendy yang melihat Naura yang masih saja diam meletakkan kotak itu di atas piring Naura yang telah kosong dengan ekspresi datarnya.
"Buat lo, gue berangkat"
"Tapi..", kalimatnya terpotong saat Rendy sudah beranjak tanpa mengucapkan apapun.
Naura masih tertegun menatap punggung pemuda yang telah menghilang di balik pintu. Suara motor yang meninggalkan pekarangan rumah membuatnya tersadar lalu segera membereskan peralatan makan yang tadi keduanya pakai.
Jam menunjukkan pukul 10.00 ketika Naura selesai memilih beberapa buku yang akan ia bawa lalu segera beranjak turun untuk pergi ke Universitas tempatnya menuntut ilmu.
Melihat nona muda keluarga Baskara yang baru saja keluar rumah membuat pria paruh baya yang telah lama menjadi supir keluarga Baskara itu segera menghampirinya.
"Non Naura mau berangkat kuliah? Mari non bapak antar kan"
"Saya tidak ingin merepotkan, saya bisa naik angkutan umum saja"
"Ini sudah tugas bapak atuh non. Mari non"
Naura yang masih merasa tidak enak hanya membalas dengan senyuman lalu duduk di kursi penumpang.
Melihat Naura yang telah masuk ke mobil membuat pria paruh baya itu segera melajukan mobilnya membelah jalanan ibu kota yang ramai.
"Kenalkan nama bapak Anto, bapak sudah kerja dengan keluarga Baskara sejak lama seingat bapak sejak den Alvian masih kecil. Non Naura teh tidak usah sungkan untuk menyuruh bapak antar jika ingin pergi"
Naura tersenyum tulus, "Terimakasih Pak"
Naura sesekali menimpali candaan yang diberikan Pak Anto. Juga menyimak banyak hal yang beliau ceritakan,dari keluarganya yang kini tinggal di Bogor bahkan cerita mengenai awal mula beliau bekerja di keluarga Baskara.
Naura yang memang mudah bersosialisasi membuatnya kini tidak sungkan berbincang dengan pria yang usianya hampir sama seperti ayahnya sendiri.
"Maaf pak bisa saya bertanya?"
"Tanya saja atuh Non selagi saya bisa jawab pertanyaan Non akan bapak jawab"
Naura terdiam berfikir apakah ia harus menanyakan hal ini, "Apa sejak dulu Kak Rendy memang selalu bersikap dingin bahkan dengan keluarganya"
"Bapak tau Non pasti akan tanya begitu. Sebenarnya dulu den Rendy tidak bersikap dingin seperti ini non. Saat kecil den Rendy merupakan anak yang sangat ceria,hampir seharian ia pasti akan berceloteh banyak hal yang akhirnya membuat suasana rumah menjadi hangat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairways to Revert
Fiksi RemajaStairways to Revert Singularity : Have I Lost Myself? Can I Return Myself? Memiliki saudara kembar identik akan terasa menyenangkan dan pasti akan saling mendukung satu sama lain. Namun hal itu tidak berlaku pada Rendy Naufal Baskara Putra,pemuda ya...