37 ; only equals can do it

21 4 1
                                    

Ruang auditorium sekolah Seyeon begitu sepi. Gelap, hanya pasokan matahari yang masuk, itupun karna gorden dibuka. Tapi dengan minim pencahayaan dari matahari, Jihyo duduk di panggung auditorium dengan santai. Menyilangkan kakinya sambil membaca berita baru yang masuk di media sosialnya. Bukan hal yang penting tapi hanya sekedar hiburan saja, tidak lebih dari itu. Hingga waktunya tiba, suara pintu dengan langkah kaki yang terdengar jelas di telinganya, membuat ia berhenti menyentuh layar ponselnya.

"dateng juga toh." sapa Jihyo kepada Mina yang yang menaikan kedua alisnya dan tersenyum kilas. Mina membuka kursi auditorium barisan paling depat, dekat dengan Jihyo dan duduk disana. "

"tumben, manggil kesini? dan cuman berdua, kenapa?"

Jihyo tidak menjawab, ia kembali menyentuh ponselnya dan memutar rekaman suara yang sukses membuat Mina membuka matanya lebar-lebar. Sebuah rekaman pertengkaran antara dirinya dengan Haeji didepan Hyungbin.

Jihyo meletakan barang pipih itu disampingnya, membiarkan rekaman suara itu menyala hingga habis. Tak berhenti di situ, Jihyo menyalakan rekaman suara lagi antara Inhae dan Mina sendiri soal kasus makanan kadaluarsa.

Singkat tapi cukup jelas. Jihyo memberhentikan rekaman itu karna menguras waktu.

"gimana pendapat kamu soal rekaman ini semua? bukannya ini ganggu banget."

Mina jelas yang tadi terlihat ramah dan menebarkan senyumnya mendadak hilang. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya tapi juga ia tertawa kecil seolah meremehkan apa yang ia dengar barusan.

"kamu percaya sama rekaman itu? yang bener aja kali."

"aku gak tanya aku percaya atau enggak, cuman ini ganggu banget."

"kalau gitu singkirin aja, buang-buang waktu aja."

Jihyo mengangguk dengan wajah mengejek, ia mengambil ponselnya entah apa yang ia lakukan. Merasa curiga, Mina bergerak. "kamu ngapain sama itu rekaman?" tanya Mina menyelidik, curiga."

"aku kirim ke orang buat mastiin, pembina kesiswaan."

"YAK!"

Mina merampas hp Jihyo dan melemparnya sekeras mungkin atas lantai. Tak sampai disitu ia juga menginjaknya dengan brutal hingga ponsel Jihyo terlihat tak bernyawa lagi. Seakan kehidupannya sudah selesai diinjak-injak.

Mina terlihat sangat geram, mengepalkan tangannya selagi menginjak-injak ponselnya. "akhirnya ngeliat kamu yang asli." celetuk Jihyo. Saat itu juga, Mina berhenti, melihat Jihyo dengan mata sinisnya.

"kenapa? kaget?" tanyanya.

"gak, sejak awal kamu jadi biang kerok, batalnya pertunangan aku sama Bangchan, aku gak kaget kalau kamu yang ngaruhin keluarganya dia. Tapi berkat kamu juga, aku bisa ketemu yang lebih cocok." balas Jihyo, tersenyum seperti biasanya. Membuat Mina jengah dan semakin kesal.

"oke, kita buka-bukaan sekarang. Bangchan gak bakal pernah mau sama cewe penyakitan kek kamu. Hah lagian juga, hidup kamu gak bakal lama juga kan." hinanya, sama sekali tak membuat Jihyo naik darah. Saat ini ia masih bisa tersenyum seolah semua baik-baik saja.

Tapi kemudian Jihyo mengangguk, "iya, gak bakal lama. Aku bersyukur sampai sekarang aku masih ada disini dan ketemu sama kamu, luar biasa banget lho."

"gimana sama jantung kamu sekarang? berdetak cepat? dug-dug-dug? atau makin lambat?" ledek Mina. "kayaknya makin sehat, syukurlah, aku punya temen gak penyakitan. Meski agak nyusahin sih."

"hp kamu udah hancur, rekamannya udah hancur. Lain kali jangan percaya sama yang enggak-enggak ya? gak baik, nanti kamu sakit terus drop gimana? jangan sampai deh!" pungkasnya, terlihat sangat mengerikan. Ia kini tersenyum lebar hingga matanya ikut tersenyum. Tanpa sepatah kalimat untuk pamit atau maaf, ia berlalu pergi tapi belum ada lima langkah ia berhenti.

Miss Me?  ' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang