Rendy tengah sibuk memeriksa beberapa hal di laptopnya hingga ponselnya berdering menampilkan nama saudara kembarnya dan segera mengangkat panggilan itu.
"Apa lagi sekarang Ran?"
"Hahaha sepertinya lo udah tau tujuan gue telfon lo. Gue ada duel nanti malam,gue mau lo kesana!"
"Gue gak bisa kali ini"
"Apa maksud lo hah?"
"Gue gak bisa"
Tanpa mendengar suara Randy di seberang sana,Rendy langsung mematikan sambungan telfonnya.
Ia hanya merasa lelah untuk mengenakan topeng lagi. Ia masih ingat apa yang dikatakan Adrian dan tubuhnya kini benar-benar lelah dan ia juga ingin setidaknya menghindari masalah yang bisa membuatnya drop lagi. Ia masih ingat betul permintaan Randy di hari ulang tahun mereka.
Flashback
Rendy, pemuda itu kini menghentikan motor hitamnya di depan gedung tua yang tampak sepi itu. Ia melangkah memasuki gedung itu dengan pasti, ia memeriksa ruangan demi ruangan dalam gedung itu untuk menemukan apa yang ia cari.
Ia menghentikan langkahnya didepan sebuah pintu yang tertutup. Sayup sayup ia mendengar suara dari dalam ruangan itu sehingga ia yakin jika itulah yang ia cari.
Rendy menendang pintu itu dengan cukup keras sehingga membuat semua orang yang ada di dalam ruangan itu terlonjak kaget dan menatap kearahnya.
"Siapa yang akan gue lawan? " tanya nya dingin dengan menatap satu persatu orang yang ada didalam ruangan itu.
Salah satu orang yang ada diruangan itu maju mendekati pemuda yang berdiri tegak itu. Ia memandang pemuda yang menatap tajam kearahnya. Laki laki itu tersenyum miring dan terkesan meremehkan.
"Jadi lo yang namanya Randy, ketua Black Diamond? " tanya laki laki berperawakan sangar itu.
"Iya gue Randy" jawab Rendy tenang.
Lagi lagi tidak ada orang yang bisa membedakan mereka jika mereka tidak bersama apalagi orang yang tidak terlalu mengenal mereka. Ia harus berperan sebagai Randy dan melawan geng musuh saudaranya itu sesuai permintaan saudaranya itu melalui sms yang dikirimkan padanya.
"Hah, gue gak nyangka kalau ketua Black Diamond penampilannya rapi kayak gini,gak cocok untuk ketua gang yang katanya paling berkuasa disini" ucap laki laki itu meremehkan yang disambut tawa dari anggota gengnya yang lain.
"Lo tau peribahasa tong kosong nyaring bunyinya? " tanya Rendy sambil menatap tajam laki laki dihadapannya itu.
Laki laki itu menggeram kesal, rahang nya mengeras dan wajahnya memerah karena marah, ia tahu betul apa makna peribahasa itu dan untuk siapa itu ditujukan dari tatapan matanya.
Tanpa ba bi bu, laki laki itu menyerang Rendy yang masih bisa Rendy tangkis. Kini giliran ia yang menyerang, ia menyerang dengan jurus jurus yang dipelajari dari kelas beladiri nya.
Lawannya itu tampak kewalahan menghindar dari serangan serangan yang diberikannya terbukti beberapa kali pukulannya mengenai bagian wajah dan perut lawannya itu.
Terlihat beberapa lebam yang tercetak jelas di wajah lawannya itu, ia melihat lawannya itu terduduk dengan nafas berat. Namun tiba tiba ia tersenyum miring, Rendy bingung dengan lawannya itu tapi ia yakin pasti ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
Benar saja firasatnya, tiba tiba saja ada seseorang yang memukulnya dari belakang,hal itu tentu saja membuatnya terkejut dan jatuh beruntung kakinya masih bisa menumpu tubuhnya.
Tiba tiba kakinya terasa lemas, kepala nya terasa pusing dan sakit seperti dipukul secara bertubi tubi, dadanya sesak,ia kekurangan oksigen dan tetap diam dalam posisinya kali ini.
"Kenapa harus sekarang? Tahan Ren lo pasti bisa" ucapnya dalam hati.
Seto tentu saja langsung memanfaatkan situasi itu walaupun ia sendiri bingung dengan apa yang terjadi pada lawannya itu yang sedari sangat kuat kini seperti menahan sakit.
Rendy memjamkan matanya berusaha menahan rasa sakit yang terasa di setiap inci tubuhnya, tiba tiba ia merasakan sesuatu menggores lengan kirinya. Ia menoleh dan melihat lengan kirinya yang kini mengeluarkan darah, rasa sakit itu semakin bertambah karena goresan pisau itu.
Sementara Seto dan anak buahnya tertawa puas karena mereka berhasil melukai lawannya itu. Beberapa saat Rendy masih diam dengan posisi duduk dan tangan kanannya menutupi luka di lengan kirinya hingga tiba tiba saja ia tertawa.
Suara tawa itu membuat Seto dan anak buahnya mengerutkan alis bingung karena lawannya itu justru tertawa meskipun terluka.
Rendy bangkit dari duduknya dan dengan gerakan cepat berlari menuju lawan lawannya dan mendaratkan pukulan pada lawan lawannya itu yang membuat mereka satu persatu tumbang. Sampai akhirnya ia berhasil melumpuhkan Seto dan mengunci lehernya, kunciannya itu membuat Seto kesulitan bernafas.
"Lo tau luka ini gak akan buat gue kalah. Dan sekarang terserah lo mau ngaku kalah atau kehabisan nafas." ucap Rendy dingin, tatapan tajamnya ia tujukan pada Seto lalu pada anak buah Seto.
"O.. ke.. gu.. e.. ngaku... ka.. la.. h" ucap Seto kemudian dengan terbata bata.
Mendengar itu Rendy melepaskan kuncian tangannya dan orang-orang itu segera meninggalkan tempat itu dengan Rendy yang kini terbaring di lantai. Lalu mengangkat telfon seseorang.
"............."
"hm"
"............"
"jam 3 mulai"
"..........."
Saat perjalanan sembari menahan perih pada lengannya dan pusing di kepalanya Rendy menghentikan sejenak motornya dan duduk di sebuah halte. Matanya tidak sengaja melihat kerumunan orang di seberang jalan.
Sepertinya terjadi kecelakaan disana,ada seorang gadis berhijab tengah mengobati luka di kaki gadis kecil yang terlibat kecelakaan itu sembari menenangkannya yang menangis.
Dia pikir gadis itu gadis yang baik hati,disaat semua orang hanya sibuk mengerubungi dan tidak melakukan apapun gadis itu dengan rela mengotori pakaiannya untuk mengobati anak kecil yang menangis. Bahkan menemani hingga keluarga anak kecil itu datang dan mengucapkan terimakasih kepadanya.
Rendy terus memperhatikan hal itu hingga gadis baik hati tadi pergi bersama seorang gadis lainnya. Rendy lalu pergi saat rasa pusing di kepalanya sudah lebih baik.
Flashback off
"Gue terkadang heran Ran,kenapa sebegitu gak sukanya lo dengan gue sampai lo sendiri minta gue untuk selalu pakai topeng dan gantiin lo. Bahkan mama sendiri gak keberatan dengan itu" ucapnya dengan senyuman kecil.
Thanks :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairways to Revert
أدب المراهقينStairways to Revert Singularity : Have I Lost Myself? Can I Return Myself? Memiliki saudara kembar identik akan terasa menyenangkan dan pasti akan saling mendukung satu sama lain. Namun hal itu tidak berlaku pada Rendy Naufal Baskara Putra,pemuda ya...