Jari jarinya perlahan bergerak, merespon sinar matahari yang menyapanya. Kala panasnya semakin menusuk, matanya kian sakit, kelopak matanya perlahan terbuka. Awalnya ia tak mengerti dengan bagaimana posisi ia tertidur, hanya pandangan buram yang tak terkendali bersama kepalanya yang sedikit pusing. Turun melihat ke bawah, ia melihat tangan yang memberatnya. Menggenggamnya dengan hangat hingga ia mulai tersadar, kepalanya sedikit terbangun dengan pelan bermaksud tidak mau mengganggu laki-laki di sebelahnya. Sekiranya ia sudah duduk dengan tegak, ia melihat Daniel dengan lamat-lamat lalu tangan mereka yang bertautan.
Ia ingat, tadi malam ia duduk seorang diri dan tertidur karna terlalu ngantuk. Tapi ia kaget, ia terbangun di samping Daniel. Ia masih tertidur menyandar tembok tapi tangannya begitu kuat menggenggam tangan Jihyo.
Tangan kiri Jihyo terangkat, merapikan anak rambut yang menutup wajah Daniel hingga laki-laki itu merasa terusik. Perlahan membuka matanya, melihat sosok gadis yang tidur dengan menyandarkan kepala di pundaknya. Sedang menatapnya tapi tak tersenyum.
"udah bangun?" tanya Daniel, hanya diangguk Jihyo.
"pasti capek ya, maaf." tutur Jihyo, melihat Daniel menggerakan badannya dengan sedikit rintihan sakit terlebih saat ia menggerakan pundak kirinya, bermaksud meregangkannya. Tapi Daniel mengulum senyumnya, mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
"kemarin kamu kemana? baru tengah malam kesini." tanya Daniel, menegakan badannya. Masih menggenggam tangan Jihyo, sesekali mengusapnya lembut kala gadis itu tak kunjung menjawab. Tangan kanan nya terangkat, menepuk tangan mereka yang saling bertautan.
"gak papa, gak perlu kasih tau kalau belum waktunya. Aku denger itu dari Haeji, pasti penting, tetap dijaga." kata Daniel dengan lembut. Ia mengerti jika gadis itu tampak ragu untuk menjawab, terlihat dari tatapannya yang turun dan menunduk.
Daniel melihat waktu di jam tangannya, nyatanya sudah jam tujuh pagi.
"Jihyo, kita harus saparan. Kayaknya deket sini ada tempat makan enak."
Jihyo mengangguk, "ayok."
Mereka beranjak dan berjalan bersama keluar dari rumah sakit tapi Jihyo baru menyadari tangan mereka, belum putus-putus. Bahkan genggaman Daniel berubah, mengisi sela-sela jarinya begitu hangat. Lantas, ia menoleh, melihat Daniel dari samping sembari berjalan di lorong rumah sakit.
"kita terus pegangan, dari malem?"
"iya."
"kenapa?"
"karna aku khawatir.. Aku gak tau cara sampainya, aku khawatir sama kamu. Aku tau kamu gak ada dirumah dan gak tau harus kemana untuk ketemu sama kamu, aku balik ke rumah sakit dan bener aja kamu ada. Aku liat kamu kecapean dan tidur."'
"dan kakak ada disebelah aku, ketiduran juga?"
Senyumnya yang begitu lembut, terlihat jelas saat laki-laki manis itu menoleh padanya. "iya."
Jihyo akhirnya tersenyum juga, ikut melihat kedepan. Jalan kemana mana yang harus mereka tuju. Kala melihat restoran yang baru saja buka, tanpa ragu mereka masuk kedalamnya, Daniel lebih dahulu menarik kursi untuk Jihyo sebelum ia duduk di depannya.
Seporsi katsu special di pagi hari dengan air putih hangat sebagai minuman mereka. Tak perlu menunggu lama, mereka langsung mendapatkan pesanan mereka. Harumnya begitu menyeruak hebat, membuat mereka kelaparan sekali.
"makan pelan-pelan, jangan sampai keselek. Santai aja." tutur Daniel, meletakan alat makan untuk Jihyo dengan rapi. Sedangkan gadis itu hanya tersenyum kecil, melihat perlakuan manis Daniel.
"terima kasih, selamat makan!"
—
Selesai sarapan, mereka memutuskan keluar dari restoran. Daniel kembali menggandeng tangan Jihyo lagi dan lagi membuat gadis itu terkesiap dengan tingkah Daniel. Tapi Daniel hanya tersenyum, tak peduli dengan ekspresi kaget Jihyo. Ia merasa nyaman dengan tangan mereka yang bertautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Me? ' [END]
RomanceMengenal Kang Daniel bukan sebuah kesalahan tapi takdir Jihyo. Ketika semua orang berjuang keras untuk mendapatkan universitas yang terbaik, hanya Jihyo yang berjuang keras mempertahankan keberadaannya di sekolah. Hingga niatnya berlawanan dengan K...