Reason

21 1 0
                                    

Dua hari sejak pembicaraan keluarga saat itu,Rendy kini pulang ke rumah setelah menyelesaikan urusannya yang dulu membuatnya harus pergi dalam keadaan tegang ditengah-tengah pembicaraan penting itu yang ia sendiri yakin bahwa keluarganya merasa kecewa terhadap dirinya bahkan ia sendiripun menyesali perbuataannya saat itu namun bagaimanapun masalah yang kini telah selesai itu memang benar-benar penting dan ia merasa sangat bertanggung jawab terhadap hal itu.

Rendy membaringkan tubuhnya begitu sampai ke kamarnya,ia memijat kepalanya yang berdenyut. Badannya terasa sangat lelah dan ia sangat ingin beristirahat walaupun hanya sejenak.

Ketukan pintu kamarnya membuatnya bangkit dan berjalan untuk membukakan pintu. Ia melihat kakak sulungnya,Alvian tengah bersandar di dinding lalu masuk ke kamarnya saat ia membuka pintu.

"Ada yang mau dijelasin ke kakak?"

"Enggak kak Al"  jawab Rendy dengan mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"Ren,lo tau kalau gue dan Dion kecewa dengan tindakan lo waktu itu? Bahkan Dion masih belain lo di depan mama saat lo tiba-tiba pergi dengan keadaan saat itu. Sepenting apa urusan lo waktu itu Ren?"  tanya Alvian menuntut jawaban dari adik bungsunya itu.

"Maaf"  ia menatap mata kakaknya sekilas lalu kembali melihat ke arah lain, "Urusan itu sangat penting untuk Rendy" 

Alvian menatap adiknya dengan tatapan sulit diartikan. Dalam hatinya ia masih sulit percaya jika adiknya melakukan hal itu dulu.

"Oke,kakak cuma bisa percaya gitu aja dengan jawaban lo. Lagi pula,Randy udah mau menerima perjodohan itu. Masalah ini ngak perlu dibahas lagi sepertinya. Kakak pergi"

Rendy hanya diam dan menatap kakaknya yang keluar dari kamarnya. Ia menghela nafas lelah, "maaf kak tapi urusan Rendy menyangkut dengan semua yang selama ini Rendy cari".

Flasback

"Hallo,kenapa bang?"

"........."

"Gak mungkin itu terjadi kan bang? Selama ini semua baik-baik aja dan gak ada masalah apapun"

".........."

"Rendy kesana sekarang"

Ia menutup telfon dengan perasaan cemas hal yang selama ini ia khawatirkan benar-benar terjadi.

Setelah berpamitan dengan keluarganya,Rendy lalu mengemudikan motornya ke suatu tempat yang sering ia kunjungi.

Ia berlari di sepanjang lorong berbau obat-obat an itu hingga berhenti di depan sebuah ruangan. Adrian yang melihat Rendy lalu menghampirinya dan membawanya ke ruangannya.

"Kenapa ini bisa terjadi bang? Selama ini gak ada masalah apapun"

Adrian menghela nafas, "Tadi jam 14.05 tiba-tiba pasien mengalami drop,detak jantungnya tiba-tiba melemah. Kami sudah melakukan berbagai cara agar ia tetap bertahan tapi takdir berkata lain"

"Apa ini artinya harapan untuk mengetahui kebenaran yang selama ini Rendy cari hilang?"

"Ren,percaya jika pasti ada jalan lain untuk tahu kebenaran itu. Abang yakin suatu saat kamu pasti menemukan jawaban pertanyaanmu selama ini. Sebelum beliau meninggal,ia sempat mengucapkan beberapa kata yang abang tidak paham apa maksudnya"

"Kata-kata? Apa yang dia katakan bang?"

"Beliau mengatakan rumah,kecelakaan,10 tahun lalu. Hanya itu yang dia katakan"

Rendy terdiam,ia tengah memikirkan apa hubungan dari kata-kata itu. Ia bahkan tidak bisa mengingat apapun yang berhubungan dengan kecelakaan.

Seingatnya kecelakaan yang ia tau hanya saat ia dan Randy berusia 7 tahun,tapi jika dia mengatakan 10 tahun itu artinya ketika ia berusia 9 tahun. Tapi ia tidak mengingat apapun. Ia sebenarnya ingin bertanya langsung pada keluarganya seperti saat itu dan jawaban keluarganya yang mengatakan jika tidak terjadi apapun membuatnya enggan bertanya kembali.

"Makasih bang,selama ini sudah banyak membantu Rendy"

"Iya abang siap kapanpun untuk membantumu. Lalu apa yang mau kamu lakukan sekarang?"

"Memakamkan beliau dengan layak. Rendy tau  beliau dulu sempat tinggal di Palembang. Beliau pantas mendapatkan rumah terakhir yang baik"

"Baik,abang akan urus semua yang diperlukan. Hari ini juga kita bisa berangkat ke sana untuk mengurusnya"

Rendy mengangguk lalu mengikuti Adrian mengurus beberapa dokumen dan hal-hal yang diperlukan.

Hari itu juga,Rendy sendiri berangkat ke Palembang untuk memakamkan seseorang yang selama ini dirawat di rumah sakit yang Adrian miliki.

Setelah mendapatkan alamat pasti dimana beliau dulu tinggal,Rendy segera mengurus pemakaman di daerah itu. Ia juga masih mencari keluarga beliau yang sampai saat ini belum ditemukan.

Selama satu hari ia mencari hingga ia menemukan informasi bahwa keluarga beliau di Kalimantan dan mereka juga selama ini mencari-cari seorang anggota keluarganya itu.

Rendy yang mendengar itu lalu pergi ke Kalimantan untuk menjemput keluarga beliau. Keluarganya tentu merasa shock karena orang yang mereka cari selama ini baru saja meninggal.

Rendy juga memberikan sedikit biaya untuk keluarga itu. Ingin rasanya ia menanyakan apakah ia tau bagian dari masa lalu keluarganya tapi ia sadar jika mereka masih terpukul hingga ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta.

Flasback off

Rendy menghela nafasnya kembali,harapan satu-satunya yang sejauh ini ia miliki telah tiada. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berusaha mendapatkan apa yang ia cari,hingga suatu saat ketika ia benar-benar lelah ia akan berhenti.

Rendy memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya dengan membersihkan diri. Dua hari tanpa istirahat jelas membuatnya sangat lelah dan membutuhkan waktu untuk membuat dirinya kembali segar untuk hari yang panjang esok.







Thanks untuk  baca ceritaku ini :)

Stairways to RevertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang