52 : Confession and Lost

16 2 0
                                    


Daniel membuka mata perlahan-lahan, merasakan sakit di seluruh tubuhnya. Terdapat bau yang tajam dari rumah sakit yang mengisi ruangan. Ia mencoba untuk menggerakkan tangannya, tetapi merasakan kelemahan di seluruh tubuhnya. Kemudian, ia menyadari bahwa ia sedang terbaring di sebuah tempat tidur rumah sakit dengan infus terpasang di lengannya. Sebuah kepanikan menghampirinya saat ia merenungkan tentang bagaimana ia bisa berakhir di sini.

"Daniel? kamu sudah bangun?" kata ibunya dengan suara lembut saat Daniel terbangun dari pingsannya.

Daniel merasa sedikit tenang saat mendengar suara ibunya, dan berkata lemah, "Apa yang terjadi? Kenapa kepala ku terasa seperti ini?"

"Ibu takut kamu tidak baik-baik saja. Kamu terkena pukulan tongkat golf dan harus dirawat di rumah sakit," jelas ibunya sambil memegang tangannya dengan lembut. "kenapa kamu menyembunyikan keburukan om mu Daniel? kamu bisa mengatakan itu kepada ibu."

"maaf." hanya kata-kata itu yang dapat keluar dari bibir Daniel. Ia menunduk takut, namun sang ibu membawanya dalam pelukan hangatnya. Menepuk-nepuk punggung anaknya dengan sayang. "ibu dan ayah disini, tenanglah. Kami tidak akan tinggal diam."

Daniel mengangguk, ia sedikit menjauhkan tubuhnya dari sang ibu. "dimana Mina? Inhae?" tanya Daniel.

Tidak langsung menjawab, sang ibu membuang nafasnya pasrah. "ini sudah satu hari berlalu dan dia ada disana." kata sang ibu.

"maksud ibu?"

"Mina di introgasi di kepolisian untuk laporannya."

Daniel terkejut, ia tak bisa mempercayainya begitu saja. Bagaimana bisa Mina dengan seenaknya ke kantor kepolisian dengan posisi gadis itu meminta tolong padanya? ia menyibakan selimutnya, ingin turun dari kasur. Namun, saat ia hendak turun dari kasur untuk bersiap-siap pergi, ibunya menahannya.

"Ma, aku harus pergi sekarang. Aku harus bertemu dengan Mina di kantor polisi," kata Daniel dengan tergesa-gesa.

"Tidak bisa, nak. Kamu masih lemah. Lebih baik kamu istirahat dulu," jawab sang ibu.

"Tapi Mina, Ma. Aku tidak bisa duduk diam di sini dan menunggu," ujar Daniel.

"Sudah, nak. Ibu sudah bilang tidak bisa. Dan, ada kabar baik tentang Jihyo. Dia sudah siuman dari komanya," kata ibunya, mencoba mengalihkan perhatian Daniel.

"Benarkah? Kapan? Bagaimana kabarnya sekarang?" tanya Daniel, terlihat sangat senang.

"Ia bangun malam kemarin. Kabarnya baik-baik saja. Kamu bisa menjenguknya sekarang kalau mau," jawab ibunya.

Daniel merasa sedikit lega mendengar kabar tentang kekasihnya. Namun, ia tetap tidak bisa melupakan kekhawatirannya terhadap saudara sepupunya yang sedang diinterogasi. Bagaimana nasib gadis itu sekarang di kepolisian dan bagaimana ceritanya gadis itu ada disana?

Keputusannya bulat sudah, ia akan bertemu dengan Jihyo. Kebetulan yang seperti takdir, dia dirawat di rumah sakit yang sama dimana Jihyo dirawat dan sekarang ia hanya memakai jaket andalannya tanpa infus. Lagipula yang sakit kepalanya bukan kakinya, ia tak perlu infus untuk menghantui jalannya.

Kabarnya Jihyo sudah dipindahkan ruang inap biasa. Tentu karena gadis itu sudah siuman dan berada di zona aman. Daniel jadi sangat bersemangat meski di sela hatinya ada kekhawatiran pada adik sepupunya, Mina. Gimana kabar pasti Mina dan Inhae?

Langkah Daniel tiba-tiba berhenti saat ia berada di lorong menuju kamar Jihyo. Daniel merasa heran melihat Bangchan yang berdiri di depan pintu kamar Jihyo. "Kenapa kau di sini?" tanya Daniel saat berjalan menghampiri Bangchan.

Miss Me?  ' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang