Jam dinding berwarna hijau yang menggantung di salah satu kamar masih menunjukkan pukul 01.15 malam,namun pemuda itu sudah terbangun dari tidurnya.
Saat menoleh ke sisi di sebelahnya tiba-tiba ia merasa gugup,bagaimana tidak ia menemukan seorang gadis yang tengah terlelap di sampingnya. Pemuda itu,Rendy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal tanda jika ia tengah merasa gugup atau canggung.
Seharusnya ini hal yang bisa karna gadis itu,Naura sudah menjadi istrinya tapi seingatnya setiap hari ia akan tertidur di meja belajar setelah mengerjakan tugas-tugas nya. Biasanya ia akan terbangun dengan otot-otot yang pegal,namun kali ini terasa berbeda.
"CK kenapa gue jadi aneh gini? Ada hal lain yang lebih baik gue kerjakan"
Rendy beranjak ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, setelah merasa segar pemuda itu duduk di meja belajar Naura dengan laptop yang telah ia ambil dari tas nya.
Jari-jarinya mulai bergerak lincah di atas keyboard,netranya terfokus pada setiap kata yang muncul di layar kotak itu. Suasana sepi yang disukainya sejak dulu menemani dirinya menyelesaikan tugasnya.
Naura mengerjapkan matanya perlahan, ia melihat ke jam dinding yang kini menunjukkan angka empat. Saat melihat meja belajar ia melihat Rendy yang tengah sibuk dengan laptopnya. Ekspresinya terlihat begitu serius, kacamata yang bertengger di hidungnya menambah kesan serius dari pemuda itu.
"Kakak sudah bangun sejak tadi?"
"Tidak juga". Rendy menjawab tanpa mengalihkan perhatian nya dari layar laptop.
"Naura akan mandi lebih dulu, apa tidak papa kak?"
"Ya"
Naura melangkah ke kamar mandi,suara gemericik air mulai terdengar. Rendy menyelesaikan tugasnya dan mematikan laptopnya.
Dengan gerakan kecil ia meregangkan tubuhnya. Ia lalu melangkah ke kamar mandi setelah Naura keluar dari sana,kali ini tidak lupa dengan satu setel pakaiannya.Keduanya lalu menunaikan solat subuh bersama. Rendy sebagai iman melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an yang begitu merdu. Keduanya terlarut dalam menjalankan ibadah kepada sang pencipta.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu yang terdengar membuat Naura melangkah untuk membukakan pintu. Di sana berdiri seorang remaja berhijab yang tersenyum lebar padanya.
"Teh Naura, mumpung teh Naura disini kita jalan-jalan ya"
Naura tersenyum hangat mendengar ajakan yang penuh dengan semangat itu. Dengan lembut ia mengusap pelan kepala remaja itu yang sudah seperti adik kandungnya sendiri. Remaja itu,Billa yang merupakan anak dari bibinya.
"Mau kan teh,ayolah kan nanti Billa bakal jarang ketemu. Mumpung ada a Rendy juga kan, hehe"
Naura merasa gemas dengan ekspresi membujuk yang ditampilkan remaja 13 tahun itu, "Tanya ke kak Rendy dulu ya"
"Oke kak siap"
Naura berbalik,melihat pemuda yang duduk di atas tempat tidur dengan ponsel di genggamannya.
"Kak, apa kakak mau jalan-jalan di sekitar sini? Billa mengajak kita, mungkin kakak akan suka melihat pemandangan di sini"
Rendy meletakkan ponselnya, beranjak berdiri dan membalas tatapan Naura, "Ayo"
Naura tersenyum dan dibalas pekikan senang Billa yang langsung menarik tangannya dengan semangat. Rendy hanya berjalan mengikuti kedua gadis itu.
"Kalian mau kemana?". Tanya bibi Naura saat melihat ketiganya akan melangkah keluar.
Billa menatap ibunya dengan senyum lebarnya, "Kita mau jalan-jalan bunda,boleh kan? Lagian biar a Rendy juga bisa lihat-lihat sekitar sini. Teh Naura juga pasti senang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairways to Revert
Teen FictionStairways to Revert Singularity : Have I Lost Myself? Can I Return Myself? Memiliki saudara kembar identik akan terasa menyenangkan dan pasti akan saling mendukung satu sama lain. Namun hal itu tidak berlaku pada Rendy Naufal Baskara Putra,pemuda ya...