23; The true of merry go round

292 31 4
                                    

"Hyung!"

Suara Jungkook akhirnya terdengar, Daniel berbalik badan dan melihat laki-laki muda itu berlari ke arahnya dengan raut khawatir. Nafasnya terlihat tidak beraturan bahkan keringat yang bercucuran.

"Dimana Jihyo?" tanya Eunha, berdiri disamping Jungkook.

"sekarang dia di rumah sakit terdekat, keluarganya juga dalam perjalanan untuk jemput Jihyo sekarang."

"kalau gitu kita kesana." spontan Jungkook akan pergi tetapi ia dicegat Daniel. Ia menahan tangan Jungkook dan menyeretnya kembali dihadapannya.

"Hanya Haeji yang boleh, selain itu gak boleh termasuk aku. Kita hanya bisa tunggu kabarnya dari sini, Jungkook." papar Daniel.

Jungkook membuang nafasnya tak suka, sedangkan Eunha mengusap kedua tangannya terus menerus. Ia tidak bisa menutupi ia sangat khawatir terlebih lagi ketidakbolehan seperti ini.

"tapi," Jungkook dan Daniel menatap Eunha, "Jihyo kenapa? sampai dia masuk rumah sakit? apa sebelumnya dia udah sakit? tapi..." Eunha kehilangan suaranya kala ia kebingungan sendiri.

"itu masih diperiksa, yang pasti tunggu kabarnya aja. Sekarang kalian balik, nanti aku kasih tahu kalau udah ada kabarnya dari Haeji. Tenang aja, balik ke acara jangan sampai semua tahu."

Jungkook mengiyakan alih-alih melanggar aturan yang ada. Tangannya terangkat menepuk bahu Daniel sebelum ia pergi dengan Eunha ketengah acara. Memang sedih, mereka baru tahu setelah Jihyo dibawa ke rumah sakit jika Eunha tidak spontan bertanya kondisi Jihyo.

Bukan karna kesehatan Jihyo tapi...

"Bangchan harusnya tau ini." celetuk Eunha, memberhentikan langkahnya tiba-tiba. Jungkook juga ikut berhenti, dua langkah kemudian. Berbalik badan tuk melihat sang kekasih yang melipat tangannya.

"pasti ulah Bangchan..." tuduh Eunha, tak suka.

Jungkook menggidik tak tahu, "gak baik nuduh orang, meskipun dia kemungkinan besar yang bareng Jihyo terakhir kali tapi bukan berati kita bisa taruh prasangka buruk atas kejadian Jihyo. Kita juga baru tahu, lebih baik kita juga tutup mulut selagi belum kedengaran semua murid." dan Jungkook meninggalkannya yang berpikir.

"maunya Bangchan apa emang ya?"

—-

"Halo, Haeji? bagaimana?"

Belum ada balasan, Daniel hanya mendengar suara roda. Kemudian ia juga mendengar suara helaan nafas. Kenapa gadis ini menelpon tapi suaranya tidak ada?

"Haeji."

"aku perjalanan balik sama keluarganya untuk ambil barang, minta tolong salah satu teman kamarnya untuk buka kamarnya biar aku ambil kesana." pintanya. "pastiin murid lain gak denger soal ini, gak baik buat kondisi dia juga."

"aku akan mengurusnya, tapi bagaimana Jihyo sekarang?"

"Jihyo..." sejenak Haeji berbalik badan, melihat Jihyo yang duduk di kursi rumah sakit sambil menunduk. "dia sudah sadar dan dia baik-baik saja tapi dia demam tinggi, jadi dia harus cepat balik ke kota. Sarannya rumah sakit untuk tinggal sebentar di sini tapi ada urusan penting dari keluarganya, Jihyo dibawa pulang. Jangan khawatir, sampai disana kamu bisa liat dia."

Daniel menghembus nafasnya dengan rasa syukur, setidaknya mendengar kabar setelah dua jam lamanya, ia bisa tenang. "kabarin kalau dalam perjalanan, biar bisa diatur baik. Aku bawa barang dia di parkir belakang biar gak ada yang tahu."

Haeji mengangguk, "makasih." dan telfon terputus.

"itu Haeji?" suara Wonwoo menyapanya, laki-laki itu tampak memegang telponnya seperti sedang menelpon. Menghampiri Daniel dengan wajahnya yang pasrah.

"iya, dia yang nelpon. Kenapa?"

"dia sama sama sekali gak jawab telponku."

"kalian gak ada masalahkan?"

"gak ada."

"tunggu sebentar lagi, mereka bakal kesini untuk ambil barang. Kamu bisa ketemu Haeji setelahnya." kata Daniel. Dia tak mengerti apa yang terjadi pada Wonwoo dengan Haeji, meski ia beranggapan ada yang tidak beres dengan mereka tapi Daniel membiarkannya. Haeji sudah mengirimnya pesan bahwa mereka sedang dalam perjalanan.

Daniel menghubungi Jiho, teman sekamar Jihyo sekaligus anggota osis untuk membantu mengambil barang-barang Jihyo. Hanya Jiho, Wonwoo, dan Daniel yang membawa barang Jihyo ketempat tujuan meskipun barangnya tidak berat dan tak banyak. Beruntung jam sebelas malam ini tidak banyak murid yang berlalu lalang usai acara selesai.

Diwaktu yang tepat, mobil hitam gagah masuk area parkir hotel. Daniel kira bukan mobil itu tapi ketika Haeji keluar dari sana bersama seorang laki-laki muda yang tampak seumuran dengannya, memang benar mobilnya dan perkiraan waktunya benar.

"maaf merepotkan bawa barang-barangnya." kata sang laki-laki muda itu sambil menarik sedikit lengan kemejanya keatas, menerima barang-barang dari Daniel.

"gak papa." jawab Daniel, meski tak kenal.

"oh ya ini, saudara sepupu Jihyo kebetulan dia ada di daerah sini jadi dia yang bawa Jihyo ke pulang, namanya Hwang Minhyun." kata Haeji dengan senang, memperkenalkan Minhyun kepada teman-temannya sekaligus kepada Wonwoo. Ia tak tahu jika raut Wonwoo sudah sangat tidak ramah dilihatnya.

"saya Kang Daniel."

"Kang Daniel? pernah denger deh, saya Minhyun, kelas dua belas." balas Minhyun, menjabat tangan Daniel. "kalau begitu saya pamit, terima kasih sudah membantu." pamitnya.

Mereka semua menganggukan kepalanya.

"Haeji." panggil Minhyun tiba-tiba. Mereka berdua berjabat tangan dan menabrakan bahu mereka satu sama lain, seperti salam perpisahan. Lalu Minhyun masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan hotel hingga tersisa mereka di tempat.

"kalian deket?" celetuk Jiho, penasaran.

Haeji menganggukan kepalanya, "temen sejak tk." jawabnya cuek.

"untuk kabar Jihyo, dia ditransfer ke rumah sakit di kota. Belum pasti dimana tapi sekabarnya aja dari Minhyun dimana, soalnya Minhyun sendiri yang bawa ke rumah sakit langsung sesampai disana. Jihyo baik-baik aja cuman dia tidur didalem mobil jadi gak keluar buat ketemu kalian. Sisanya diurus sama keluarganya, mereka titip salam untuk kita." jelas Haeji.

"katanya Jihyo demam?" tanya Jiho.

"iya dia demam, kondisinya lagi emang gak stabil dan udara ekstrim disini buat dia makin drop." jawab Haeji, sembari menarik jaketnya lebih untuk menutup badannya yang merasa kedinginan. Kedua tangannya ia masuk kedalam dan matanya melirik Wonwoo, dan laki-laki itu sedang melihatnya. Sudah ia duga.

"kalau begitu kita balik, waktunya sudah selesai. Kita bisa hubungin Jihyo besok pagi. Makin lama disini juga gak baik kalau dilihat murid lain." kata Daniel dan pergi begitu saja. Aneh.

Jiho ikut pergi tanpa sepatah kata, membututi sang ketua dari belakang hingga mereka tak sadar jika Haeji ditarik Wonwoo sewaktu gadis itu melewatinya.

"kenapa telfon aku gak diangkat?"

Haeji menatap Wonwoo dengan malas, "sibuk."

"Haeji, yang bener!"

"besok aja, selamat malam Wonwoo." pamit Haeji, meninggalkan banyak pertanyaan pada Wonwoo. Ini sangat aneh, barusan saja ia melihat gadis itu tersenyum tapi kenapa saat dengan dia, senyum itu hilang dan tak berlaku padanya.

Wonwoo merasakan ada yang aneh.

Seolah Haeji sedang memberi jarak dan sudah dua hari berjalan seperti ini diantara mereka tapi Wonwoo tidak menemukan titik terangnya.















[RE;publish 7/21/2020 ; 12/28/2022]

Miss Me?  ' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang