Hari itu, hari yang cerah namun...
hari itu kehilangan puzzlenya.
Matahari memang bersinar, namun tidak bersinar cerah seperti yang lalu.
Derai air mata terus-menerus mengalir tanpa henti.
Ketika air mata itu terhenti, butuh beberapa menit untuk kembali bersama air mata kesedihan itu lagi dan lagi dan seterusnya.
Dan mereka bersatu di tempat dengan pakaian serba hitam. Mata memerah, bengkak, kantong mata yang besar, dan bibir yang pucat. Jangan lupa dengan pandangan yang kosong dari beberapa orang yang berdiri disana.
Memang warna hitam itu bagus, beberapa orang menyukainya namun di waktu tertentu, mereka membencinya.
Haeji membencinya.
Semua kala mereka harus melepas kepergian orang yang mereka sayang.
Waktu memang tidak main-main.
Wonwoo menunduk, menyeka air matanya. Tak bohong kala hatinya sakit kehilangan teman kecilnya meskipun tidak menghabiskan waktu banyak saat mereka sudah remaja, namun ikatan seorang sahabat tidak akan hilang kan?
Jiho adalah satu-satunya yang tidak meneteskan air mata.
Tapi pandangannya kosong.
Ia terlihat lelah, matanya sangat bengkak dan ia menunduk. Yuju merangkulnya dan mengusap, kala ia tahu bahwa Jiho juga runtuh. Eunhapun begitu, Yuju merangkulnya dan terakhir Eunha merangkul Minju.
Mereka menyadari mereka hanya memiliki 4 orang.
Bukan lima lagi.
Mereka saling berpegangan tangan, memberi kekuatan satu sama lain.
Mencoba kuat... sekuat mungkin untuk bertahan dan menerima.
Seokmin menghela nafasnya, ia menepuk pundak Daniel kala laki-laki itu tak henti-hentinya menyeka air matanya kala terus menerus jatuh.
"Hyung, ingin disini dulu? kalau iya, kita menunggu dibawah sana ya?" tanya Seokmin lembut, terdengar serak.
Daniel mengangguk, "iya, makasih." dan Seokmin menganggukan kepalanya.
Daniel melihat batu nisan yang tertulis nama kekasihnya dengan foto cantik sang pemilik gundukan tanah itu. Daniel berdiri di antara orang-orang itu tetapi seolah-olah tidak ada yang hadir selain dirinya dan makam kekasihnya. Semua orang tampaknya bergerak menjauh darinya, meninggalkannya sendirian di tengah kesedihan.
Ah acara sudah selesai dan sisa dirinya.
Semua pulang, mungkin.
Daniel mendekat, meletakan buket bunga lain dari Akasia dan ia menangis dalam diam, memejamkan mata dan membiarkan air mata mengalir tanpa henti. Lalu kakinya menekuk berlutut, tangannya terangkat mengusap foto kekasihnya ini.
Dia sangat rindu.
Tapi rasa ini sangat menyakitkan dirinya.
Daniel menangis terisak.
Sungguh rasanya sakit ia ditinggalkan.
"Jihyo, nanti aku akan kesini lagi." katanya, kembali berdiri sambil menyeka air matanya pelan. Meredakan tangisannya sebelum beranjak pergi. Sebelum itu, dia berdiri didepan makam baru itu, membungkukan badan sebagai tanda hormat dan dengan langkah berat ia pergi meninggalkan tempat itu.
Ia berjalan seorang diri, perlahan menuju bawah bukit sana.
Sungguh rasanya sesak tapi ia harus menahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Me? ' [END]
RomansaMengenal Kang Daniel bukan sebuah kesalahan tapi takdir Jihyo. Ketika semua orang berjuang keras untuk mendapatkan universitas yang terbaik, hanya Jihyo yang berjuang keras mempertahankan keberadaannya di sekolah. Hingga niatnya berlawanan dengan K...