36 ; only Jihyo was called

37 5 0
                                    

Bukan sembarangan teh biasa, teh mahal dengan racikan khusus mampu membuat semua orang berdecak kagum dan menagih. Tapi jika itu tujuan Jihyo berada di cafe hotel bintang lima Busan, maka tujuannya untuk bertemu Hyungbin tidak akan tercapai.

Laki-laki dihadapannya ini membutuhkan waktu satu jam untuk menemukan keberadaannya. Pria ini menghilang sejak acara ulang tahun, entah apa yang dipikirkan dia sampai ditemukan di hotel mewah di Busan.

"pasti perlu banyak tenaga untuk cari aku, sampai kesini. Gak mudah sampai sini juga." kata Hyungbin setiba ia sampai ditempat. Dia terlihat tampan dengan kemeja hitam kesukaannya. Matanya lurus melihat Jihyo yang baru menyeruput teh pesanan gadis itu sendiri.

Jihyo dengan hati-hati meletakan cangkir teh itu ketempatnya. Tampilannya sudah berbeda, tidak memakai seragam sekolah. Tidak bagus jika ia berkeliaran kesana kemari dengan seragam.

"kamu pasti gak tanya Inhae."

"untuk apa?" sela Jihyo, "Kak Haeji nyuruh aku untuk ketemu kamu." katanya sembari meletakan sepotong kertas yang terlipat tak karuan diatas meja. Disana tertuliskan 'temui Hong Hyungbin', murni tulisan Haeji.

"hari ini Haeji ditemukan luka di area tangga luar sekolah. Ditusuk, mungkin pisau dan sekarang masih dirumah sakit. Gak tau kabar terbarunya tapi lagi dioperasi."

"Haeji? dioperasi?" beonya dengan nada terkejut.

"iya, Haeji titipin kertas ini ke orang kebetulan kenal aku dan kertas ini sampai setelah kejadian itu ada. Makanya itu, aku cari kamu dan ketemu." jawabnya, "kakak tau kenapa aku disuruh ketemu kakak?" tanyanya.

Hyungbin menghela nafasnya kasar, setelah tahu kabar dari Haeji yang mendadak hilang dari chat sejak tadi pagi. Ia memijat pelipisnya, merasa kepalanya penat. Masalah baru lagi.

"Haeji dan Mina bertengkar."

"hah? bertengkar?" beo Jihyo. mengejutkan sekali.

Hyungbin mengangguk, "ada orang yang nyuruh bully adik kelas, beasiswa, benarkan? atas nama Do Inhae, Do Inhae ketemu Bangchan tapi hanya saluran ip nya yang sama. Aku gak tau gimana Haeji tau kalau Mina yang ngirim pesan itu, mereka bertengkar didepan mata aku." Hyungbin tertawa sarkas ketika mengingat salah satu kalimat yang terlontar hari itu. "Mina terosebsi sama Bangchan tapi dia pakai Bangchan untuk alatnya mainin Do Inhae, adiknya sendiri."

"maksud kamu, orang yang buat Inhae disangka waktu itu sebenarnya Mina? bukan Bangchan?"

Sekali lagi Hyungbin mengangguk, "Haeji juga bilang kalau ada apa-apa, kamu harus tau ini sebelum anggota lain tau. Ada orang lain yang tau anggota murid emas sekolah selain kalian berlima? aku yakin kalian berlima udah saling tau satu sama lain."

Jihyo memilih tak menjawab, menundukkan kepala malah membuat Hyungbin curiga berat. Ia mendecak kesal, "ada yang tahu? siapa?"

"Bangchan, dan Daniel."

"DANIEL?!" Suaranya yang mendadak meninggi, matanya yang melebar tak percaya, membuat atensi Jihyo beralih padanya. Laki-laki itu jelas kaget dengan siapa yang tahu soal mereka. "Jihyo! dia anggota osis gimana kamu bisai—"

"gak bisa, kalau dia gak tau, kita semua bakal di blacklist. Jelas aku gak mau hal buruk terjadi, tapi setidaknya dia tau. Kalau gitu, kenapa kamu undang dia?" tanya Jihyo balik. "kalau kamu gak undang dia, aku gak bakal kasih tau dia soal ini."

"masuk akal kalau gitu? kita hanya sebatas temen."

"juga, sama. aku juga sebatas temen, tapi gak bakal aku biarin gitu aja Hyungbin-a." sela Jihyo.

Pasrah, Hyungbin membiarkannya kali ini. Ia membantingkan badannya pada sandaran sofa cafe. Meletakan tangan kanannya diatas, memainkan bolpen hitam dengan terputar di jarinya. "ada lagi yang tau?" tanyanya.

"Jeon Wonwoo."

"kedengarannya jelas, dia pacar Haeji." dan Jihyo hanya menganggukan kepalanya mengerti.

"terus..." Hyungbin kembali melihat Jihyo setelah keheningan sesaat menyelimuti mereka berdua di tengah cafe hotel ini. "kenapa harus aku yang duluan tau soal bertengkarnya Mina sama Haeji?"

"karna kemungkinan Mina main fisik sama Haeji. Mina juga temen sekelas kamu, temen baik kamu sejak lama, Haeji ingin kamu tau duluan dari orang lain. Dia ingin kasih tau kamu kalau Mina, orang yang bener-bener harus kamu hindari sejak lama. Itu alasan tepat kenapa kamu harus tau duluan."

"aku gak kasih kamu prefektif buruk, prasangka buruk sama dia tapi....ada baiknya kamu kasih tujuan ke Mina atas kejadian Haeji. Aku yakin, setelah Haeji nyuruh kamu datengin aku, sampai dateng ke Busan malem-malem gini, hanya satu, Mina."

"tapi satu hal yang harus kamu tau Jihyo, hanya kamu, anggota murid emas lainnya yang bisa tangkep dia. Karna kalian sama kedudukannya, kamu gak mungkin kan Wonwoo yang tangkep?"

Jihyo mengerti, ia paham. Ia tahu kemana ini akan pergi. Ia mengepalkan tangannya kuat diatas kakinya.

"kalau begitu, aku butuh bantuan kakak. Tolong bantu aku."

Hyungbin mengangguk, "kapapun, aku bisa bantu. Apa yang ingin aku bantu?"

—--

Pukul sebelas malam, rumah sakit internasional Seoul masih lumayan ramai, mengingat layanan mereka yang sedia setiap saat. Dokter berlalu lalang kemari saat Jihyo masuk kedalam rumah sakit itu. Ia berjalan menuju tempat informasi berada. Menanyakan pasien bernama Haeji berada. Setelah dapat ia menuju lantai dua, tempat dimana Haeji beristirahat. Katanya sang staff, pasien bernama Haeji baru saja selesai dioperasi satu jam yang lalu. Memang operasinya lama hingga ia balik dari Busan, operasi itu baru selesai.

Jihyo berhenti di kamar khusus icu. Dimana para pasien dijadikan satu untuk perawat icu yang aman. Jihyo dari luar, dapat melihat Haeji ada disalah satu pasien disana. Ia memakai alat bantu nafas dengan segala alat media yang terhubung dengan Haeji.

Karna waktu besuk sudah habis, hanya dokter yang boleh masuk dan perawat juga alhasil ia hanya diluar, terus melihat Haeji yang didalam sana. Merasa cukup lama berada disana, ia juga merasa pikirannya sudah tenang. Ia akan kembali ke rumah untuk istarahat tapi ia berhenti saat ia mendapati Wonwoo berdiri disana dengan diam, lurus menatapnya. Tak lama Wonwoo menghampirinya dan memberikan secangkir minuman hangat kepadanya.

"udah aku tebak, kamu bakalan kesini." katanya.

"makasih." balas Jihyo, menerima secangkir minuman itu. Mereka sama-sama melihat Haeji.

"aku baru tau kalau dia anggotanya juga."

"kaget?"

"iya, jelas. Dia selama ini nutupin dirinya sendiri, sekuat tenaga meskipun ujungnya juga ketahuan sama orang lain. Tapi bagaimanapun terima kasih, aku denger kamu langsung pergi setelah dapet pesan dari dia."

Jihyo mendadak berdecak kagum, "wahh! Bangchan pasti cerita lengkap banget, jangan khawatir, buka masalah juga. Aku juga punya utang sama dia, dan ini cara bales utang atas nyelematin aku."

"apa?"

"aku hampir kecelakaan, pas kelas sepuluh. Jelas kamu gak tau, itu udah lama tapi pertolongan dia waktu itu berharga banget, aku gak tau cara balesnya dan mungkin ini cara balesnya." Wonwoo tersenyum mendengarnya. Hatinya mendadak hangat.

"tapi omong-omong siapa yang kamu temuin? sampai jam segini baru kesini."

"orang yang tahu betul soal murid emas, sejarahnya dan semuanya. Kamu pasti tahu." jawabnya. "aku ketemu dia di Busan untuk dapet arah dari apa yang dikasih kak Haeji."

"ketemu?"

"aku ketemu tapi maaf aku belum bisa kasih tau," Jihyo menoleh pada Wonwoo kemudian. "tapi sampai waktunya, aku kasih tau kalian semua."

Miss Me?  ' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang