35 ; Open The Case

99 17 1
                                    

Sekolah Soyeon mendadak ramai di luar sekolah usai mendengar ada murid kelas dua belas di tingkam. Mereka sibuk menggosip yang tidak-tidak, apalagi melihat laki-laki berkacamata yang sudah terkena noda darah sang kekasih, mereka menjadi-jadi.

Haeji baru saja ditolong medis. Berkat Wonwoo yang menekan bagian lukanya dengan kain, lebih tepatnya dengan sapu tangannya, ia dapat menghambat pendarahan dari lukanya sehingga saat gadis itu berada dibawah pihak medis ambulance, Haeji dapat diselamatkan.

"nak, tolong ikut kami ke rumah sakit. Kamu kenal orang tuanya kan?" tanya pihak medis pada Wonwoo.

Wonwoo mengangguk mantap, "saya pacarnya, saya kenal."

"baik, ikut kami."

Wonwoo masuk kedalam mobil ambulance, meninggalkan warga sekolah yang luar biasa penasaran, apa yang terjadi dengan mereka? Haeji yang bersimbah darah dengan sang kekasih yang menemukannya sudah tergeletak pingsan. Gadis itu sempat sadar saat Wonwoo menghampirinya tapi karena sakitnya begitu luar biasa, Haeji tak dapat menahan kesadarannya lebih lama.

—---

Jihyo berlari sekuat tenaga, mendengar berita yang baru saja masuk di telinga jika Haeji terluka parah. Ia terpaksa meninggalkan kelas seni menuju depan gedung sekolah, melihat keadaan Haeji tapi sayangnya mobil ambulance yang sepertinya membawa Haeji baru saja menancapkan gas. Pergi meninggalkan tempat, Jihyo menghela nafasnya kasar. Tak mengerti apa yang baru saja terjadi di depan matanya. Ia beralih menuju lokasi dimana Haeji ditemukan.

Tangga belakang sekolah, memang tangga itu besar dan keren untuk dijadikan tempat foto tapi tempat itu berubah dalam sekejap menjadi tempat yang menyeramkan kala darah masih ada disana. Jihyo menekan dadanya kala mendadak merasa nyeri.

"Jihyo!"

Daniel datang, menghampirinya. Laki-laki itu yang memanggilnya tadi. Dia datang bersama Hoshi.

"di-dimana Wonwoo?" tanya Daniel.

"ikut ke rumah sakit."

"kamu gak papa?"

"gak papa." Daniel mengangguk usai memastikan Jihyo. Matanya beralih melihat darah disana.

"polisi sebentar lagi bakal dateng, kita harus pergi, biar tempat ini gak makin banyak orang." ingat Hoshi, menepuk bahu Daniel. Ia mengangguk, dan menggandeng tangan Jihyo untuk pergi dari tempat itu.

Jihyo tiba-tiba menyingkirkan tangan Daniel, lantas mereka berhenti berjalan. "ikut aku." katanya.

—----

Ruangan terkunci yang dulu sempat diceritakan banyak orang bahwa pintu yang berada di sudut gedung seni adalah bekas gudang yang tidak terpakai tapi apa? saat Jihyo memasukan sidik jarinya, pintu itu terbuka dan sama sekali tak sama dengan cerita dongeng yang Daniel dengar.

Selama ia menjabat, ia tak pernah masuk ke pintu terlarang, beratas namakan gudang kedua. Memang aneh karna ada passcode mesin disana dan ia paham untuk apa ruangan itu ada.

Saat mereka masuk, mereka melihat sosok gadis berbando manik putih yang jalan kesana kemari seperti orang gelisah. Ia menoleh saat mendengar suara pintu terbuka. Rautnya wajahnya berubah kala mendapati Daniel bersama Jihyo, tidak dengan Hoshi.

"kenapa kamu ditelpon, gak diangkat?" sambar Hoshi, mendapati Inhae disana. Inhae tak menjawab, ia hanya menaikan dagunya, mengarah pada meja dimana ponselnya berada.

Retak.

Mereka berempat berkumpul di ruang tengah itu. Ruang dimana adalah ruang khusus murid emas seperti mereka, kecuali Daniel.

Miss Me?  ' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang