29.- Panik

665 55 2
                                    

Mikayla menutup pintu kamarnya, gadis itu tak henti hentinya tersenyum, kemudian di keluarkan-nya ponsel dari saku celana Piyama-nya.

"Untung! Tadi sempet gue rekam! Haha!"

Gadis itu tertawa, lalu berjalan menuju tempat tidurnya, di sana sudah ada Diandra yang tertidur dengan Piyama maroon bermotif bulan sabit.

Mikayla menjatuhkan tubuhnya di samping Diandra, gadis itu mengambil earphone yang berada di nakas dekat ranjangnya. Lalu memakainya, sambil mendengarkan beberapa lagu yang ia nyanyikan bersama Jonathan. Terlalu menikmati lagu tersebut, membuatnya memejamkan matanya, lalu tertidur.

***

"KAYLAA!!"

"KAYLA! BANGUN! SUDAH JAM BERAPA INI?!" teriak Diandra, dengan suara yang sengaja di buat buat mirip seperti Ibu yang sedang membangunkan anak gadisnya.

Mikayla tak kunjung bangun, akhirnya Diandra menyibak selimutnya. Ternyata Mikayla sedang senyum senyum tidak jelas.

Sebuah ide muncul di kepala Diandra, gadis itu mengambil gelas yang berada di atas nakas, lalu menyiramkan pada wajah Mikayla.

"BANJIIRR!!"

Mikayla langsung bangkit dari kasur, dengan mata yang masih terpejam, "BANJIIRR!!"

Gadis itu mulai tersadar, ia mengucek matanya, dan melihat Diandra tengah tertawa puas.

Mikayla mendengus kesal, lalu melepas earphone yang masih melekat di telinganya.

"Bangke!"

"Hahahah! Lagian lo, di bangunin susah banget! Pake senyum senyum segala lagi! Mimpi apaan lo?!"

"Kepo aja lo!"

"Eh? Kok lo udah rapi aja? Mau kemana?"

Diandra memutar bola matanya malas, "Lo lupa? Kita kesini kan mau Liburan. Cepet mandi! Yang lain udah nungguin tau!"

Mikayla mengangguk malas, lalu berjalan gontai menuju kamar mandi.

***

"Kay?! Udah belum?" teriak Diandra dari luar kamar mandi.

"Bentar!"

Setelah mengucapkan itu, beberapa menit kemudian Mikayla keluar dari kamar mandi mengenakan Hoddie abu, serta celana Jeans dengan warna sepadan. Tak lupa Sneakers Putih-nya.

"Yuk!"

"Ehh, bentar deh!" cegah Diandra, sambil memperhatikan penampilan Mikayla dari atas sampai bawah.

"Lo nggak mau dandan dulu?"

Mikayla menggeleng, "Nggak."

"Poles dikit lah!"

Mikayla menghela nafas panjang, "Okey," ucapnya lalu berjalan mendekati meja rias.

Gadis itu memoles sedikit bedak bayi, dan juga Liptint di bibirnya. Setelah yakin bahwa penampilan-nya sudah oke, Mikayla bangkit, dan berjalan menyusul Diandra yang sudah berada di luar kamar.

***

Setelah membaca pesan dari Diandra, yang memberitahu bahwa dirinya dan yang lain sudah menunggu di lobby Hotel, Mikayla kembali menutup pintu kamarnya, dan berjalan menuju Lift untuk menuju lantai satu.

Sekarang gadis itu sedang menunggu pintu Lift terbuka. 3 menit kemudian pintu Lift terbuka, menampilkan sepasang kekasih yang sedang asik bercengkerama.

Mikayla memperhatikan wanita itu, itu adalah wanita yang kemarin di lihatnya. Mikayla berbalik dan berjalan mendekati wanita yang sudah berjalan beberapa langkah darinya.

"Excuse me?"

Wanita itu menoleh, "Ya?"

"Leona?"

"Yes, I'm?" ucapnya seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Do you remember me?"

***

Ting!

Mikayla keluar dari dalam Lift, dan segera berjalan menghampiri teman temannya, yang sudah lama menunggu.

"Sorry, ya."

"Lama banget sih, lo." ucap Joshua tidak santai.

Mikayla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ya maaf. Tadi ada e-..masalah sedikit."

"Yaudah, yuk jalan!"

"AYO!!"

"Please dong, abis ke Keterdal, ke Galleria ya?" rengek Diandra.

"IYAAA!!"

***

Saat perjalanan menuju Keterdal, sampai menuju Galleria- pun, Mikayla tampak tidak bersemangat, Mikayla terus memikirkan perkataan wanita yang bernama Leona sewaktu di Lift.

"Kay? Lo kenapa sih?" tanya Diandra.

"Iya, dari tadi diem aja, kayak nggak semangat idup aja lo, Kay!" timpal Joshua.

Mikayla menggeleng, "Nggak kenapa, kok."

Mikayla mengambil ponselnya, lalu mengirimkan pesan kepada seseorang.

To:Mama.
Kayla, udah di Milan, ma.

***

Galleria Vittorio Emanuele.

Setelah beberapa jam berkeliling, kini kelima pemuda itu berjalan keluar, untuk kembali ke Hotel.

"Seru banget gila!" ucap Joshua.

"Kapan lagi ye kan? Ke Itali?" tambahnya.

"Yaudah sekarang kita balik ke hotel, capek tau, keliling terus dari tadi!" ucap Fabian tidak santai.

"Santuy dong! Sensian mulu lo kalo deket gue!"

Mikayla terkekeh mendengarkan dua temannya yang sedang bertengkar itu, tawanya seketika mereda, ketika ponselnya berbunyi, ia pun segera memeriksanya.

Ting!

Unknown:
your mother's death angel will come, Ana.

Mikayla mematung, setelah ia membaca sederet pesan dari nomor yang tak di kenalinya.

Ana? ,batinnya.

Ia kembali mengingat perkataan wanita yang ia temui beberapa waktu lalu.

"Apakah kau ingat saya?" tanya Mikayla.

"Kau?..A-na?" tanyanya.

"Call me Kayla."

"Oh, sorry. Ah, Kayla kau harus cepat temui ibumu. She in danger!"

"Bahaya? Bahaya kenapa?"

"Rey!"

Mikayla mengerutkan keningnya, "Kenapa Rey?"

"Sorry I can't explain, I have to go."

Wanita itu langsung berbalik dan melanjutkan langkahnya kembali.

"Kayla!" panggil Jonathan.

Mikayla tersadar dari lamunannya, "Iya kenapa?"

"Turun bego! Udah sampe hotel!" kata Diandra.

Mikayla mengangguk, dan keluar dari mobil menyusul yang lainnya.

***

-your mother's death will come, Ana.

Mikayla menoleh ke arah Diandra, begitupun sebaliknya. Mereka saling tatap ketika melihat tulisan di kertas menempel di pintu kamar hotel mereka.

Diandra meneguk salivanya, "Kok jadi creepy gini sih?"

Mikayla mengedikkan bahunya, selanjutnya ia membuka pintu kamarnya. Dan melangkah memasuki kamar.

Ting!

Unknown: meet me at Roma, you must come alone! if not, your mother will die!

***

TBC:)

JONATHAN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang