48 ; where you have to make sacrifices to get out, part 1

21 3 0
                                    

Mina melihat pantulan dirinya, menyisir rambutnya dengan jari jemarinya sebelum menarik rambutnya hingga lepas. Dilihatnya sekarang, rambutnya yang pendek.Tangannya kembali menyisir tapi dengan rambut yang asli tanpa perasaan yang terlihat jelas di wajahnya.

Hanya tatapan datar tak berarti.

"cantik rambut pendek."

Mina mengerjapkan matanya lebar, melihat kaca depannya tapi dengan arah yang berbeda. Do Haeji sedang tersenyum padanya. Ia memakai gaun berwarna hitam mengkilap dengan rambut pendeknya yang sebahu.

Tanpa sepatah kata, Mina berbalik badan. Badannya shock hingga berdiri dari duduknya. "kamu?"

"senang kita bertemu lagi setelah insiden hari itu." kata Haeji dengan ramah. "hari ini aku jadi teman musikmu, aku mengiring kamu yang bernyanyi. Bukankah sangat pas?"

Haeji menepuk pundak Mina sesaat sebelum jempolnya menusuk pundak Haeji. "aku akan turun satu tingkat jika perlu, aku takut kamu gak sampai nadanya dan bersikap dengan sangat baik, sampai situ kamu harus tau kalau kita gak perlu bertengkar soal anak emas dan....perusahaan ayahmu itu. Perlu aku ingatkan lagi, aku tidak tertarik dengan pembahasan hukum." dan senyum Haeji luntur.

Mina menepis tangan Haeji kasar, "kamu ngapain ada disini? bangkit dari kuburan kah?"

TOK

TOK

TOK

Serempak mereka menoleh, melihat Wonwoo yang berada di samping pintu.

"berkat dia, aku ada disini. Hati-hati dia bisa membalas lebih dari apa yang ingin aku lakuin ke kamu, Kang Mina." katanya, "oh ya, pakai lagi wignya, aku gak nyaman kalau kamu rambut pendek apalagi aku juga rambut pendek."

Mina mengepalkan tangannya begitu kuat, menahan amarahnya yang meledak. Berusaha menahan kala Haeji meninggalkannya dan pergi bersama Wonwoo yang menutup pintu backstage. Dan...ruang backstage kembali kosong, hanya ada dirinya disana.

Entah bagaimana Haeji mendadak muncul di hadapannya tanpa meninggalkan suara sekecil apapun. Mina hampir beranggapan jika dia kritis. Sempat mengira hantu tapi bagaimana mungkin Wonwoo dapat ikut melihatnya dan merespon Haeji tadi.

"sialan."

—---

Bangchan melipat tangannya, matanya lurus melihat Jihyo yang duduk disana.

Ia baru saja balik dari toilet dan sekarang hendak balik ke tempat duduknya. Hanya beberapa saat saja ia berhenti di tengah jalan. Tapi ia kembali melihat Jihyo tapi kali ini bertambah Daniel yang duduk tidak jauh darinya.

Bangchan tidak duduk disamping Jihyo maupun Daniel tapi mereka cukup terjangkau untuk dapat dilihat dari tempat ia duduki. Lagipula keluarganya dengan keluarga Jihyo cukup berjarak mengingat sikapnya dulu. 

Tentang Jihyo dan Daniel, sudah dapat Bangchan yakini, mereka berdua sedang saling menjauhi. Dari awal ia menginjakkan kaki di gedung seni ini, aura yang ia lihat dari kedua orang itu tidak sedamai sebelumnya.

Bangchan terus berpikir soal mereka sebelum panggung dikuasai oleh dua orang yang sempat jadi perbincangan umum. Matanya melebar melihat Haeji dan Mina sedang membungkuk hormat di sana lalu ke posisi mereka yang dimana Haeji duduk di kursi piano sedangkan Mina mengambil alih tengah panggung untuk bernyanyi.

Semua kaget kecuali mereka-mereka yang sudah merencanakan. Bahkan dikala iringan piano 'Sempre Libera' terdengar, mereka masih tak bisa mengontrol rasa terkejut mereka.

Awalnya terlihat baik-baik saja tapi saat di puncak lagu, Bangchan menyadari jika Haeji menaikan satu tangga nada hingga Mina terlihat kaget.

Haeji hanya tersenyum, tak peduli.

Miss Me?  ' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang