Lampu lalu lintas yang berubah warna menjadi merah membuat pemuda yang mengendarai motor beat merah hitam dengan seorang gadis cantik di boncengannya itu menghentikan laju motornya.
Suara adzan Maghrib yang di kumandangkan dengan indah terdengar membuat Naura tersenyum mendengar indahnya suara yang memerintahkan seluruh umat Islam untuk menghentikan aktivitas mereka sejenak dan melaksanakan kewajiban mereka.
Dengan ragu Naura menepuk pundak pemuda di depannya pelan membuat pemuda berwajah dingin itu menoleh sejenak guna mendengar apa yang akan dikatakannya.
"Maaf kak bisa kita berhenti untuk solat terlebih dahulu?"
"Ya" , Rendy menjawab seadanya lalu melajukan kembali motor yang dikendarainya saat lampu lalu lintas sudah menunjukkan warna hijau.
Motor matic itu berhenti di salah satu masjid yang cukup besar. Setelah memarkirkan motor milik kakak dari sahabatnya itu dengan rapi. Keduanya turun lalu berpisah menuju tempat yang disediakan untuk berwudhu.
Seusai menunaikan kewajiban mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Di tengah-tengah perjalanan, rintik-rintik kecil air hujan turun membuat Rendy terpaksa menghentikan kembali motornya untuk berteduh. Sebuah warung sederhana di pinggir jalan menjadi pilihannya.
"Berteduh dulu", ucap Rendy setelah melepaskan helmnya diikuti Naura yang turut melepaskan helm putih yang dipakainya.
Naura hanya berjalan pelan mengikuti Rendy yang masuk ke dalam warung sate yang saat ini tengah ramai,baik oleh pelanggan maupun orang yang hanya berteduh dari hujan yang kini mengguyur ibu kota.
Suasana di dalam yang cukup ramai sedikit menyulitkan Naura untuk menyamai langkah lebar pemuda yang berjalan di depannya. Tak jarang ia harus berhenti dan menepi saat terlihat beberapa pemuda yang juga berjalan memasuki warung.
Naura tersentak saat tangan seseorang menggenggam lembut tangannya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat pemuda dengan wajah yang ia lihat selalu berekspresi datar lah yang menggenggam erat tangannya.
Perasaan canggung dirasakannya, ini merupakan kontak fisik kedua yang masih saja membuatnya merasa belum terbiasa. Sedangkan Rendy juga kembali merasakan sensasi aneh saat ia memutuskan untuk menautkan jemarinya dengan jemari pemilik netra cokelat itu.
Ia melakukan itu agar Naura tidak kesulitan untuk mengimbangi langkahnya,tubuh Naura yang tidak terlalu tinggi membuatnya tertutup oleh dirinya, memastikan jika gadis yang tengah bersamanya ini merasa aman.
"Wah nak Rendy udah lama gak kesini. Ayo ayo masuk nak".
Seorang wanita paruh baya yang mengenakan celemek menyambut mereka dengan senyuman hangat, "Nah nak Rendy duduk di sini saja masih ada tempat. Ibu senang sekali lihat nak Rendy datang lagi kesini"
Rendy duduk di salah satu bangku panjang yang masih kosong, Naura pun hanya mengikuti duduk di sampingnya dengan diam.
Naura tersenyum saat wanita paruh baya itu tersenyum ramah ke padanya, "Ibu baru sadar kalau nak Rendy datang ke sini sama temannya, cantik sekali kamu nak"
"Nak Rendy mau pesan apa?"
Ditanya seperti itu membuat Rendy menoleh ke Naura yang duduk di sampingnya, "Mau sate?"
"Iya kak, boleh"
"Saya pesan sate dua porsi dan teh hangat dua Bu"
"Ya sudah ditunggu ya nak, nanti biar diantar bapak. Bapak lagi bakar sate untuk pelanggan di belakang, bapak pasti senang sekali lihat nak Rendy datang"
Rendy tersenyum tipis, "Iya Bu akhir-akhir ini lumayan banyak urusan jadi belum sempat mampir"
"Iya nak ibu paham, ya sudah ibu tinggal ke belakang dulu ya nak Rendy,neng", ucapnya sembari tersenyum ramah kembali sebelum beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairways to Revert
Teen FictionStairways to Revert Singularity : Have I Lost Myself? Can I Return Myself? Memiliki saudara kembar identik akan terasa menyenangkan dan pasti akan saling mendukung satu sama lain. Namun hal itu tidak berlaku pada Rendy Naufal Baskara Putra,pemuda ya...