"mohon menunggu pesanannya, akan kami antar jika sudah siap. Terima kasih."
Daniel duduk di tengah ramainya cafe. Menduduki salah satu meja kosong yang mungkin kebetulan memang untuknya menunggu Memang ada dua meja kosong lagi, tapi sudut meja ini sangatlah keren untuk dinikmati pemandangannya. Antara pemandangan isi cafe dan pemandangan luar.
Matahari begitu cerah dan waktu sudah menunjukan jam dua siang. Banyak hal yang merebut waktunya hingga ia sedikit lelah. Meminum secangkir kopi yang baru diantarkan untuknya, membuat matanya perlahan kembali cerah.
SSIIIIT
Suara nyaring kursi diseret, sukses mengalihkan tujuan arah matanya. Seseorang telah menepati kursi dihadapannya, Daniel segera meletakan cangkir usai ia tahu bahwa Do Inhae yang duduk di hadapannya dengan tatapan tajamnya. Seperti biasa, kakinya yang tersilang dan tangannya yang terlipat di depan dada.
"apa?" tanya Do Inhae sedikit ketus kala mereka hanya bertatapan saja.
Daniel mendorong secangkir teh manis kearah Inhae, "silahkan."
"aku bersedia kalau isi ini aku lempar."
"makanya aku pesan teh." balas Daniel, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya. Ikut menyilangkan kakinya dan menumpu badannya dengan lengan kanannya yang di sisi kursi.
"aku butuh bantuan."
Do Inhae tertawa sinis, "bantuan? ke aku? yang bener aja." balasnya remeh. "kamu tau sendiri kalau berurusan sama aku gimana? gak bakal lepas sedikitpun."
"nah karna itu, aku juga gak bakal lepas kamu setelah aku dapet bantuan kamu."
Inhae mengerucutkan bibirnya dengan kepalanya sedikit miring, "biar aku tebak, ulang tahun Hyungbin? benar?"
Salah tebakan, Daniel malah menggelengkan kepalanya. "bukan, bukan itu."
"terus?"
"osis sekolah gak pernah akur sama anak emas sekolah, maksudnya sendok emas."
"terus?"
"aku ingin bantuan untuk perbaiki hubungan, boleh?"
Do Inhae tak menjawab, melihat kebawah seolah ia berpikir. Wajahnya datar, tak menatap Daniel dengan tajam seperti sebelumnya dan ia lebih santai. Ikut menyenderkan badannya pada sandaran kursi. Tapi kemudian, ia menggidik bahunya
"apa urusan ku?" tanya Inhae.
"anak peringkat satu, cantik, cerdas, primadona sekolah, pas dateng bikin sekolah makin modal. Udah jelaskan?"
Inhae menghela nafasnya kasar, memajukan badannya hingga menabrak meja. "terima kasih atas pujiannya, aku menolak tawaran mu." katanya, berdiri tempat hendak pergi.
"hanya kita berdua yang tahu, sampai akhirnya selesai. Rahasia kamu gak bakal terbongkar." tutur Daniel membuat Do Inhae berhenti, membalikan badannya tuk melihat Daniel lagi yang sedikit mendongak. "jabatan aku gak bakal lama lagi."
"mau kamu apa?"
"duduk, aku kasih tau."
Tak kunjung duduk, tampak sekali keraguan di raut wajah Inhae.
"serius." dan merasa yakin, Inhae duduk seperti semula.
"apa?"
"sudah aku bilang dari awal, ingin memperbaiki hubungan baik antara sendok emas dengan osis." tutur Daniel, melihat Inhae merotasi matanya malas. "kalau kita baikan, sekolah bakal terus dalam keadaan baik-baik aja."
"kamu kasih tau aku kalau segala perbuatan yang mencoreng nama itu, ulah anak sendok emas?" Inhae mengetuk meja kemudian.
tok
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Me? ' [END]
RomanceMengenal Kang Daniel bukan sebuah kesalahan tapi takdir Jihyo. Ketika semua orang berjuang keras untuk mendapatkan universitas yang terbaik, hanya Jihyo yang berjuang keras mempertahankan keberadaannya di sekolah. Hingga niatnya berlawanan dengan K...