💌duapuluhlima

879 133 2
                                    

Bertemu Mingyu adalah bencana buat Mina.

Tenang, Min. Gak perlu gugup kayak gini.

Udah berulang kali Mina merapalkan dalam hati. Tetap saja merasa gugup.

Dia harus lebih berhati-hati sekarang. Setelah semalaman memikirkan semuanya dengan matang, inilah keputusan Mina.

Menjauh.

Bukan menjauh dari Mingyu, bukan tidak berinteraksi lagi dengan cowok itu, hanya saja membatasi diri untuk tidak bertindak jauh. Intinya Mina gak mau berharap lebih kepada Mingyu. Menggantungkan perasaannya pada manusia biasa.

Meski begitu ia tidak membuang perasaannya pada Mingyu. Biarlah menjadi kisah lama yang menghiasi masa remajanya.

Ia hanya ingin mengenang kalau dulu dan sekarang dia pernah menyukai seorang Kim Mingyu, cowok dengan nilai matematika sempurna disetiap sub bab.

"Mina,"

Mampus. Mingyu memanggil nama Mina sekali lagi.

Mina berbalik dan tersenyum manis, berakting, "kenapa Gyu?"

Cowok itu berlari ke arahnya, jantung Mina rasanya udah mati rasa karena Mingyu ganteng banget kalau lagi lari sambil bawa bola basket gini.

Tahan Min!

Gak boleh baper lagi. Hati lo gak muat nampung kebaperan lo sendiri!

Ah sial! Mana bisa gue gak baper?! Mingyu ganteng banget anjir.

"mau kemana?" tanya Mingyu selepas berlari dan kini berhadapan dengan Mina. Napas Mingyu tersengal, sedang Mina susah payah untuk bernapas.

Seluruh mata memandang ke arah mereka. Ada juga yang berbisik, mengatakan apakah Mingyu sudah putus dengan Sakura dan berlabuh kepada Mina?

Mingyu gak peduli, dia menatap gadis itu meminta jawaban.

"ah itu. Gue mau ke perpustakaan, Lino minta gue ke sana," jawab Mina lumayan lancar.

Hatinya kesandung lagi, baper untuk kedua kalinya.

"Lino?" tanya Mingyu hampir tidak bersuara. Tanpa sepenglihatan Mina, tangan Mingyu yang menggenggam sebungkus yakult, langsung disembunyikan di balik punggung. Tersenyum sebagai balasan.

"iya, kenapa? Masalah buat lo?" tanya Mina menuding Mingyu dengan curiga.

"enggaklah. Gue cuma mau bilang titip salam aja sama Lino," jawab Mingyu mengelak. Tidak sepenuhnya mengelak, Mingyu juga peduli dengan Lino, setelah anemia bocah itu kambuh bikin semua orang panik. Terutama Sakura.

Namun Mina masih curiga sama Mingyu, ia menatap wajah Mingyu menilai, "hm, nanti gue salamin," tuturnya sebelum pergi dari sana.




💌



"ck, sejak kapan gue manggil lo ke perpus ha?"

Lino berjalan mondar-mandir di depan Mina. Tangannya membawa tongkat baseball dan dipukul-pukul ke tangannya. Pertanda marah.

"kalau gue ada perlu sama lo, gue bakal nyuruh ke rooftop bukan perpus,"

Mina cekikikan doang. Tadi dia berbohong. Mau pakai alasan apalagi? Hanya ada Lino terlintas dalam benaknya.

Ada sih, Yuju, tapi mengatasnamakan Yuju belum kuat dijadikan alasan.

"udah udah, gak usah ngomel. Kantin gak?" tawar Mina. Ia berdiri dan merebut tongkat dari tangan Lino.

Lino masih kesal, "traktir." ketusnya melirik Mina.

"mana ada?!"

"harga diri gue jatuh sebagai preman sekolah." balas Lino tak kalah sengit.

Hingga akhirnya pun Mina mengalah, menurunkan pandangannya dan merapikan seragam.

"kalau bukan temen, udah gue dorong lo dari sini,"

Senyum Lino pun mengembang, langsung merapatkan tubuhnya ke Mina. Memeluk lengan kakak kelasnya manja dengan ekspresi genit.

"aing~"

Sumpah Mina mau muntah saat ini juga.

"eumm," kata Lino lagi. Memukul pelan lengan Mina.

"emang ya kak Mina tuh gak ada duanya. Cantiknya udah kayak Maleficent,"

"cih," dengus Mina melirik Lino sebal.




••••

Hello GoodbyeReomit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello Goodbye
Reomit

APAGA HANYA AKU YANG RINDU DENGAN LINO???

APAGA HANYA AKU YANG RINDU DENGAN LINO???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🤧

Ikkumplikat | Mingmin✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang